A, for Annoying
—Chan Baek—
"Chanyeol itu berisik, dan mengganggu. Tapi kalau dia tidak ada, rasanya sepi."
—
Kesan pertama yang timbul di benak Baekhyun tentang Chanyeol saat mereka pertama kali bertemu adalah, annoying. Dan Baekhyun tidak salah berkata seperti itu. Junmyeon—yang merupakan member terlama menjalani training juga mengatakan demikian. Chanyeol berisik, Chanyeol suka mengganggu, Chanyeol si pembuat onar. Tukang telat yang selalu pulang duluan. Intinya, Chanyeol menyebalkan.
Suatu ketika, Baekhyun tidak menemukan Chanyeol di studio latihan yang mereka gunakan. Awalnya, ia mengira Chanyeol terlambat seperti biasanya. Namun, sampai dua jam kemudian, si jangkung menyebalkan itu masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Mencari Chanyeol?"
Baekhyun menoleh, mendapati Junmyeon berdiri di sudut ruangan sambil mengelap keringat yang membanjir deras di wajahnya. Baekhyun meringis, namun tak urung ia mengangguk. "Dimana anak itu?"
"Tidak datang." sahut Jongin. "Dia juga tidak hadir di kelas rap tadi."
Eh? Si bodoh itu tidak datang hari ini?
Mendadak Baekhyun teringat kejadian dua hari yang lalu. Pelatih dance mereka mengevaluasi hasil latihan mereka bulan itu. semua member mengalami kemajuan, tapi tidak dengan Chanyeol. Pelatih mereka mengkritik habis-habisan sikap Chanyeol yang seenaknya sendiri dan kurang berkonsentrasi saat berlatih.
Apa karena itu dia tidak masuk?, Baekhyun membatin seraya meneguk air mineralnya. Ia lantas merebahkan diri di lantai ruang latihan, menatap langit-langit dengan pandangan menerawang. Si bodoh itu—tidak bermaksud menyerah, kan?
Baekhyun menelengkan kepalanya ke samping, mendapati Sehun sedang bermain ponsel dan mengobrol ringan dengan Luhan, Yixing dan Jongin sedang berdiskusi untuk menyempurnakan gerakan mereka, Junmyeon dan Kyungsoo sedang mengobrol, Jongdae dan Zitao sedang memperhatikan Minseok menari, Yifan sedang tidur di sofa yang terletak di sudut ruangan.
Tidak ada Chanyeol, rasanya ada yang berbeda.
Rasanya... sepi.
Biasanya, di saat istirahat seperti ini, Chanyeol akan menjahili seluruh member tanpa terkecuali. Lalu, Sehun akan bekerja sama dengan Jongin untuk membalasnya. Kemudian Junmyeon akan melerai mereka. Lalu Kyungsoo dan Yixing akan turun tangan untuk melerai keempat orang itu. Minseok, Jongdae, dan Zitao yang tertawa-tawa karena mendapatkan tontonan gratis. Dan sebagai sentuhan terakhir, Yifan akan menghentikan semua kerusuhan itu hanya dengan auman naganya—eh, maksudnya dengan bentakannya. Lalu Chanyeol menyeringai lebar, berlari menghampiri Yifan, dan mengganggu calon leader EXO itu tanpa rasa takut sama sekali.
Chanyeol mungkin mengganggu. Tapi tanpa kehadirannya, suasana latihan akan jadi sangat membosankan.
Setidaknya begitu, menurut Baekhyun.
—
B, for Babo
—Chan Baek—
"Dia bodoh. Tapi setidaknya lebih baik melihatnya bertingkah bodoh, karena itu tandanya dia sedang baik-baik saja."
—
Chanyeol itu bodoh.
Itulah yang Baekhyun katakan saat ia melihat Chanyeol keesokan harinya, datang latihan satu jam lebih awal dari jadwal. Saat itu ia ada kelas vokal di pagi hari. Ia melihat Chanyeol sedang duduk di depan ruang dance seorang diri, membuat kening Baekhyun berkerut heran. Sedang apa dia disini sepagi ini, sementara kelas dance baru dimulai pukul sebelas nanti?
