Reaction

.

Summary :

Okajima iri terhadap Itona yang berpasangan dengan Hayami saat civil war. Dan bagaimana dengan rekasi Chiba? .-. /Chiba… kamu tuh…/ [ pair : ChibaHaya Hint! ItoHaya Hint! OkaHaya (tapi kayaknya ini pair kagak ada di fic ini XD) ]

.

.

.

Pertentangan.

Aneh jika kelas E tidak adanya pertentangan di santara Karma dan Nagisa—atau mungkin dalam satu kelas itu. Mereka yang selama ini berusaha membunuh Koro-sensei kini terpecah menjadi dua kubu. Dimana satunya ingin tetap melanjutkan pembunuhan, sedangkan satunya ingin menyelamatkan Koro-sensei dari ledakan. Dan tentu Chiba dan Hayami turut serta dalam perpecahan ini. mereka memilih untuk berada di pihak Karma yang ingin membunuh Koro-sensei, atau sebut saja dengan tim merah.

Setelah pembagian anggota telah usai, mereka pun bergabung di area masing-masing tim. Sebelum survival game ini dimulai, terlebih dahulu Karma membagi partner bagi mereka yang berada di pihaknya. Ia tak mau jika mereka hanya berpencar tanpa strategi yang matang akan kalah begitu saja dengan tim lawan yang memiliki si ketua kelas, Isogai. Setelah pembagian selesai, mereka diperintahkan untuk berjaga di tempat yang telah di tentukan.

Hayami yang berpasangan dengan Itona di instruksikan agar berjaga di area krusial regu, yaitu dekat dengan bendera tim mereka. Hayami yang memiliki kemampuan menembak yang tinggi diperintahkan agar bersiaga di atas pohon agar bisa mencangkup penglihatan yang lebih luas. Sedang Itona bertugas untuk melindungi Hayami dari lawan yang mendekat, berhubung ia tak terlalu pandai dalam pertarungan jarak jauh.

Tak jauh dari mereka berdua, terdapat Chiba yang berpasangan dengan Okajima yang berjaga di semak-semak yang berjarak 5 meter dari mereka. Satunya sedang sibuk mengisi peluru cat ke dalam senapannya, sedang satu lagi terus menerus melihat sesuatu dengan menggunakan teropong dan menghela napas berkali-kali. Tadinya Chiba hanya berniat mengacuhkannya, namun lama kelamaan dia jadi merasa risih dengan temannya yang satu itu. Setelah selesai dengan kegiatannya, Chiba mendekati Okajima, dan melihat ke arah pandangan Okajima. Oh, ternyata dia sedang melihat Hayami dan Itona. Berkali-kali ia mengedipkan matanya heran, kenapa temannya ini terlalu serius memandangi kedua pasangan itu?

"Ck! Si Itona kok bisa gitu sih!?"

"Bisa gitu maksudnya?"

Chiba menoleh heran saat Okajima berucap dengan nada kecewa. Akhirnya ia mendapat kesempatan untuk bertanya. Segera setelahnya, Okajima melepas teropongnya dan menatap Chiba dengan berlinang air mata, membuat Chiba tambah keheranan.

"Kamu kenapa, sih?"

"Chiba… masa' kamu rela-rela aja, sih!?" Okajima mengguncang bahu Chiba berkali-kali dengan menangis aneh. Tanda tanya kembali menyapa pikirannya, ia berusaha membuka mulutnya bertanya, "Rela apa?"

"Itu!" Okajima menunjuk ke arah Hayami dan Itona bergantian. "Itona yang jadi pasangan Hayami, lho!"

"...Terus…?"

"Kamu nggak merasa apa-apa gitu!? Melihat mereka beduaan!? Di situ!? Kamu sama sekali nggak merasa iri!?"

"Nggak juga. Aku nggak punya hak untuk merasa iri. Lagi pula Itona juga terlihat tidak mengincar Hayami. Terus kalau aku yang menjaganyajuga percuma soalnya aku juga bertugas membidik dari jarak jauh."

Chiba berkata demikian dengan poker face andalannya. Ucapannya memang benar adanya, bila menjadi pelindung Hayami hanya akan memperhambat tugas keduanya, jadi ia setuju-setuju saja saat Karma membagikan partner ini.

Mendengar pernyataan Chiba, Okajima membalikkan badannya dengan penuh kekecewaan. Air mata yang tak berarti masih terus berjatuhan dari matanya, membuat Chiba kembali terheran. 'ini anak kenapa terobsesi banget sama mereka berdua, sih?'

