Sadistic Love Lesson!
Disclaimer © Milik Masashi Kishimoto. Kalau ini punya Seisa, udah Seisa ganti alur plot-nya. Terus jalan ceritanya begini : MinaKushi dan FugaMikoTachi masih hidup, perang aliansi shinobi gaada. Sekolah di Academy pertemuan SasuNaru dimulai, awalnya saling ngejek, terus akrab, tumbuh benih cinta, jadian, tunangan, nikah, punya anak dua dan hidup bahagiaaa.
Rate : T untuk sekarang.
Genre : Shounen-ai, Friendship, Romance, Drama.
Pairing : SasuNaru – Other's pair.
Warn! Alternate-Universe, Out Of Character jaga-jaga untuk Sasuke. Pairing tetep SasuNaru bukan SasufemNaru, NaruSasu atau NarufemSasu ya!
"Sambalado" Normal.
'Sambalado" Inner
Uchiha Sasuke : 17 tahun
Uzumaki Naruto : 21 tahun
.
DON'T LIKE
DON'T READ
.
ENJOYYY!
.
Aku Uzumaki Naruto, umurku 21 tahun mahasiswa yang kira-kira setengah tahun ini mulai bekerja sambilan sebagai guru privat dan muridku kelas 2 SMA, namanya Uchiha Sasuke. Kesalnya dia selalu melihat dan memperlakukanku seperti seorang anak kecil, dia bahkan mengataiku 'kekanak-kanakkan, cerewet, dan pendek'. Setidaknya dia harus lebih sopan dengan orang yang lebih tua darinya kan?! Yang lebih menyebalkannya lagi, dia itu tampan, cuek, pemaksa serta suka sekali menggodaku dengan kata-kata manis yang selalu membuatku berdebar-debar. Apa dia tidak bisa melihatku sebagai seorang pemuda dewasa dasar anak ayam?!
Hari ini aku sedang berada di mansion milik Uchiha, yang lebih tepatnya berada di kamar milik si Uchiha Bungsu. Aku baru sadar bahwa hari ini aku harus mengajarnya. Hah, menyebalkan. Padahal niatnya aku ingin berleha-leha di rumah sekedar beristirahat karena aku mendapatkan banyak tugas dari Iruka-sensei di kampus. Kenapa hidup sebagai seorang mahasiswa harus sedemikian sulit sih? Apa tidak ada cara lain agar terbebas dari tugas seorang dosen? Menyebalkan, menyebalkan!
.
.
.
Akashi Seisa
Mempersembahkan
Cerita fiksi ini hanya untukmu
.
.
.
Pertama kali aku datang ke mansion ini, aku sangat terkagum. Bagaimana tidak? Mansion sebesar ini didominasi dengan gaya tropical modern, seperti dilansir Cluster Grand Harmony. Tampilan fasadnya saja cukup simple, tapi tidak terkesan monoton, dan katanya arsiteknya menambahkan garis-garis horizontal pada bidang dinding yang menerus vertical. Kesan dinamisnya pun muncul dari tambahan *kanopidi atas jendela sekaligus menjadi ciri desain tropis. Sementara ciri modernnya kelihatan dari dominasi pemakaian kaca dari jendela.
Keren bukan? Keluarga Uchiha memang benar-benar kaya. I—Ini bukan berarti aku itu matre ya! A—Aku hanya kagum saja akan usaha keras kepala keluarga Uchiha itu! Ti—Tidak lebih kok!
Aku tersenyum manis memandangi muridku yang tengah duduk di atas ranjang empuknya, "Nah, baiklah. Pertama-tama bisakah kau memperlihatkan tugas rumahmu yang ku berikan kemarin pada gurumu ini?" tanyaku dengan nada lemah lembut. Aku dapat melihat kedua mata obdisiannya menatapku, dia ikut tersenyum juga. Terkadang senyumannya itu selalu membuatku terpesona, karena biasanya aku melihat wajahnya datar seperti tembok.
"Tugas rumah?" tanyanya dengan nada riang dibuat-buat tak lupa juga senyumannya. Dan ini muridku, Uchiha Sasuke, umurnya 17 tahun kelas 2 SMA. Walaupun dia itu tampan, tapi ia terkenal dengan keegoisan serta kecuekkannya terhadap lingkungan walaupun ia selalu dikerumungi oleh para gadis berdada besar.