"Hei, Yeol." Baekhyun memutuskan untuk menyapa Chanyeol pada akhirnya. "Sedang apa disini? Ada kelas rap atau akting, memangnya?"
Chanyeol nyengir lebar, kemudian menggeleng. "Tadinya, aku berniat berlatih dance terlebih dahulu karena kemarin aku tidak masuk. Tapi aku lupa melihat jadwal pemakai ruangan untuk hari ini, ternyata pagi ini ruangan untuk latihan dance dipakai semua."
"Dasar bodoh." Baekhyun memutar bola matanya malas. "Lalu, kau mau menunggu disini sampai giliran kita berlatih?"
"Tadinya sih begitu." Chanyeol beranjak dari duduknya, menatap Baekhyun dengan senyum lima jari khasnya. "Karena ada kau, aku memutuskan untuk menontonmu latihan saja. Ayo, nanti kau terlambat." ujarnya sambil meraih pergelangan tangan Baekhyun, menyeret pemuda kecil itu menuju ruang latihan vokal di lantai empat.
—
Baekhyun melirik Chanyeol sekilas di sela-sela latihannya. Sekali lihat saja Baekhyun sudah tahu, si bongsor itu sedang tidak baik-baik saja. Ia jadi lebih pendiam, dan tidak bertingkah bodoh seperti biasanya. Dan Baekhyun menebak, pasti ini ada hubungannya dengan absennya dia kemarin. Mengenai hasil evaluasi bulanan tentunya.
Pelatih vokal Baekhyun memberinya waktu istirahat lima belas menit. Tanpa buang waktu lagi, Baekhyun langsung menghampiri Chanyeol. Menepuk bahunya sebelum duduk di sampingnya. "Kau terlihat buruk saat melamun, Yeol."
Chanyeol tampak terkejut, namun dengan segera lelaki bongsor itu mengatasi keterkejutannya dan tersenyum. "Aku tidak melamun, Baek."
"Kau memikirkan apa yang dikatakan pelatih saat evaluasi kemarin, bukan?"
Baekhyun melihat Chanyeol terdiam sejenak, sebelum kembali tersenyum. "Aku ingin bilang tidak, sebenarnya. Tapi aku memang memikirkannya." lelaki bongsor itu tersenyum kecut. "Aku tidak bisa menari. Aku ikut audisi juga bukan ingin debut sebagai anggota boyband."
Baekhyun mengerti. Chanyeol pernah memberitahunya soal audisi yang membuatnya terdaftar menjadi salah satu trainee SM. Bukan audisi menyanyi atau menari, melainkan modelling. Ia juga sempat dengar bahwa Chanyeol memiliki bakat yang bagus—Baekhyun tidak tahu bakat bagus jenis apa itu, yang ia tahu Chanyeol bisa bernyanyi dengan baik meski suaranya terlalu berat untuk ukuran seorang vokalis, dan rapnya juga sangat bagus.
Intinya sih, Chanyeol berbakat, hanya saja ia lemah di tarian, sementara perusahaan tidak bisa membiarkan murid berbakat seperti Chanyeol hanya debut sebagai model sementara Chanyeol memiliki peluang yang lebih.
"Aku juga tidak bisa menari." Baekhyun tiba-tiba bicara, membuat Chanyeol menoleh ke arahnya. "Sejak dulu, aku suka menyanyi, dan asal kau tahu saja, aku tidak suka menari. Sama sepertimu."
"Daripada menjadi anggota boyband, aku lebih suka menjadi anggota band aliran rock, kurasa itu keren sekali daripada aku harus menyanyi sambil menari. Kau juga pasti sependapat denganku."
"Kesempatan yang ditawarkan SM yang ada di depan mataku adalah debut sebagai anggota boyband dan mereka bilang, aku hanya perlu berlatih menari saja dan jika aku bisa menari dengan baik dalam waktu singkat, aku akan segera dimasukkan dalam grup yang sedang direncanakan SM. Sebenarnya bisa saja aku menolaknya, tapi apa kesempatan macam itu bisa aku dapatkan jika aku menolak yang ini?"
