Momoi Satsuki, dua belas menuju tiga belas tahun. Gadis manis kuncir ekor kuda yang sepolos porselin wastafel kamar mandi. Isi otak hanya bermain, sedikit belajar, dan mengganggu Dai-chan. Sekarang baru saja duduk di kelas satu SMP, kebetulan sekolah yang mau menerimanya adalah SMP Teiko.
Untuk seusianya, Momoi terbilang sangat kurang update. Di saat teman-teman sesusianya sudah main pacar-pacaran di blekberi dan peth, Momoi bahkan tidak mengerti cara membuat akun pesbuk. Tapi sebenarnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena dengan kemajuan teknologi informasi dan globalisasi, Momoi dipastikan dengan mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya di sekolah.
"Momoi-chan, apa kau suka membaca cerita?"
Gadis dengan senyuman malaikat—namun, sebenarnya memiliki niatan kotor—berambut cokelat pendek itu datang dan mengajak Momoi mengobrol.
Momoi yang baik hati dan anak mama yang paling berbakti pun membalasnya tersenyum manis, "Tentu, Aida-chan! Aku mengoleksi banyak buku dongeng tentang putri dan pangeran!"
Lawan bicaranya memasang senyum simpul, senyuman jahat cukup dipasang di dalam hati. "Kau harus coba membuka situs ini, Momoi-chan! Banyak cerita bagus di sini."
"Benarkah?" Momoi memandangnya dengan tatapan berbinar-binar. "Coba aku lihat!"
Khukhukhu. Aida Riko keci tertawa dalam hati.
Sayang, ternyata sebelum pengaruh media sosial dan pacar-pacaran merasuki otak gadis merah jambu itu, racun pecinta homo telah lebih dulu menelusupi otaknya yang bersih bak air zam-zam tanah suci.
Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi
Catatan Harian Fujoshi (c) Erry-kun
.
.
.
Warning: Fujoshi!Momoi, OOC, AU, typo.
Catatan Harian Fujoshi
.: Page 1: Lemon yang Beracun :.
Sebuah situs beralamat fanfiksi dot net adalah laman yang disarankan teman Momoi sebelumnya. Dia tidak sempat membukanya di kelas karena bel sekolah keburu berbunyi dan guru pun masuk sesaat setelahnya.
Akhirnya, di sini dia sekarang. Momoi, dengan balutan baju rumahannya yang tidak peduli pantas atau tidak yang penting nyaman, tiduran di atas ranjang dengan ponsel yang minimal bisa membuka internet di tangan. Pandangannya dengan serius meneliti apa yang sedang dibukanya, bukan sedang menyeleksi cerita yang akan dia baca, sebenarnya lebih karena Momoi tidak mengerti dengan tampilan laman tersebut.
Fanfiksi ternyata adalah karya cerita yang berasal dari karya lain yang sudah ada. Berbekal pengalamannya yang pernah beberapa kali menonton anime, Momoi pun memilih cerita asal yang penting dia tahu fanfiksi itu dari anime apa..
Momoi membuka salah satu cerita dari anime yang pernah begitu terkenal beberapa saat yang lalu. Mengabaikan genre, rating, dan warning karena dia tidak mengerti itu sebenarnya makhluk semacam apa. Apa pula itu yaoi dan lemon katanya itu? Momoi justru ingat sabun pencuci piring.
Mulai membaca, Momoi anteng dengan sebelah kakinya bergoyang-goyang santai. Dia sangat menikmati membaca kalimatnya karena fanfiksi tersebut ditulis dengan pemilihan kata yang cukup baik dan rapi.
Mulai cerita berjalan sekitar seperempat bagiannya, kaki Momoi yang bergoyang-goyang mendadak berhenti karena mulai merasakan tanda-tanda tidak beres pada jalannya cerita tersebut. Kedua alisnya pun hampir menyatu.
Sebentar, sebentar, kenapa omongan mereka sedikit terlalu dekat untuk sesama laki-laki, ya?
Karena Momoi tidak mau terlalu curiga di awal, dia tetap lanjut membaca. Tapi dengan sebelah alisnya berkedut-kedut antara tidak nyaman tapi penasaran.
—"Di sini, sekarang, sentuh aku!"—
Hah?! Apa maksudnya? Momoi memelototi layar ponsel.
—Sebuah pembuka dari kecupan manis, Dia menggigit bibir bawah lawannya, memaksanya terbuka. Diiringi desah sakit yang menggoda. Laki-laki satunya tidak mau kalah begitu saja, memasukan duluan lidahnya pada mulut sang lawan, menginvasinya—
Momoi sudah bukan melotot lagi, dia merinding luar biasa. Setiap dia menonton Barbie di televisi saja tidak pernah ada adegan ciumannya—karena kalaupun ada sudah dipotong atau disensor duluan oleh KPI—dan ini sudah bukan ciuman sembarangan lagi. Oh, iya, mereka berdua laki-laki pula.
