Summary: Kehilangan orang yang kita sayangi memang menyakitkan, tapi jauh lebih menyakitkan jika kehilangan mereka satu per satu...

Genre: Friendship/Hurt/Comfort (sementara ini)

Disclaimer: of course bukan punyaku lah...

Hm... (frown) ini fic bahasa Indonesia pertamaku . Please be nice :D. Please Read & Reviews!

I Want To Taste a Piece of Heaven

Aku sudah terbiasa untuk hidup sendiri, atau sebenarnya tak ada seorang pun yang peduli padaku?

xxxxx

Bising sekali. Ahhh…! Kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku?

"Dokter! Dokter! Cepat kemari!" teriak seorang wanita.

"Tenang, Nona! Kami akan segera menanganinya. Anda jangan khawatir" ucap seorang laki-laki bersuara berat mencoba menenangkan wanita itu.

Ada apa ini? Kenapa gelap? Kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku?

"Denyut nadinya melemah. Cepat sediakan……." ucap laki-laki bersuara berat tadi yang mulai terdengar samar-samar lalu menghilang.

xxxxx

Pada suatu pagi yang cerah (yah sekitar jam sepuluhanlah), terdapat dua orang yang sedang bercanda tawa satu arah (abisnya yang ngomong cuma ceweknya, yang cowok cuma ngeliatin dan kadang senyum) di taman sebuah kampus terkenal. Mereka terlihat cukup dekat, meski sebenarnya hubungan mereka tak lebih dari teman.

Dia adalah wanita yang sangat aku sayangi, dan akan kusayangi seumur hidupku. Aku rela melakukan apapun asalkan dia bahagia. Asalkan aku bisa selalu melihat senyum dan tawa di wajahnya seperti hari ini.

"Naru! Naru! Kok diem aja sih dari tadi?" tanya si wanita berambut pink manja.

"Gak apa-apa kok. Kamu kenapa dari tadi girang amat? Ada apaan sih?" tanya Naru penasaran.

"Iya nih aku seneng banget hari ini! Kamu tahu kenapa? Oh ya kamu mesti belum tahu kan? Kan belum aku kasih tahu."

"Udah cepetan! Ada apaan?" tanya Naru tak sabar.

"Aku…… akan …. bertunangan dengan Sasuke-kun!"

Crash……. Hati Naruto terasa sangat sakit seolah-olah beribu kunai menghujam hatinya. Kali ini dia benar-benar telah kehilangan kesempatan. Naruto akan kehilangan Sakura-chan yang sangat dicintainya itu untuk selama-lamanya.

"Hello…! Naru jangan bengong gitu!" kata Sakura sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Naruto.

"Oh, maaf! Ehm… selamat ya!" kata Naruto dengan senyuman yang sangat dipaksakan.

TIN….TIN…..

Suara klakson Jazz silver, mobil yang menjemput Sakura, nyaring.

"Oh itu Sasuke-kun. Ya udah. Aku pergi dulu. Bye, Naruto. Satu lagi, jangan bengong pas lagi nyetir nanti!" ucap Sakura seraya berlari ke dalam mobil.

"OI… DOBE! AKU AMBIL SAKURA YA!" teriak Sasuke dari dalam mobilnya.

Naruto hanya membalasnya dengan senyuman yang sangat dipaksakan. Mobil pun berlalu, meninggalkan Naruto yang sangat syok karena berita yang baru saja didengarnya dari Sakura sendirian. Naruto pun menendang tempat sampah yang ada di dekatnya dan melemparkan kertas-kertas tugas yang dipegangnya sedari tadi hanya sekedar untuk menyalurkan rasa kecewa dan amarahnya itu. Kertas-kertas itu pun jatuh berantakan tak jauh beda dengan kepingan-kepingan hatinya yang masih tersisa.