"Dengar, ya… kalau aku berada di posisi Itona sekarang…"

Okajima membayangkan saat-saat dimana ia bermesraan dengan Hayami di bawah rindangnya pohon. Lalu melakukan piiip terus piiiip dan kejadian selanjutnya tetap akan author sensor meski bukan R18.

"Nggak, nggak. Kurasa sebelum kau sempat melakukan itu dengan Hayami, dia akan menembakmu dengan peluru asli milik B*tch-sensei," ucapan Chiba menghentikan imajinasi dalam pemikiran Okajima. Menarik sang teman kembali ke kenyataan. Ingat, kenyataan tak seindah bayangan.

"Jahat kau, Chiba! Ini Cuma sekadar ekspesitas tahu!" tutur Okajima tidak terima imajinasinya terhalang.

"Ingat reality, Okajima," balas Chiba.

"Kejaaam!"

"Berisik kalian!"

Suara Hayami terdengar dari earphone yang tergantung di tudung masing-masing. Menyadari ini, keduanya menjawab perkataan Hayami melalui earphone itu. "Kau dengar?" tanya Chiba

"Tentu saja. Posisi kalian kan nggak jauh dari tempatku," jawab Hayami.

"Oh, jadi kau dengar yang tadi, Hayami?" Chiba kembali memastikan.

"Iya. Dengar."

"…"

"Tapi, Chiba. Aku nggak akan sekejam itu pada temanku sendiri saat ia berpikir mesum tentangku."

Raut wajah Okajima terlihat senang, senyumnya mengembang, dan bunga-bunga sebagai latar belakang suasananya saat ini. Sedangkan Chiba mengerutkan alisnya, ia shock. Ia tidak terpikir kalau Hayami ada rasa sama-

"Paling aku hanya akan melaporkannya pada polisi."

.

.

.

"Kau mau aku masuk penjara!?"

"Ya. Setidaknya itulah yang sepantasnya diberikan pada orang mesum macam kamu, Okajima."

"Kalian berdua jahat!"

"…"

Chiba mingkem, untung perkiraannya salah. Tapi tetap saja kalau didengar seksama, ucapan Hayami bisa terbilang kejam. Tak ada yang mau menjalani hidupnya di balik sel penjara yang dingin, ditambah namanya akan tercemar bila sampai berhubungan dengan pengadilan. Hei, hidup seperti itu mengerikan.

"Oh, sudah ya. Aku harus bersiaga," ucap Hayami mengakhiri pembicaraan.

Ia mengangkat senapannya, membidik Takebayashi dari tempatnya. Namun ia belum menarik pelatuknya, ia hanya membidik saja hingga pertandingan dimulai nantinya. Dan karena ia bergeser terlalu ujung, dahan yang ia naiki patah sehingga ia terjatuh dari atas sana.

"Kau tak apa-apa?"

Untung saja Itona dengan sigap menangkapnya yang terjatuh. Setelah mendapati anggukan dari Hayami, Itona menurunkan gadis tersebut dari bopongannya. Memastikan bahwa kaki Hayami sudah menyentuh tanah, Itona kembali berucap padanya, "Lain kali hati-hati." Dan hanya dijawab dengan anggukan kembali.

Hayami berjalan mendekati pohon yang tadi, bermaksud untuk memanjatnya dan kembali bersiaga. Namun langkah kaki Itona yang mendekat membuatnya terhenti di situ untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Itona.

Lelaki itu mendekatinya, dan kembali berkata padanya, "Di rambutmu ada daun."

"Eh? Dimana?" Hayami meraba kepalanya sendiri, mencari-cari daun yang dimaksud Itona. Namun karena tak kunjung ketemu, Itona lebih mendekat ke gadis tersebut. Tangannya yang mengarah ke kepala Hayami bermaksud mengambil daun yang tersangkut, "Sebentar…"

Kemudian secara tiba-tiba Chiba menarik bahu Itona dan Hayami ke arah yang berbeda, menjauhkan keduanya dari kontak fisik. Raut kesal terukir di wajahnya, beberapa perempatan juga mulai bermunculan.

Hayami yang bingung menoleh ke arah Chiba, begitu pula Itona. Keduanya tampak bingung dengan kelakuan Chiba yang begitu tiba-tiba. Namun lelaki itu menolak membuka mulut. Ia hanya mengerutkan alisnya berkali-kali dengan kesal. Tentu hal itu tak disadari oleh keduanya karena poni Chiba menghalangi.