Senyumannya pun menghilang bergantikan wajah stoic nya yang biasa ku lihat, lalu berkata, "Mana mungkin aku mengerjakan hal merepotkan seperti itu. Jangan menanyakan hal yang sama setiap harinya," ketusnya
Aku benar-benar diremehkannya!
Timbul tiga siku-siku dipelipisku. Dia benar-benar menyebalkan! Padahal kakaknya saja ramah, kenapa sifat ramah kakaknya tidak menurun pada si bungsu Uchiha ini sih?!
Dia menoleh ke arahku, "Dan apa katamu? Guru?" katanya. Bisa ku dengar suara tawa meremehkan yang tertuju padaku, "Mendengarnya membuatku geli, kau tahu? Haha," sambungnya dengan seringai khas Uchiha. Sasuke dasar anak ayam menyebalkan! Lebih baik aku mengajari anak TK yang berisik dari pada aku harus menghadapi keributan setiap hari aku akan mengajarmu!
Wajahku memerah bukan karena malu, tapi kesal, "Apanya yang aneh?!" teriakku kesal pada orang yang lebih muda dihadapanku ini, ku tunjuk wajahnya dengan jari manisku, "Kau benar-benar anak ayam yang menyebalkan! Apanya yang aneh dariku hah?!"
Bisa ku lihat dia menatapku yang sedang berdiri menunjuknya dengan kesal, "Sudah jelas bukan?" kata Sasuke padaku, "Wajah itu kekanak-kanakkan, bibir itu cerewet dan badan itu hanya 145 cm? Dilihat darimana pun juga seperti anak SD atau SMP kan? Jangan membuatku kembali tertawa, Uzumaki-san yang manis," sambungnya menekankan kata 'manis' padaku.
Aku terdiam. Kata-katanya benar-benar menusuk membuatku tidak berdaya. Walaupun kesal tapi dia selalu mempermainkanku dan memperlakukanku seperti anak kecil. Aku menundukkan kepalaku menahan kesal, aku sengaja menggembungkan sebelah pipiku lalu berbalik badan berjalan menuju sebuah kursi yang sudah ku siapkan untuk mengambil sebuah buku yang ditempatkan di atas lemari. Aku terus berusaha menggapainya, dia benar-benar tidak bisa diandalkan!
Disaat aku sedang berusaha mati-matian menggapai buku itu, dia berkata tanpa menoleh padaku, "Menyerah saja lah, lebih baik cepat pijat saja bahuku," katanya. Aku menoleh, memandang kesal pada Sasuke, "Menyebalkan! Setiap hari kau selalu saja begini! Kalau tidak ada niat belajar, aku berhenti saja kalau begitu!" ujarku sembari turun dari kursi dan mulai membereskan buku serta tasku untuk pulang. Sasuke itu benar-benar menyebalkan. Sesaat aku akan melangkah pergi meninggalkan kamarnya, sebuah tangan mencegahku, "Itu tidak mungkin kau bisa berhenti begitu saja," katanya sembari bangkit dari tempat duduknya.
"Ke—Kenapa begitu?!"
Kedua mata obsidiannya menatapku dengan tajam, sebelah tangannya menyentuh daguku.
"Habisnya…" kalimatnya menggantung, aku terdiam menunggu kalimat selanjutnya, "Mana mungkin aku melepaskan mainan semenarik ini kan?"ujarnya mengeluarkan seringai yang membuatnya semakin tampan. Ah~ aku terpesona dibuatnya. Rasanya aku ingin pingsan saja di tempat bolehkan? Aku tidak kuat melihat wajahnya yang tampan seperti itu. Tiba-tiba wajahku memanas, karena wajah kami terlalu dekat. Bisa ku rasakan hembusan nafasnya.
Aku memundurkan tubuhku ke belakang menjauhinya, "A—APA MAKSUDMU MAINAN?!" teriakku dengan nada yang benar-benar kesal.
HUP!
