"Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiksi ini."
STALKER
Kim TaehyungxJeon Jungkook
toptae! Bottomkook
Romance/ mystery
rating M? Maybe.
A/N : Fanfiksi ini terinspirasi dari manga Color recipe karya harada messiah, jalan cerita sangat berbeda, hanya intinya yang sama.
Selamat membaca!
...
Satu
...
Sudah tiga bulan Jungkook bekerja part time sebagai pelayan di kafe dekat kampus, penghasilannya lumayan, Jungkook juga tidak perlu menempuh jarak jauh untuk sampai di universitas. Sangat efektif dan sangat strategis. Mana mungkin Jungkook mau melepas pekerjaan begitu saja hanya karena ada salah satu pelanggan yang diam-diam mengamatinya?
"Dasar stalker."
Kim Taehyung, rekan kerjanya, mendesis lirih di indra pendengaran Jungkook, bersungut-sungut mengawasi seorang lelaki berpakaian parlente yang mencuri pandang setiap lima— detik sekali kearah Jungkook. Parasnya tampan, dengan bibir penuh dan rambut berwarna kastanye yang dioles pomade hingga rapi sekali. Sepertinya lelaki itu pekerja kantoran, entah diperusahaan mana.
Dua bulan lelaki itu selalu duduk dispot yang sama, memesan satu sampai tiga gelas americano sambil mencuri pandang kearah Jungkook. Jujur saja Jungkook merasa sedikit risih, diamati dari ujung kepala sampai kaki secara terang-terangan seperti itu membuatnya agak ngeri juga.
Ngomong-ngomong Kim Taehyung adalah pegawai anyar yang baru satu bulan bekerja disini, kedatangannya membuat gadis-gadis sering datang cekikikan sambil menatapnya diam-diam, pesonanya yang seperti pangeran negeri dongeng menarik pelanggan seperti lebah yang mengerubungi madu.
"Perlu kuambilkan kaca Taehyung? Kau tidak lihat berapa banyak gadis yang melirikmu dan mengambil fotomu?"
Taehyung nyengir, "Kau cemburu?"
Jungkook memutar bolamata, inilah sebenarnya yang membuat Taehyung tidak menyukai pelanggan tetap yang selalu mengamati Jungkook; Taehyung mengaku menyukainya. Jelas sekali Taehyung cemburu melihat lelaki itu mengamati Jungkook atas bawah sampai menghabiskan tiga gelas americano, padahal Jungkook sendiri mengabaikannya.
Tiga minggu setelah Taehyung bekerja disini, ia menyatakan perasaannya ke Jungkook. Sipemuda bergigi kelinci tentu saja menolaknya, tiga minggu itu terlalu cepat, bagaimana mungkin Taehyung bisa berkata bahwa ia menyukai Jungkook sementara mereka baru saja kenal?
"Jangan salah paham, mana mungkin aku cemburu."
"Yaa, mungkin saja." Balas Taehyung sambil mengelap meja, "Sedikit berharap tidak apa-apa kan?"
Jungkook merapikan kursi sambil terkekeh, sikap Taehyung yang selalu terbuka dan terang-terangan telah mengurangi rasa bersalah Jungkook karena menolak pernyataan cintanya. Walaupun atmosfir diantara mereka sempat canggung, beberapa hari setelahnya, mereka kembali normal seperti biasa.
"Aku mau membuang sampah dulu." Ujar Taehyung singkat.
Jungkook mengangguk, melanjutkan membereskan kafe yang sebentar lagi tutup. Saat Jungkook melirik meja yang biasa ditempati oleh pengamatnya, rupanya lelaki berpakaian parlente itu sudah tidak ada.
Kapan pulangnya?
Jungkook mengendikkan bahu.
...
"Pesanan meja nomor empat! Taehyung berhenti tebar pesona dan mulai bekerja!"
Min Yoongi adalah Barista sekaligus manager kafe ditempat Jungkook bekerja. Kulitnya putih sekali, seperti puteri salju. Bukan hanya kulitnya, tapi sikapnya juga, seperti salju.
Dingin.
"Bukan salahku, hyung."
Sore itu kafe cukup ramai. Taehyung tergopoh menghampiri konter setelah pamit dengan sopan kepada pelanggan wanita yang barusaja menahannya dan sempat-sempatnya menyelipkan kertas kecil berisi nomor ponsel kedalam saku kemeja yang dipakai Taehyung.
Yoongi memindahkan dua gelas Americano dengan sepotong kue cokelat keatas nampan, "Bilang saja kue cokelatnya bonus, karena setiap hari berkunjung kemari."
Taehyung mengangguk, ia berbalik dan tersenyum masam saat menyadari bahwa orang yang harus dilayaninya adalah stalker Jungkook. Kemarin datang, sekarang datang juga.
"Silahkan menikmati."
"Terimakasih Kim Taehyung-ssi," Lelaki itu tersenyum, kemudian mengeryit saat melihat pesanannya, "Maaf, tapi saya tidak memesan kue cokelat."
