"Jealous? (And Mysterious Case!)"
Disclaimer: Detective Conan Aoyama Gosho
Pairing: Shinichi x Ran slight many pairing
Rated: T
Genre: Romance, Mystery
Warning: OOC, typo, canon, abal, gaje and many more. Sisanya silahkan nilai sendiri. Cerita ini menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin *kok malah jadi iklan rokok?*. RnR please!
Don't Like? Don't Read!
Summary: akhir-akhir ini, Ran agak menghindar dari Shinichi. Dan itu lantas membuat Shinichi curiga. Dilain pihak, Ran dan Eisuke sedang menghadapi suatu kasus!
A/N: di sini ceritanya BO sudah dihancurkan, Conan dan Ai sudah kembali ke tubuh mereka semula. Dan Shiho (Ai) bersekolah di SMA Teitan dan sekelas dengan Shinichi, Ran, Sonoko, dan Eisuke. Shinichi dan Ran di sini sudah menjadi sepasang kekasih dan juga Shinichi telah memiliki mobil.
Happy Reading!
Chapter 1
Shinichi's POV
"Emm, Ran," panggilku pada Ran –kekasihku-. Kulihat dia menoleh dan bertanya 'apa'.
"Apa malam ini kau punya acara? Malam ini kan malam minggu," tanyaku penuh harap. Jelas penuh harap, akhir-akhir ini dia seperti menghindariku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu padaku. Setidaknya, kalau malam ini dia tidak punya acara kan, aku bisa jalan-jalan berdua, ehm. Kencan.
"Ehm, bagaimana, ya Shinichi. Gomen ne, kalau aku ada acara. Tapi sepertinya tidak," jawab Ran sambil kembali membereskan bukunya. Sekarang sudah waktu pulang sekolah dan kami semua sudah pulang kecuali aku, Ran, Sonoko, Eisuke, dan Shiho.
"Cie cie! Ada yang mau kencan nih!" celetuk Sonoko. Kulihat wajah Ran memerah. Tapi bagiku, dia malah tambah cantik.
"Sonoko! Apaan sih!" seru Ran –masih dengan wajah yang memerah-.
"Sudah, sudah. Lebih baik kita pulang duluan," ujar Eisuke menengahi sebelum ada perdebatan yang lebih lanjut.
"Baiklah. Eh, tunggu aku anak ceroboh!" seru Sonoko sambil mengejar Eisuke yang jalan duluan.
"Shiho-san, mau pulang bersama?" tanya Eisuke saat dia akan keluar kelas.
"Baiklah. Aku pulang duluan ya Kudou-kun, Ran," ujar Shiho sambil beranjak ke luar kelas. Ehm, saat ini hanya tinggal aku dan Ran saja. Jujur, jantungku sedikit berdegup kencang.
"Ayo, pulang," ajak Ran.
"Ok," ujarku.
.
Saat ini, aku dan Ran sedang dalam perjalanan pulang. Sejak keluar sekolah, tak ada yang satupun membuka pembicaraan. Bagaimana mau membuka pembicaraan, daritadi aku melihat Ran sibuk berkutat dengan Hpnya dan sesekali tersenyum penuh makna dan tertawa. Huh, aku merasa dikacangin.
"Ehm, Ran," panggilku.
"Iya, ada apa?" tanyanya sambil menoleh padaku.
"Malam ini jam enam aku tunggu di depan rumahmu, ya," ujarku.
"Ehm, ok!" serunya.
Setelah itu, mulut kami berdua seperti dikunci kembali. Tak ada yang membuka pembicaraan. Dia malah kembali melakukan aktivitasnya. Tak tahan dengan suasana seperti ini, aku pun –kembali- membuka pembicaraan.
"Ran, kau ini sedang berkirim email dengan siapa sih?" tanyaku.
"Memangnya kenapa?" tanyanya.
"Tidak. Hanya penasaran saja," jawabku sekenanya.
"Oh. Aku sedang berkirim email dengan Eisuke," jawabnya.
DEG
Entah mengapa ada suatu bagian di hatiku yang merasa sakit. Cemburu. Ya, itulah lebih tepatnya. Bukankah wajar jika seorang kekasih cemburu pada pasangannya? Ditambah lagi tadi ada kejadian yang cukup membuat hatiku panas.
Flashback
Bangku Eisuke memang kebetulan bersebelahan dengan Ran. Di sebelah Ran adalah bangku Sonoko. Nah, di depan bangku Sonoko adalah bangkuku. Di sebelah kanan –atau di depan Ran- adalah tempat duduk Shiho.
Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin karena anak ceroboh itu melakukan kesalahan lagi. Aku mendengar sayup-sayup mereka berbicara tentang 'UKS' dan 'berdarah'. Aku rasa, Eisuke itu baru saja terjatuh dan Ran berniat mengantarkannya ke UKS. Dan untung saja sekarang masih waktu istirahat. Saat Ran dan Eisuke akan berdiri –dengan keadaan Ran menarik lengan Eisuke-, tidak sengaja kaki Eisuke menyangkut *mengerti lah, maksud author* di kaki bangkunya dan tak dipungkiri lagi mereka terjatuh dengan posisi yang 'waw'. Eisuke berada di atas Ran dengan jarak wajah mereka tinggal beberapa cm lagi. Wajah mereka pun sama-sama memerah. Teman-teman yang mendengar suara orang jatuh langsung menghampiri mereka dan malah menggoda mereka. Sadar karena posisi mereka seperti itu, mereka berdua langsung berdiri dan beranjak ke luar kelas. Teman-teman sekelas pun malah menyoraki mereka bahkan Sonoko –itu sih wajar- ikut-ikutan. Shiho hanya tertawa kecil dan menatap ke arahku.
"Apa?" tanya dengan nada sedikit ketus.
"Tidak cemburu?" tanyanya dengan nada yang jahil. Aku hanya mendengus kesal. Sedangkan dia kembali tertawa kecil.
"Shinichi! Istrimu itu berani selingkuh di depanmu, ya!" seru Sonoko.
"Betul itu," Shiho menimpali.
"Wah, Kudou! Kau harus secepatnya mencari istri baru!" celetuk teman sekelasku.
"Wah, Eisuke berani juga, ya!"
Dan begitulah seterusnya aku mendengar teman-teman yang lain menyoraki mereka berdua padahal mereka telah keluar dari kelas. Yah, ada juga yang menyorakiku. Kejadian tadi juga telah cukup membuat hatiku panas, terlebih lagi Ran memang sedang dekat dengan Eisuke dan Araide-sensei. Ah, aku hampir lupa! Hari ini kan dokter yang jaga di UKS, kan Araide-sensei! Cih! Kuso!
End of flashback
Yah, Ran. Hari ini kau telah berhasil membuatku cemburu. Cemburu. Mudah-mudahan malam ini dia tidak memikirkan si anak ceroboh atau sensei itu. Karena aku keasyikan melamun, tidak terasa kami berdua sudah sampai di depan rumah Ran.
"Shinichi aku duluan, ya. Shinichi?" ujar Ran. Karena sadar aku sedang melamun, dia langsung mengibaskan tangannya di depan wajahku. Seketika, aku pun sadar dari lamunanku.
"Eh, i –iya. Ada apa Ran?" tanyaku sedikit salah tingkah.
"Kita udah sampai nih. Aku duluan, ya!" seru Ran.
"Baiklah," ujarku seadanya.
End of Shinichi's POV
Setelah itu, Shinichi pun berjalan sendiri menuju rumahnya. Wajahnya murung. Hatinya kembali menjadi panas saat dia mengingat kejadian yang tadi siang. Saat itu dia juga sadar, bahwa sebenarnya Eisuke juga menyukai Ran. MENYUKAI RAN. Sampai-sampai dia berniat mengajak Ran ke Amerika dan menikahinya. Walau sebenarnya itu adalah tipuannya untuk mengelabuinya agar Shinichi mengakui identitasnya yang sebenarnya.
Tak terasa, sekarang Shinichi sudah sampai di depan pagar rumahnya. Shinichi pun membuka kunci pagar dan masuk ke halaman rumahnya. Setelah Shinichi selesai membuka kunci pintu, Shinichi melihat ada dua pasang sepatu di rak sepatu rumahnya. Menyadari bahwa itu adalah sepatu orang tuanya, dia lalu mengganti sepatunya dengan sandal dan langsung masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba terdengar suara ibunya memanggil dari dapur.
"Shinichi, kamu sudah pulang?" tanya Yukiko.
"Hn," jawab Shinichi singkat –tetap dengan wajah murunya-.
"Kaa-san sedang masak apa?" tanya Shinichi yang melihat ibunya sedang di dapur.
"Sedang masak sushi. Kebetulan, kami berdua belum makan sejak dari Bandara Narita. Soalnya kami langsung ke sini. Karena yang ada di kulkas hanya ada bahan-bahan buat sushi, ya masak sushi saja," jelas Yukiko panjang lebar.
"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut shinichi.
"Shinichi, kamu tolong panggilkan Yusaku, ya. Dia ada di kamar," perintah Yukiko.
"Hn," jawab Shinichi tak bersemangat. Setelah itu, dia langsung menuju kamar utama untuk memanggil ayahnya.
'Ada apa dengan anak itu, ya?' batin Yukiko heran, 'perasaan daritadi kok wajahnya murung? Apa ada masalah? Ah, sudahlah. Nanti aku tanya saja.'
Setelah sampai, Shinichi pun segera mengetuk pintu kamar ayahnya. Setelah pintu terbuka, dia langsung mengutarakan maksudnya.
"Tou-san, dipanggil Kaa-san di dapur. Katanya makanannya sudah siap," ujar Shinichi singkat, padat, jelas. Setelah itu, dia pun langsung menuju kamarnya. Yusaku pun terheran-heran dengan tingkah anaknya yang tampaknya kurang bersemangat.
.
"Arghhh!" Shinichi menjambak rambutnya frustasi. Ada apakah gerangan? Kalian pasti sudah tahu.
"Cih, kuso!" Shinichi mengumpat kesal. Bagaimana tidak? Akhir-akhir ini –yang sudah author bilang- Ran malah menjadi semakin dekat dengan Araide-sensei...