Sasuke-teme dan Sakura-chan akan bertunangan?! Yang benar saja?! Sakura-chan pasti hanya bercanda. Ini pasti hanyalah sebuah lelucon, tapi…. jika ini benar hanyalah sebuah lelucon dia tak mungkin sesenang itu. Jadi…. itu semua adalah kenyataan? Sakura-chan dan Sasuke-teme akan benar-benar menikah? AHHH….! BRENGSEK KAU SASUKE! Kau menusukku dari belakang! Kau merebut Sakura-chan dariku! Sakura-chan, kau pun sama saja! Kau sungguh jahat padaku! BERTINDAK SEENAKNYA TANPA MEMIKIRKAN PERASAANKU! KALIAN SEMUA SUNGGUH BRENGSEK! PENGKHIANAT!!

Naruto meninggalkan taman itu dengan amarah serta sakit hati yang mendalam. Dia marah pada Sasuke, Sakura, bahkan pada dirinya sendiri. Tanpa sepengetahuan Naruto ada seseorang tak jauh darinya bersembunyi dan selalu memperhatikannya selama ini.

xxxxx

Di apartemen Naruto….

Naruto duduk di atas tempat tidurnya sambil memeluk kedua kakinya. Dia terlihat sangat marah dan sedih. Hatinya yang telah hancur berkali-kali kini dihancurkan lagi, tak tersisa.

"AKU MUAK DENGAN HIDUPKU! KENAPA TAK KAU AMBIL SAJA NYAWAKU, KAMI-SAMA?!" teriaknya frustasi.

Naruto telah berusaha untuk menghilangkan amarahnya semalaman, tapi amarahnya itu tak kunjung menghilang. Bahkan semakin dia berusaha menghilangkannya, amarahnya kian membesar.

"Lebih baik aku ke pergi Ichiraku. Semoga saja bisa menenangkan pikiranku" ucap Naruto lalu segera bersiap-siap, mengganti pakaian yang sudah dipakainya dari kemarin, dan bergegas ke Ichiraku Ramen, restoran favoritnya itu.

Di Ichiraku Ramen….

"Aku pesan ramen seperti biasanya, Paman!" kata Naruto lesu.

"Okay, Naruto! Akan segera kusiapkan!" jawab paman pemilik Ichiraku sambil mengangkat salah satu alisnya, heran dengan sikap Naruto yang tidak ceria dan berisik seperti biasanya.

"Hei, Naruto! Ada apa denganmu? Pagi-pagi sudah lesu dan tidak bersemangat" pancing pemilik Ichiraku Ramen itu agar Naruto mau bercerita sambil menyerahkan semangkuk ramen.

"Aku tak apa-apa, Paman. Hanya sedikit tak enak badan" jawab Naruto masih dengan nada lesu.

"Kau itu harus jaga kesehatanmu! Ngomong-ngomong tumben kemarin kau tak kemari? Kau sibuk? Atau… kau ada masalah hingga lupa pada tempat ini?" pancing paman itu lagi (maaf author lupa namanya).

Naruto hanya diam dan menghabiskan ramennya.

"Hei Naruto! Jawablah pertanyaaku! Jangan diam seperti itu!"

"Maaf. Saya rasa itu BUKAN urusan Anda! Saya permisi" jawab Naruto dingin, sambil membayar semangkuk ramen yang ia makan, sementara paman itu hanya menatap Naruto dengan pandangan terkejut tanpa berkata apapun. Setelah itu pun Naruto kembali ke apartemennya dan mengurung diri di dalam kamarnya.

xxxxx

Drrt…drrt… drrt…

Naruto yang merasa HP nya bergetar hendak mengambil Hp nya, tapi kening pemuda berambut kuning itu berkerut saat melihat nama yang tertera di layar LCD HP nya itu.

SAKURA-CHAN

Naruto pun mengurungkan niatnya untuk menjawab telepon itu, membiarkan HP nya bergetar.

Drrt… drrt…. drrt…

HP Naruto bergetar lagi. Tak hanya dua atau tiga kali tapi untuk kesekian kalinya HP itu bergetar tanpa jawaban dari Naruto. Lama-kelamaan Naruto yang sedari tadi tak memperhatikan Hp nya itu mulai merasa terganggu. Dengan kasar dia mengambil HP nya lalu melemparnya entah ke mana. Hanya terdengar suara sebuah benda jatuh ke lantai lalu pecah di salah satu sudut ruangan.