"Karena itulah aku bersama kalian sekarang. Aku menerima tawaran audisi yang diberikan SM karena kupikir inilah kesempatanku. Memang ini bukan impianku yang sebenarnya, tapi dengan begini, aku jadi selangkah lebih dekat dengan impianku, bukan? Yah, mungkin saja aku bisa debut solo suatu hari nanti, atau sekedar menyanyikan ost untuk sebuah drama, siapa yang tahu?"
"Kau juga begitu, Chanyeol. Mungkin saja, kan, setelah kita debut nanti kau dapat tawaran membintangi video musik, drama, atau CF? Dan bayangkan saja, kalau kau berlatih menari dengan baik, netizen pasti akan menilaimu jenius. Wajahmu tampan, bisa akting, bisa menari, menyanyi pun bisa, rapmu luar biasa, melawak juga bisa, kau juga mudah akrab dengan orang lain. Kesempatanmu pasti terbuka lebih lebar jika kau mengambil kesempatanmu yang ini terlebih dahulu."
Baekhyun menghentikan kalimatnya untuk minum karena tenggorokannya kering sebelum melanjutkan. "Dan lagi, bukankah menyenangkan kalau kita berjuang bersama-sama?"
Chanyeol terdiam mendengarkan penuturan Baekhyun. Yang dikatakan Baekhyun ada benarnya juga. Disini, bukan hanya Chanyeol yang harus belajar menari sementara menari bukanlah keahlian dan kesukaan mereka—ada Baekhyun, Junmyeon, Jongdae, Yifan, dan Kyungsoo juga—dan mereka masih berjuang. Mereka tidak pernah mengeluh sedikitpun meski pelatih mengkritik mereka habis-habisan. Dan seharusnya, Chanyeol juga seperti itu.
"Kau benar, Baek. Aah kau memang yang terbaik~" Chanyeol tersenyum lebar, dengan segera ia memeluk Baekhyun erat hingga tanpa sadar membuat botol air minum yang dibawa Baekhyun tumpah membasahi celana keduanya.
"Ups—"
"PARK BABO CHANYEOL! LAIN KALI LIHAT-LIHAT KALAU MAU PELUK-PELUK! AKH MENYEBALKAAAAAN!"
"Aku tidak sengaja. Sungguh!" Chanyeol dengan segera berlari untuk menghindari serangan maut Baekhyun. Baekhyun yang murka dengan segera bangkit mengejar Chanyeol. "Yang celananya basah kan bukan cuma kau, Baek. Aku jugaa." teriak Chanyeol lagi, masih sambil berlari.
"Tapi ini salahmu, bodoh!"
"Maaf deh maaf."
"Kata maafmu tidak bisa mengeringkan celanaku seperti semula!"
"Ya sudah sini kutiup celanamu biar kering."
"Enak saja, dasar raksasa idiot mesum!"
"Ya! Ya! Ampuun~~"
Yah, Chanyeol memang bodoh dan menyebalkan. Tapi setidaknya yang seperti itu lebih baik daripada melihatnya murung sepenjang hari. Meski makan hati juga melihat kebodohannya yang tidak habis-habis.
—
C, for Care
—Chan Baek—
"Dia mungkin akan jadi orang yang menertawai seseorang paling keras, tapi dibalik tingkah menyebalkannya itu, Chanyeol adalah sosok yang sangat peduli pada orang lain."
—
Hari ini Baekhyun benar-benar tertimpa sial. Bangun kesiangan, ketinggalan kereta, terlambat latihan, kena marah pelatih, dompetnya hilang, dan sekarang ia kelaparan. Uh, moodnya benar-benar memburuk. Terlebih, hari ini jadwal latihannya penuh, dan ia baru akan pulang saat petang tiba. Tanpa dompetnya, ia tidak bisa mengisi perutnya. Kalau ia tidak mengisi perutnya sekarang juga, ia pasti tidak akan sanggup menjalani sisa jam latihannya hari ini. Kalau sudah begitu, pelatihnya pasti marah-marah lagi, dan itu pasti akan membuat moodnya semakin hancur.