Dan Eisuke. Shinichi malah ragu dengan kata-kata Eisuke yang waktu itu. Dia berkata dia HANYA menyukai Ran, karena dia itu baik, cantik. Dia juga jatuh cinta pada pandangan pertama. Awalnya dia percaya itu, tapi semakin ke sini, Shinichi malah ragu akan kata-kata Eisuke tersebut. Karena memikirkan hal itu, Shinichi malah tertidur.
.
Shinichi terbangun karena ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata adalah ayahnya. Yusaku Kudo.
"Ehm, Tou-san?" tanya Shinichi sambil mengucek matanya. Maklum, orang baru bangun tidur, kan masih sedikit linglung.
"Shinichi? Kau sudah bangun?" tanya Yusaku.
"Ah, iya," tanya Shinichi sambil duduk di tepi tempat tidurnya.
"Kau tidur cukup lama juga. Sana cepat mandi! Dari pulang sekolah belum apa-apa, malah langsung tidu,r" nasehat (baca: perintah) Yusaku.
"Ah iya, baiklah."
Setelah itu, Shinichi langsung mengambil handuknya dan langsung mandi.
'Ehm, wajahnya masih saja murung. Sebenarnya ada masalah apa sih?' batin Yusaku. Setelah itu, dia lalu keluar dari kamar anaknya.
Kurang lebih sekitar sepuluh menitan, Shinichi keluar dari kamar mandinya dan langsung memakai baju.
DRRT DRRT
'Ada email?' pikir Shinichi. Shinichi pun mengambil Hpnya yang tadi dia letakkan di meja belajarnya. Dia pun melihat siapa orang yang mengirim email padanya.
'Dari Ran?'
From: Ran
Shinichi, kamu sudah siap-siap?
'Siap-siap untuk apa?' pikir Shinichi bingung.
To: Ran
Emangnya kita mau ke mana?
From: Ran
Lho? Kamu ini gimana? Kamu kan yang ngajak aku pergi. 'Jam enam aku tunggu di depan rumahmu'. Kamu yang bilang kayak gitu, kok malah lupa
To: Ran
Oh, iya ya. Gomen, aku lupa. Kamu sendiri udah siap-siap?
From: Ran
Nih, lagi dandan. Jangan-jangan kamu belum mandi, lagi!
Ewh! Mandi sana!
To: Ran
Ini abis mandi. Lagi ganti baju. Sekalian siap-siap
From: Ran
Oh, gitu.
To: Ran
Ya, udah. Kamu siap-siap, ya!
From: Ran
Ok. Kamu juga
To: Ran
Ok
Bisa kita tebak bagaimana suasana hati Sherlock Holmes in Heisei Era pada saat ini. Wajahnya yang murung, sekarang sudah kemabli cerah. Shinichi pun cepat-cepat merapihkan diri dan langsung mengambil kunci mobilnya dan turun ke lantai bawah. Heran dengan tingkah anaknya hari ini, Yukiko pun bertanya pada Shinichi.
"Shinichi. Kamu mau ke mana? Tumben rapi," ujar Yukiko.
"Mungkin mau kencan," celetuk Yusaku.
"Siapa juga yang mau kencan. Orang aku mau pergi bareng sama Ran kok."
Setelah berkata seperti itu, Shinichi langsung melesat pergi. Hm, sepertinya ada yang aneh. Otak kedua orang ini kayaknya masih rada-rada pending. Pending? Kok bisa?
Kurang lebih lima detik kemudian mereka berdua baru sadar.
"KAN SAMA SAJA!"
.
Shinichi sekarang telah sampai di depan rumah Ran. Dia pun kelluar dari mobil ferrarinya dan menyandarkan tubuhnya ke body mobil itu. Tepat pada saat itu, Ran keluar dari rumahnya dan menghampiri Shinichi.
"Hey, bocah! Kau harus jaga putriku! Awas saja jika kau berani macam-macam!" teriak Kogoro di depan pintu rumahnya.
"Hai, ji-san" ujar Shinichi. Shinichi pun beranjak dari tempatnya dan membukakan pintu untuk Ran dan mebungkukkan badannya bak seorang pangeran yang mempersilahkan putrinya untuk naik ke kereta kencana.
"Shinichi, kau ini ada-ada saja," ujar Ran sambil tersenyum. Setelah berkata seperti itu, Ran kemudian naik ke mobil Shinichi. Shinichi pun menutup pintu mobilnya dan menuju ke kursi kemudi. Mereka pun segera pergi berkencan. Shinichi berharap dengan kencannya kali ini, Ran bisa sejenak melupakan Eisuke tanpa mereka ketahui ada yang yang mengincar nyawa mereka.
.
"Tidak perlu basa-basi lagi. Bunuh langsung saja detective sombong, gadis karateka, dan pemuda yang berkacamata yang waktu itu!"
Tsuzuku
This is my first fic *padahal di lapppie banyak fic terbengkalai*yang dipublish, jadi maklum aja, ya kalo ada yang ngaco.
Give me R
Give me E
Give me V
Give me I
Give me E
Give me W