—Pertarungan lidah terjadi. Menggigit lidah lawannya gemas, keluar lagi suaranya yang—
Tunggutunggutunggu. Momoi menilai dirinya belum siap untuk kejutan lain-lainnya tapi dia tetap men-scroll ke bawah karena penasaran.
—menyibak pakaian yang digunakannya, menggigit lehernya, mengecupnya—
HAH?! Momoi mulai merasakan sensasi luar biasa yang sulit di jelaskan. Beberapa bagian tubuhnya mendadak geli-geli gimana gitu.
—mencubit dua tonjolan kecil di dadanya, menjilatnya—
—"Ahhh ... ahn!"—
APA INI? Momoi menggigit bibir bawahnya sendiri saking geregetannya, wajahnya memerah jelas. Tapi apakah dia akan berhenti membaca? Sepertinya tidak.
Momoi terus membaca dengan perasaan campur aduk. Dia sangat terkejut, tapi dia tidak bisa berhenti membaca begitu saja. Mungkin kedua matanya itu hampir tidak berkedip karena begitu seriusnya.
—memasukan satu per satu jarinya—
—"Akhh ... hiks. Sa-sakiit."—
Wahwahwah! Tidaaak! Momoi merasakan perutnya bergejolak secara menggelitik. Kedua kakinya menyilang erat-erat sendiri entah mengapa. Bantal terdekat pun digigitnya karena tidak tahan. Dia terus membaca sampai bagian klimaks cerita.
—cairan itu keluar memenuhi dirinya—
—"AHHN!"—
Whooaaa! Tolongtolong!
Momoi benar-benar tidak berkedip selama beberapa detik. Cerita itu kemudian mulai meredakan unsur beratnya dan berakhir dengan manis. Momoi menyelesaikannya dengan cukup cepat untuk hitungan pemula—
—Benar-benar pemula.
Gonjang-ganjing dada dan otaknya pun bisa terhenti ketika tulisan End muncul kemudian di layar ponsel.
Menaruh ponselnya di samping tubuhnya, Momoi memandang langit-langit kamarnya yang dicat putih polos. Wajahnya masih merona merah jambu sementara bibir bawah digigitnya gemas. Untuk beberapa alasan dia merasa begitu kotor sekarang.
Menenangkan dirinya, Momoi memejamkan matanya selama beberapa detik. Bayangan-bayangan tentang cerita yang baru di bacanya bermunculan tanpa diundang, alis Momoi berkedut-kedut mendapatinya.
Tatkala dibuka lagi kedua matanya, maka Momoi mengambil ponselnya, mulai mengutak-atiknya lagi.
"Cari lagi, ah."
Gadis itu tersenyum-senyum mencurigakan. Haus sensasi yang baru saja dia rasakan.
Ini adalah hari Senin, pertengahan musim semi. Momoi Satsuki, dua belas tahun tanggung, baru saja menyadari bahwa batang kemaluan lawan jenisnya ternyata bukan hanya digunakan untuk buang air kecil semata. Tapi juga untuk keperluan—ehem—sodok-menyodok—njir. Kepolosan sang gadis hilang sudah ditelan situs resmi pembuatan fanfiksi. Plus, mulai menumbuhkan benih-benih fujoshi dalam hati.
Persetan dengan putri dan pangeran.
Pangeran dan pangeran boleh sekali-kali dicoba. Eh.
See you next page!
Haloooh. Salam kenal!
Sebenarnya page satu ini adalah pengalaman pribadi saya hahaha (tapi dengan tambahan di sana-sini). Hanya saja, itu terjadi waktu saya kelas dua SMP, Momoi di sini kelas satu karena sekarang anak nggak sepolos dulu (plakplakplak). Serius memang pas banget saya dulu kejebaknya baru baca langsung disuguhin yaoi lemon atuhlah hahaa. Betapa syoknya. (tapi gak nyesel) (pret)
Jadii... fanfiksi ini akan menceritakan tentang pengalaman Momoi sebagai fujoshi pemula... dan ke depannya saya akan memunculkan tokoh lainnya untuk kepentingan hints (woy) (Momoi sangat beruntung dikelilingi cowok cowok ganteng warna-warni dan penuh hints untuk asupan pribadi) (EH)
Oke, terima kasih banyak sudah mau membaca tulisan saya sampai akhir xD boleh minta kritik dan sarannya? Atau mau berbagi curhatan sesama fujoshi? (plak) See you :D