Tiba-tiba bisa ku rasakan kedua lengan kokoh bertengger dikedua pinggangku. Mengangkat tubuhku ke atas, sejak kapan aku bisa melayang seperti ini? Perbuatan siapa yang berani-beraninya mengangkatku ke atas? Lalu ini tangan siapa? Apa jangan-jangan ini…
DEMI GURU JIRAIYA KETIBAN POHON! SI BUNGSU UCHIHA INI MENGANGKAT TUBUHKU TINGGI-TINGGI!
Wajahku memerah padam akibat malu diperlakukan seperti anak kecil oleh Sasuke, "H—Hey apa yang kau lakukan, Sasuke-kun?!" ujarku tergagap-gagap. Bisa ku lihat wajahnya dari atas, membuatnya semakin tampan. Ah~ aku terpesona akan ketampanannya, aku ingin memilikki Sasuke, semua yang ada pada dirinya. Karena dia telah mengambil hatiku~ Ah, Sasuke-kun, aku ingin kau menjadi keka—TUNGGU! APA YANG AKU BICARAKAN?! KE—KENAPA AKU BISA TERJERAT PESONA SI BUNGSU UCHIHA MENYEBALKAN INI?! KE—KENAPA?!
"Apa apanya? Bukankah seperti ini caranya menenangkan anak kecil disaat marah?" tanya Sasuke padaku, "Ibuku yang memberitahunya sih," sambungnya dengan wajah yang tenang seolah taka da yang perlu dipermasalahkan. Aku mengepalkan kedua tanganku, kesal? Iya memang, bagaimana tidak? Diumurku yang sudah menginjak 21 tahun diperlakukan anak kecil oleh seorang pelajar kelas 2 SMA? Mau dikata apa aku nanti?!
Mentang-mentang aku ini pendek darimu dan kau menganggapku seperti anak kecil?! Sungguh kau kejam, Sasuke!
Amarahku sudah mencapai ubun-ubun, "CEPAT TURUNKAN AKU, DASAR BRENGSEK!" teriakku kesal. Setelah aku berteriak minta diturunkan. Sasuke akhirnya menurunkanku, lalu mengusap kedua telinganya dengan tangannya yang berkulit pucat. Ia memasang ekspresi datar seperti biasa saat melihatku.
"Iya-iya," katanya,"Dasar cerewet." Sambung Sasuke sambil menurunkan tubuhku.
.
.
.
~OoO~
.
.
.
Aku melirik jam arlojiku yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Hah… Hari ini lebih melelahkan dibanding hari-hari sebelumnya. Aku lupa tidak membawa jaketku, aku juga tidak tahu jika cuaca malam ini dingin sekali. Ditambah angina malam yang begitu dingin hingga membuatku sedikit menggigil. Tetapi bukan itu yang ku permasalahkan kali ini, lagi pula tidak ada jaket pun aku sudah kebal, yang ku permasalahkan adalah si bungsu Uchiha yang ada disampingku ini. Kenapa dia tiba-tiba ingin mengantarkanku hingga stasiun sih?! Kenapa aku selalu sial jika didekat Sasuke dan juga jantungku selalu berdetak lebih cepat dari biasanya. Apa mungkin aku menyukainya? Ti—Tidak mungkin! Aku saja bahkan membencinya!
Aku melirik ke samping mendapatkan Sasuke tengah berjalan santai, "Apa yang kau inginkan?! Kenapa mendadak ingin mengantarkanku ke stasiun?" tanyaku dengan nada ketus. Aku tak habis fikir, maunya Sasuke itu apa? Tidak biasanya dia ingin mengantarkanku sampai stasiun. Biasanya dia tidak pernah mengantarkanku, dan kenapa jantungku berdetak kembali lebih cepat?!
Ku lihat Sasuke mengangkat kedua bahunya, "Tidak ada, sepertinya akhir-akhir ini banyak orang jahat berkeliaran," katanya. Selalu seperti ini, dia selalu memperlakukanku seperti anak kecil. Kenapa? Kapan kau akan melihatku sebagai orang dewasa Sasuke? Aku menundukkan kepalaku, sungguh jika aku mempunyai kekuatan supernatural sudah ku bunuh dia sekarang juga. Tapi sayangnya aku tidak di izinkan menggunakan kekuatan supernatural itu oleh author. Hik, hidoi!
GRAB!
