Hai! Lama tidak mampir.
Saya sebenarnya ingin mencoba publish lewat HP. Dan kalau berhasil, kenapa saya tidak coba ini dari dulu?!
Ekhem... Ini masih prolog. Dan sangat pendek.
Saya senang bisa menulis lagi.
Silahkan dinikmati!^.^
Disclaimer
Masashi Kishimoto
Typo(s), AU, OOC, rate M (?) atau T (semi M)
Don't like? Never read!
"APA?" Mata Naruto nyaris keluar. "KAU MENIDURI SESEORANG?" Naruto menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan. Lalu matanya mengisyaratkan tatapan terkejut. Sejumlah uang receh berceceran saat si kuning membekap mulutnya sendiri. Tadinya, ia bermaksud meredam teriakannya yang nyaring dan nyaris meledakkan gendang telinga seseorang yang duduk lesu di sampingnya. Tapi gemerincing koin justru mengundang pandangan beberapa pengunjung yang menikmati makan siang mereka di Ichiraku. Seorang disebelahnya memutar bola mata. Seharusnya rekannya tidak begitu terkejut saat pemuda raven bilang bahwa semalam dia habis 'Bergulat'.
"Bukannya itu sudah biasa, Sas?" Naruto bertanya. Ia kembali menyantap ramen yang ke-sebelas.
"Dan untuk hal yang sudah biasa, seharusnya kau tidak se-syok itu, Dobe." Pemuda yang dipanggil 'Sasuke' memutar arah pandangnya. Beberapa pelayan sibuk menulis pesanan.
Ichiraku selalu ramai saat jam istirahat. Tidak hanya Mahasiswa, tapi murid dengan seragam sekolah menengah atas bahkan dasar pun sering menikmati menu makanan di sana. Sasuke tidak senang keramaian. Tapi si kuning sangat senang. Kalau Sasuke bisa menahannya sendirian, tentu saja dia tidak ingin berepot-repot menunggu si dobe sampai berjam-jam. Setidaknya, ia harus berbagi dan mencari solusi. Walaupun meminta bantuan pada Naruto sama saja dengan menghambur-hambur waktu dan uang. Naruto adalah dobe, tentu saja.
Mata Sasuke menangkap seorang gadis yang baru saja mengantar hidangan ke bangku di sudut ruangan. Dua orang client yang terlihat seperti pasangan kekasih. Seorang gadis berambut indigo menelungkupkan kepalanya di meja. Dan seorang pria berambut coklat tampak seperti sedang memohon-mohon.
Ketahuan selingkuh,huh? Dia menyeringai. Melihat pasangan kekasih yang tidak akur, selalu memberikan hiburan tersendiri. Tangannya memegang pipi sebelah kanan. Di sana, Sakura pernah menampar pemuda Uchiha itu. Di sana, ayahnya menambah warna merah bekas tangan Sakura.
Relasi bisnis antara Uchiha dan Haruno terputus. Fasilitas mewah terputus. Undangan pesta ulang tahun Kiba seolah kesempatan untuk sedikit bernafas. Melepas stres. Dan pada akhirnya bertemu dengan nona 'tidak tahu siapa' dan pada akhirnya pula dia menjadi seperti ini. Seperti pemuda kehilangan akal dan berminat mengadakan sayembara pencarian nona 'tidak tahu siapa'.
ck! memalukan. Uchiha pertama yang kehilangan harga diri dihadapan diri sendiri adalah Uchiha Sasuke. Pikirnya.
Sadar ia telah melamun cukup lama, mata onyxnya kembali berkeliling mencari pelayan yang senggang. Seorang gadis berambut merah tersenyum. Gadis itu berkacamata. Dia memakai seragam yang sama persis dengan karyawan yang lainnya. Hanya saja roknya terlihat tidak wajar. Seperti sengaja dipotong sehingga berbeda dari ukuran normal pelayan lainnya.
Saat itu pula, tangan Sasuke terangkat.
"Kopi." Sasuke bilang.
Gadis itu tersenyum manis lalu berjalan ke ruang belakang.
Sasuke kembali menatap Naruto yang lagi-lagi mengulangi gerakan terkejutnya. Tidak lupa dengan uang receh berisik yang tercecer. Alis Sasuke terangkat.
"Kau...sinting."
Naruto nyengir lalu duduk menghadap si raven.
