Katakanlah kau mengalami tarikan kuat dari lawan jenismu. Seperti ialah tulang rusukmu yang sudah bertahun lama dinantikan. Seperti malam-malam yang sudah lalu, Naruto kembali melakukan bagian dari hidupnya. Merokok dipinggiran distrik merah.
Preman miskin yang sok keren, kekerasan dan pesta miras adalah makananya. Duduk berjongkok selagi menungui temannya teler, Naruto memandang angkasa. Dia masih waras untuk tidak ikut teler dan merusak tubuhnya. Cukup duduk dan mengamati, karena memang hanya orang-orang brengsek yang masih menganggapnya manusia.
Tapi malam ini berbeda.
Entah karena matanya makin rabun atau imajinasi semata, Naruto melihat langit bertabur bintang lebih banyak dari sebelumnya. Pemandangan langka di kota besar seperti ini. Beralih pandangan, menuju ujung jalan yang ramai. Puluhan manusia yang berbeda jenis entah mengapa, malah memperjelas siluet gadis berpakaian merah yang kontras dengan warna rambutnya. Gadis itu membelakanginya, tapi Naruto seperti mengenalnya. Bagai magnet yang berkekuatan beda dengannya, Naruto terkesiap begitu gadis itu menoleh.
Perlahan, jarak gadis itu kian mendekat. Berjalan menunduk dengan perasaan khawatir. Kian jelas wajahnya yang polos dengan gurat kesedihan. Gaun merahnya yang mencolok dan lipstik merona menambah kontras bagi penampilannya. Mantel dan sepatu hak tinggi miliknya juga merah mengkilap, serasa baru dibeli kemarin. Semakin dekat gadis itu dengan wilayah distrik merah, membuat Naruto bertanya. Apa yang dilakukan gadis itu disini? Dan entah mengapa saat gadis itu diam didepan klub terkenal yang tidak jauh dari tempatnya nongkrong, Naruto menghampirinya.
Naruto mencegatnya memasuki klub dengan menarik tangganya, "Na-naruto?!" Gadis itu memekik terkejut saat berbalik menatapnya.
"Apa yang kau lakukan disini Hinata?" Sedikit menunduk menyamakan tinggi, setengah berbisik penuh penekanan pada Hinata.
Hinata terlihat ragu, ia tidak yakin harus berkata jujur. Tapi dorongan dalam dirinya yang ketakutan merasa harus berkata jujur, "Aku harus pergi kedalam dan mendapatkan uang." Hinata membuang muka, tidak berani menatap pria yang pernah disukainya sejak sekolah dasar.
Bola mata Naruto membulat mendengarnya, "Kau-? Serius?" Ia berdecak, baginya melihat gadis baik seperti Hinata pergi ke tempat seperti ini benar-benar akhir dunia, "Kemarilah, jangan melakukan hal bodoh disini," Naruto menarik Hinata menjauh dari tempat berbahaya, atau mungkin peristiwa berbahaya bagi Hinata itu sendiri.
...
Bagian Hitam selesai
Selanjutnya, Bagian Biru Gelap