"…Chiba…?"

"…"

"Ano~ maaf ganggu suasana~ Hayami-san, Chiba, Itona. Cepat kembali ke posisi masing-masing kalau tidak… kalian tahu apa yang akan kalian terima, kan…?" Karma berbicara melalui earphonenya dengan penuh penekanan di setiap katanya, terutama di akhir. Ancaman tersebut membuat ketiga nama yang disebutkan bergidik ngeri.

"Aaaah, baik… maafkan para hamba-mu ini, Karma…"

Dan mereka pun kembali ke posisi masing-masing. Itona kembali berjalan menuju tempatnya tadi, Hayami juga sudah memanjat pohon dan kembali membidik Takebayashi. Kemudian karena tidak ingin ada kejadian seperti tadi saat pertempuran dimulai nanti, maka Karma menyuruh Chiba dan Okajima pindah ke tempat lain yang lebih jauh dari tempatnya Itona dan Hayami.

Emosi Chiba pun sudah lebih terkontrol. Namun kelakuannya tadi masih menimbulkan rasa penasaran bagi Okajima.

"Chiba… kamu tuh…"

"Apa?"

"Suka sama Hayami, ya?"

"—!?"

Chiba tersentak kaget mendengar pertanyaan temannya ini. saking kagetnya, senapannya bahkan ia jatuhkan hingga tergeletak begitu saja di tanah. "Kenapa tiba-tiba tanya begitu?" ucapnya dengan wajah merona merah.

"Ya habisnya… kelakuanmu tadi itu kelewat ganjil tahu!"

"Ganjil…?"

"Sikapmu tadi tuh jelas-jelas…"

"…?"

"Cemburu, kan?"

"…!"

Chiba membungkam mulutnya, mengalihkan pandangannya, enggan menjawab. Namun aura curiga yang ditimbulkan Okajima memaksanya untuk membuka mulut.

"… Iya."

Demikian jawaban Chiba yang membuat Okajima terbelalak kaget. Meski ia tahu bahwa Chiba dekat dengan Hayami, bukan berarti ia mengira bahwa temannya itu menyukai perempuan yang turut ia suka. Okajima benar-benar terkaget-kaget mengetahui ini.

Oh, dan sehabis pertempuran ini, tolong ingatkan Okajima untuk mencatat buku hariannya.

Tanggal xx bulan x tahun 20xx

Chiba suka sama Hayami.

END


Gaje banget dah ini fanfic…

ChibaHaya-nya jadi nggak terlalu kelihatan…

Hahaha~ terus juga kelihatannya kurang romance, ya~

Soalnya kan ya…

Author entah kenapa suka liat Chiba cemburuan :V #digamparorangnya

TYPO juga mungkin masih ada ya~ (author males cek ulang)

Pemilihan katanya juga ada yang kurang bagus mungkin ya~ (maklum lah author bukan seorang pro)

Pokoknya yang penting ini fic jadi~ [ Itona : Thor, jangan cari-cari alesan deh ]

Yah, Chiba kan udah ketauan lagi PDKT, terus Okajima juga emang aslinya suka sama Hayami. Sedangkan Itona? Entahlah~ tapi pas diliat-liat lagi di anime season 2 nya Itona (lumayan) sering bareng Hayami juga ya.

Pas di episode 8 season 2 itu lho :v

Pas mereka sembunyi di selnya itu, kan anak2 cewek naik ke atas pundak para cowok terus nemplok (?) di dinding

Nah si Hayami naik ke pundaknya Itona (cek aja kalau ga percaya)

Terus ditambah sama episode 17, Itona yang jagain sekitar Hayami

Terus di situ kan si Hayami manggil namanya Itona. Terus author baru ngeh

Kalau ternyata Chiba sama Hayami belum pernah manggil nama satu sama lain :v

Dan author sampai sekarang masih bingung si Chiba manggil Hayami pake '-san' atau nggak, soalnya dia manggil Kanzaki aja pake '-san', tapi manggil Nagisa enggak pake tambahan '-san'/'-kun' dan Author pun kembali bingung :'v (tapi paling bingung sama Karma karena sebelumnya dia manggil Nagisa pake '-kun', Kayano pake '-chan', Hayami pake '-san', Terasaka tetep Terasaka :'v)