"Aku sedang belajar akting. Besok ada syuting drama. Dan lagi-lagi aku kebagian scene tolol yang menyebabkan image coolku nyaris seperti koin-koin itu. Berantakan!" Naruto mengerucutkan mulutnya. Tampak terlihat manis dan sedikit lucu.
What the hell?
Sasuke mendecih. Sebelum pada akhirnya secangkir kopi dengan asap mengepul terhidang di hadapannya.
"Thanks," ucapnya. Si pelayan cantik tersenyum dan mengedipkan mata. Naruto menggerutu sebal.
"Err... O iya... Memangnya siapa rekan 'gulat' mu tadi malam? Tidak biasanya kau meneleponku disiang bolong, merayuku dengan puluhan porsi ramen, dan kau datang dengan penampilanmu yang sangat mirip penyihir kejam yang kehilangan sapu terbang. Apa kau Meniduri... Nenek Tsunade?" Naruto mengakhiri kalimatnya dengan mata tanpa pupil. Dan otomatis satu pukulan yang cukup keras menuking menjatuhi kepalanya. Si pirang mengaduh. Lalu menatap tajam sahabatnya yang mulai menyeruput kopi kesukaannya. Kopi hitam tanpa gula.
kopi kakek-kakek. Batin Naruto sinis.
Sasuke menghela nafas. Setelah itu melirik Naruto yang masih mengusap kepalanya.
"Otak-ku masih pada tempatnya."ia bilang.
"Terlebih, aku mentraktirmu tidak gratis." Lanjut Sasuke. Seringai menyebalkan tampak di bibirnya saat muka Naruto mendadak pucat. ia melihat puluhan mangkuk ramen dan mengeluarkan dompetnya yang hanya berisi dua lembar kertas.
"Jangan bercanda! Aku sedang tidak punya uang."
"Kalau begitu gunakan otakmu saat kau bicara,"
"Oke oke, apa masalahnya? dan siapa gadis itu?" Tanya Naruto. Mata birunya masih melirik cemas tumpukan mangkuk kosong di sampingnya.
Sasuke sedang dalam mood buruk. Aku sedang tidak punya uang. Dan perutku masih muat untuk dua sampai tiga mangkuk lagi. Kesempatan adalah kesempatan. Mendengar si teme curhat juga adalah keajaiban. ckckck tanpa sadar Naruto terkekeh.
"Justru itu masalahnya." Sasuke memegang celananya yang terasa sempit saat ia membayangkan situasi semalam. Lampu temaram, bau alkohol yang menyengat, kepala yang terasa berat, suara desahan seorang gadis, lalu wangi vanilla yang manis, ugh... Tentu saja ia tidak melupakan bagian bawah tubuhnya yang terasa terhimpit.
"Aku tidak tahu dia."
Naruto tersenyum. Ah, tidak! menyeringai.
"Katakan kalau dia bukan Deidara."
Death glare!
"Hn. Kau ingin kubunuh?" Sasuke tidak main-main. Lagi pula, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain-main dengan si bungsu Uchiha. Dia terlihat sangat menderita. Mukanya lebih pucat dari biasanya. Dan lagi ada apa dengan tangannya? Ia merasa seolah kedua tangan itu memiliki otak sendiri. Mengetuk-ngetuk meja, bergerak lamban ke arah bawah, dan hampir saja dia melakukan pemuasan diri dikerumunan orang!
ini gila! aku rasa gadis itu sudah memberikanku suntikan hormon secara berlebihan. ya! aku tidak mungkin semudah ini sampai-sampai mau ber-onani di sini. pikir Sasuke.
Matanya beralih pada Naruto yang masih terdiam menunggu jawabannya dengan satu alis terangkat.
"Aku tidak ingat."
Namanya, rupanya. Yang kuingat satu-satunya adalah... Desahannya. Lanjutnya dalam hati. Ugh!Sial! milikku terbangun.
Naruto tertawa terpingkal-pingkal melihat Sasuke meremas celananya dengan wajah berkeringat.
"Kau ingin aku-haha me-hahaaha.."
"Diam dan teruskan bicaramu dengan benar kalau kau...isssh tidak Mau- ishhhh aku ugh meninggalkanmu dengan tagihan bekas kau makan." Sasuke mengancam ditengah desisan dan erangannya. Selanjutnya, dia berdiri.
Dia harus cepat-cepat ke kamar mandi. Naruto mengkatup mulutnya dan tertawa keras saat Sasuke berjalan cepat menuju toilet.
To be continue...