"Oh, itu bonus. Manager kami memberi anda kue cokelat gratis karena anda sudah berkunjung kemari setiap hari."
"Sampaikan terimakasih saya."
"Tentu." Taehyung tersenyum sebelum pamit undur diri kedapur.
Jungkook mengamati interaksi kecil itu dengan bibir menipis menahan tawa, bagaimana mungkin wajah Taehyung bisa tersenyum begitu ramah kemudian berubah sangat datar setelahnya.
"Tertawa saja Jungkook-ah, aku tidak keberatan melihat senyummu sekalipun itu karena kekesalanku."
Entah sarkastis atau sungguh-sungguh mengatakannya, Jungkook tetap meledak dalam tawa karena ucapan Taehyung. Yoongi menggeleng melihat kelakuan pegawainya, matanya kembali mengawasi pelanggan kafe. Senyum yang sangat tipis tersungging, ia senang sekali banyak yang datang kemari.
"Ngomong-ngomong, kau berkenalan dengannya ya Taehyung?" Tanya Jungkook, "Aku dengar ia memanggil namamu."
Taehyung mengiris hati-hati kue greentea lalu memberi topping whipped cream dan ceri sebagai pemanis diatasnya, "Mana mungkin?" Balas Taehyung, "Stalkermu itu yang melihat nametag ku dan sok kenal padaku."
Jungkook meringis, "Kau benar-benar tidak suka padanya ya?"
Taehyung mengangguk, "Kau bilang dua bulan ia mengamatimu, siapa yang tau apa yang bisa dilakukannya?" Mata pemuda itu menatap Jungkook sungguh-sungguh, "Kau harus waspada Jungkook-ah."
Jungkook tertegun.
...
"Sampai jumpa besok."
Taehyung melambai, Jungkook melempar senyum terakhir dengan lambaian tangan.
"Sampai jumpa! Taehyung."
Pukul sebelas malam, Jungkook baru pulang dari kafe. Jalanan tampak sepi, hanya segelintir orang yang berlalu lalang malam itu, flat yang Jungkook sewa melewati jalan menanjak, maklum harganya murah, jadi Jungkook harus bersusah-susah dulu sebelum beristirahat kemudian.
Ponsel Jungkook bergetar.
Ada pesan masuk di aplikasi Ktalk miliknya.
Halo
Saya Park Jimin
Kening Jungkook mengeryit, Park Jimin siapa? Jungkook tidak pernah merasa mengenal seseorang bernama Park Jimin.
Merasa tidak penting, Jungkook memasukkan ponselnya kembali kedalam saku dan melanjutkan langkah.
Lima menit kemudian ponselnya kembali bergetar. Ada pesan masuk lagi.
Halo?
Apakah benar ini nomor Jeon Jungkook?
Alis Jungkook berkerut-kerut, darimana orang ini tau nomor ponselnya? Jujur saja Jungkook sangat lelah, bekerja part time dikafe juga berjalan pulang dijalan menanjak nyaris menghabiskan seluruh energinya. Ia sangat malas meladeni orang yang tidak dikenalnya. Jungkook membiarkan pesan itu dan kembali memasukkan ponselnya kedalam saku.
'Srek'
Langkah Jungkook terhenti, suara apa itu?
Menoleh kekanan, Jungkook tidak menemukan apapun selain kegelapan. Apa ia salah dengar? Jungkook menggeleng, mungkin kuliah dan kerja sekaligus membuat otaknya mulai membayangkan hal-hal yang tidak masuk akal. Jungkook meneruskan langkah.
'Srek'
Langkahnya kembali terhenti, tengkuknya merinding, kali ini suaranya terdengar sangat jelas. Apa itu suara semak-semak yang tertiup angin disamping kirinya? Tapi angin tidak sedang berhembus. Ia bukan tipe penakut yang akan kabur hanya karena suara absurd yang mampir secara kebetulan. Tapi entah kenapa, malam itu terasa berbeda. Bulan memilih menyembunyikan diri dibalik awan hitam, udara mendingin, malam terasa lebih pekat dari biasanya, satu-satunya cahaya berasal dari lampu kuning remang-remang yang dipasang disepanjang jalan.
Gedung flat kecil lima lantai yang disewa Jungkook ada diujung sana, Jungkook mempercepat langkah sambil memutar pandangan was-was... sejak kapan ia berjalan sendirian disana?
Tiba-tiba saja lampu jalan yang menerangi langkahnya berkedip-kedip korslet, lalu mati. Jungkook menelan ludah, jantung berdegup kencang. Langkahnya terhenti total, kini kegelapan menelannya, seketika perkataan Taehyung terngiang dalam kepalanya: Kau harus waspada.
Ponselnya kembali bergetar dalam saku.
Tangan Jungkook gemetar saat membuka satu pesan Ktalk dari nomor yang tidak dikenal:
Aku menemukanmu :)
Saat Jungkook kembali mendongak, ia terkesiap mendapati seseorang berdiri diujung jalan dan memegang pisau...
...
TBC :)
I give u two choice, yes or yes? :)
Fav— follow— review ;;) terimakasih sudah membaca!