Kalau Hayami sih dijamin manggil Chiba tetep Chiba, soalnya dia manggil nama Okajima, Isogai, dll nggak pake embel embel '-san'/'-kun'/'-chan'

Yah, intinya sih author masih mempertanyakan hubungan mereka yang keliatan akrab, tapi gak akrab

Di wiki juga ditulis kalau Hayami sering janjian sama Chiba, tapi selalu berakhir canggung :v

Makanya masih ada kemungkinan besar ada cowok lain yang suka sama Hayami :v

Ciee Chiba~ bisa direbut lho neng Hayami-nya :V

Chiba : UDAH THOR! GAK USAH DIBESAR2IN NAPA

Author : Aelah situ klo cemburu bilang aja kali :v

Weeh

Ini pesan-kesan author panjang amet dah :v

Udah, udah

Author akhiri aja ya tulisan gaje ini :v

Hemat kata lebih baik

Ok,

Ditunggu fav, follow, sama reviewnya \( '-' )/


#OMAKE

Hayami terkena tembakan dari Yada sehingga ia harus keluar dari survival game tersebut. Setelah menuju ke area tempat para murid yang gugur, ia menelusuri tempat dimana ia akan duduk. Melihat ke sana-sini, tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan Chiba. Ia pun memutuskan untuk menghampiri rekan snipernya itu dan duduk bersebelahan dengannya.

Karena Hayami tidak memperhitungkan jarak, ia duduk sangat dekat dengan Chiba, membuat sang lelaki bersemu merah mendapati perempuan yang ia taksir begitu dekat dengannya. Meski sebenarnya Hayami tidak mempedulikannya, dan tidak menggubris reaksi ganjil dari Chiba.

"Chiba…" sapa Hayami membuka pembicaraan.

"Hn?"

"Sepertinya akurasi menembakku masih jauh darimubelum terlalu membaik. Meski aku sudah cukup yakin dengan latihan yang selama ini, tapi tetap saja masih jauh dari harapanku…"

"…" Chiba terdiam, membiarkan si surai senja melanjutkan perkataannya.

"Jadi, Chiba…"

"Ya?"

"Kapan-kapan… boleh aku latihan bersamamu lagi?"

Hayami menoleh ke arah Chiba dengan agak merona malu. Melihat ini, tentu saja Chiba kembali memerah. Ia kemudian mengalihkan pandangannya sembari menggaruk tenguknya yang tidak gatal, mencoba menghilangkan groginya. "Iya… boleh, kok."

Biar saja Itona dan Okajima mencari kesempatan di hari-hari normal, namun karena Chiba merupakan rekan Hayami, jadi ia lebih banyak memiliki kesempatan tersebut.

"Oh, tapi itu kalau tim merah menang. Soalnya kalau tim biru yang menang, berarti rencana pembunuhan kita juga selesai."

-meski perasaannya masih digantungkan oleh yang bersangkutan.


#OMAKE2

"RINKA!"

Yada berlari dan memeluk Hayami seerat-eratnya setelah mendapatinya tengah terduduk di samping Chiba. Ia menyerukan nama Hayami berkali-kali sembari terisak oleh tangis, sepertinya ia masih merasa bersalah karena tembakannya mengenai Hayami hari ini.

"Y-Yada?"

"RINKA! RINKA! RINKA! MAAF! MAAF! MAAF!"

"I-iya, aku maafkan, kok. Jadi berhenti menangis, ya?"

"RINKAAAA!

Meski ia sudah mengangguk mengerti, Yada tetap saja memeluknya dengan menangis tersedu-sedu. Membuat Hayami kewalahan terhadap kelakuan Yada terhadapnya.

Dan akibat pelukan Yada yang kelewat erat, Hayami menjadi agar mundur dan lengannya pun mengenai lengan Chiba yang berada di sampingnya. Membuat lelaki tersebut memalingkan wajahnya untuk menutupi rona merah yang kembali terlihat.

Dan diam-diam Koro-sensei mengabadikan momen tersebut dalam catatannya.

Tanpa sengaja Hayami bersentuhan dengan Chiba, membuatnya memalingkan wajahnya malu.

"Sensei, tolong berhenti mencampuri privasi para muridmu," ingatan dari Sugino dan kawan-kawannya membuat Koro-sensei dengan cepat menyembunyikan catatannya tersebut ke balik sakunya.

SEKARANG BENERAN THE END