Benar-benar miris.
Sebenarnya ia bisa saja meminjam uang pada temannya yang lain. Tapi ia gengsi. Bukan gengsi juga sebenarnya, Baekhyun hanya tak terbiasa pinjam-meminjam uang, baginya itu memalukan sekali.
Tapi, jika ia mementingkan egonya, ia bisa lebih terkena sial hari ini. Akh!
"Baek, tidak ke kantin?"
Baekhyun mendongak, mendapati Chanyeol sedang berjongkok di depannya. Baekhyun meringis. "Aku... tidak lapar."
"Masa? Ya sudah aku ke kantin dulu—"
KRUYUUK~
Situasi hening seketika. Baekhyun dan Chanyeol sama-sama melongo mendengar bunyi perut Baekhyun yang lumayan nyaring barusan. Chanyeol tertawa mendengarnya, dan Baekhyun yakin wajahnya sudah seperti kepiting rebus saking malunya. "Aku ke kantin dulu."
Baekhyun menenggelamkan kepalanya pada kedua lengannya yang memeluk lututnya. Tentu saja ia malu sekali ketahuan berbohong oleh Chanyeol, mana suara perutnya keras sekali. Hancur sudah harga dirinya. Seharusnya, tadi ia bicara jujur saja pada Chanyeol, siapa tahu Chanyeol mau berbaik hati meminjamkan uang padanya untuk mengisi perut. Sisi bagusnya, ia tidak akan menahan malu seperti ini, juga perutnya mugkin tidak akan meraung-raung lagi.
Penyesalan memang selalu datang belakangan.
"MENYEBALKAAAAAAN!" Baekhyun akhirnya berteriak sekuat tenaga, suara tingginya melengking mengagumkan. Melampiaskan segala kekesalannya atas segala kesialan yang menimpanya hari ini. Perasaannya sedikit lega setelah berteriak, namun tidak dengan perut dan tenggorokannya—perutnya jadi semakin lapar, dan tenggorokannya kering, membuatnya semakin mengenaskan.
"Apa yang menyebalkan?"
Baekhyun mendongakkan kepalanya, mendapati Chanyeol berdiri di ambang ruang latihan dengan dua kantung besar di masing-masing tangannya. "Apa itu, Yeol?"
"Makanan." Chanyeol meletakkan kantung-kantungnya itu di depan Baekhyun. "Kau lapar, kan? Ayo makan!"
Baekhyun hanya bisa menelan ludahnya saat Chanyeol membuka kantung-kantung tersebut dan mengeluarkan isinya—ada roti, camilan, air mineral, dan juga makanan kantin yang sengaja dibungkus. "Kau beli banyak sekali, Yeol."
"Sudah, makan saja." Chanyeol mendorong satu bungkus besar makanan ke arah Baekhyun, kemudian membukanya dan menyerahkan sumpit. "Kenapa tidak makan kalau kau lapar? Bunyi perutmu keras sekali, tahu." ledeknya sambil tertawa—lagi.
"Dompetku hilang." jawab Baekhyun sambil menyantap makanannya. Dia tampaknya sudah terlalu lapar untuk marah-marah, jadi ia tidak peduli Chanyeol sedang meledeknya. "Uang yang tersisa hanya cukup untuk ongkos pulang nanti."
"Kau seharusnya bilang padaku, Baek. Atau pada yang lain. Daripada kau menahan lapar begitu."
"Kau berniat menambah kesialanku dengan memarahiku?" Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebal, membuat Chanyeol terkekeh pelan. "Moodmu sedang buruk, ya?"
Baekhyun mengangguk.
Chanyeol merogoh salah satu kantung belanjanya, kemudian mengeluarkan sebatang cokelat dan menyerahkannya pada Baekhyun. "Nih, untukmu. Kudengar cokelat bagus untuk memperbaiki mood."
Baekhyun menerimanya. Ia lantas tersenyum lebar. "Terima kasih, Yeol."
—