"UNTUK APA KAU MENGHUBUNGIKU LAGI?!" teriak Naruto marah.

xxxxx

Di gerbang kampus, seorang wanita berambut pink menatap sebal pada layar HP nya sembari menggerutu tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang mulai memperhatikannya.

"Naruto, apa sih yang sedang kau lakukan?! Kenapa tak satu pun sms dan telepon dariku yang kau jawab?!" ujarnya sebal.

"Sakura, tenanglah. Kita mulai diperhatikan orang-orang nih. Lagipula dia pasti baik-baik saja kan?" kata Ino berusaha menenangkan.

"Tak bisa, Ino! Berhari-hari dia tak masuk kuliah tanpa alasan yang jelas, tak memberi kabar sedikit pun, apartemennya pun kosong, bahkan yang lebih menjengkelkan, sekarang dia tak bisa dihubungi sama sekali! Apa maumu sebenarnya Naruto?!" kata Sakura yang bertambah jengkel karena mendengar suara merdu seorang wanita yang mengatakan kalau HP Naruto sedang tidak aktif dari HP nya.

"Sudahlah, Sakura. Sudah"

xxxxx

Ahh...! Jika aku pergi ke kampus, pasti aku akan bertemu dengan kedua PENGKHIANAT itu. Aku tak ingin bertemu mereka. Hhh….. sebaiknya aku pergi ke mana untuk menenangkan pikiranku ini ? Hmm... Ke tempat Paman Iruka saja. Kebetulan sudah lama aku tak menjenguknya.

Naruto pun segera menstarter mobilnya dan melaju menuju tempat Iruka. Tak lama kemudian Naruto pun sampai di tempat itu.

"Gomen, Paman Iruka. Sudah lama aku tak kemari" kata Naruto yang berusaha untuk tetap tersenyum dan terlihat ceria di depan pamannya itu.

Iruka adalah orang yang sangat berharga bagi Naruto. Ibu kandung Naruto, Kushina Uzumaki, meninggal setelah melahirkan Naruto dan ayah kandungnya, Minato Namikaze, meninggal karena kecelakaan pada hari yang sama. Yah, memang menyedihkan, dalam 1 hari Naruto menjadi yatim piatu dan sebatang kara. Namun, beberapa hari kemudian Naruto mendapatkan seseorang yang sangat menyayanginya. Dia adalah Iruka, orang yang merawat Naruto sejak orangtuanya meninggal hingga…. sebuah kecelakaan maut merenggut nyawanya dan membuat Naruto merasa sebatang kara lagi.

"Lima tahun sudah berlalu sejak paman pergi untuk selamanya" ucap Naruto, "aku merindukanmu, Paman. Aku merasa sangat kesepian sejak kau pergi."

Tanpa terasa cairan bening menetes dari sepasang mata biru itu. Sepasang mata yang selalu selalu terlihat ceria meskipun menyimpan beribu kesedihan, tapi tidak untuk kali ini. Saat ini mata itu menunjukkan suatu kesedihan yang mendalam, kesepian, serta kehampaan yang sangat menyakitkan.

"Paman Iruka, sepertinya aku itu benar-benar pembawa sial ya. Orang tuaku meninggalkanku di hari yang sama, kau pun akhirnya pergi juga meninggalkanku, dan kini orang-orang yang kuanggap TEMAN ternyata mengkhianatiku, mereka menusukku dari belakang. Hhhh… Orang-orang meninggalkanku begitu mudahnya" kata Naruto, "yah, sudahlah. Tak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi dan… tak akan ada gunanya pula meminta kembali apa yang sudah pergi. Lagipula semua itu juga tak kan mungkin kembali."

Naruto pun beranjak dari nisan Iruka dan berjalan kembali ke mobilnya. Kini dia sudah lebih tenang, tapi bukan karena amarahnya yang menghilang, hanya saja tempat itu kini digantikan oleh perasaan yang lain. Perasaan sedih, kesepian, serta kehampaan yang selama ini sebenarnya sudah tak pernah dipikirkannya lagi.

Huwaaaa...!! (screaming)
kok jadi gini?

Oh ya, saran dan reviews sangat dibutuhkan demi kelanjutan cerita ini!

Thanks for reading and reviewing :)