Aku merasakan benda hangat menempel ditubuhku, melirik ke arah Sasuke yang sudah tak memakai jaketnya, "Sasuke -kun?" panggilku, dia hanya menoleh dan menatapku seolah bertanya 'Ada apa?'. Aku memegang lengan jaket yang ada ditubuhku, "Ini… Milikmu?" tanyaku dengan lirih.
Dia mengangguk dengan santainya, "Iya, memang kenapa? Tadi aku melihatmu menggigil, jadi ku pakaikan saja,"
Aku bisa merasakan kedua pipiku memanas, padahal hanya karena aku dipinjamkan jaket miliknya tetapi bisa-bisanya wajahku bersemu. Menyebalkan, lain kali aku akan membawa jaket saja. Aku tidak mau dia melihatku seperti gadis yang habis digoda oleh kekasihnya hingga bersemu merah, tidak! Aku tidak mau! Aku ini lelaki tulen jadi kenapa aku harus bersemu merah hanya karena dipinjamkan sebuah jaket oleh lelaki lagi? Apa aku mempunyai hubungan percintaan yang menyimpang?! Tidakkkkk mungkinnnn!
"Sepertinya banyak penculikan anak lelaki akhir-akhir ini…"
"HEY! APA MAK—AW! Ittai…" aku memejamkan kedua mataku sembari mengelus dahiku. Apa-apaan sih bocah itu? Benar-benar tidak sopan menyentil orang yang lebih tua darinya! Benar-benar tidak sopan seperti tidak pernah diajarkan sopan santun dari orang tuanya. Lebih baik aku mengajar kakaknya saja dibanding adiknya yang menyebalkan ini! Huwwaaaa ingin rasanya aku memukul wajah putih pucatnya!
Dengan wajah tanpa dosanya dia berkata, "Tuh, sudah sampai di stasiun," ujar Sasuke sambil tersenyum. Ini bukan senyuman yang meremehkan atau menjijikan, tapi ini senyuman tulus dari Sasuke. Ahhh~ bolehkah aku pergi kea wan dan melayang-layang di sana? Rasanya hatiku menghangat saat melihat wajahnya yang dihiasi senyuman tu—oke stop! Berhenti membayangkan hal-hal tentang dirinya Naruto! Ingat, kau itu lelaki tulen! Lelaki tulen tidak mungkin mencintai lelaki lagi! Ingat itu!
Disaat aku sedang beradu argument dengan pikiranku, sebuah tangan mengelus surai pirangku, "Hati-hati pulangnya ya," kata Sasuke mengingatkanku, "Sudah ya, aku pulang," pamitnya melangkahkan kedua kakinya meninggalkanku sendirian di depan stasiun. Memegang rambut yang dielus olehnya, lalu menatap sendu punggung tegas Sasuke yang semakin lama, semakin menghilang. Walaupun aku tidak pernah dihormati, tapi aku selalu berdebar-debar dibuatnya seperti tadi contohnya. Apa ini juga hanya cara Sasuke memperlakukan 'anak kecil' yang sedang menangis hanya karena ice cream yang dibelinya terjatuh ke tanah? Entahlah aku tidak tahu apa maksudnya semua ini.
.
.
.
~OoO~
.
.
.
Keesokan harinya aku kembali ke mansion milik Uchiha. Melangkahkan kedua kakiku menuju perkarangan luas milik Uchiha, harus ke pintu mansion saja butuh perjuangan melewati perkarangan luas ini. Sesampainya didepan pintu, aku memencet bel. Belum ada sahutan, saat kedua kali aku akan memencet bel. Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria dewasa dengan rambut dikuncir memandangku dengan senyumannya, "Ah, Naruto ya? Kalau begitu masuk dulu, aku akan membuatkanmu minuman," katanya mempersilahkanku masuk. Aku mengangguk dan segera duduk di sebuah sofa panjang nan empuk.
"Arigatou, Itachi-san," kataku membalas senyumannya, "Oh iya, memangnya Sasuke-kun kemana?" tanyaku melirik kesana kemari tidak menemukan si Uchiha bungsu itu. Seperti biasa jika hari minggu aku akan mengajar pukul delapan, dan biasanya Sasuke sambil menunggu untuk les dia selalu olahraga pagi sendirian, itu kata kakaknya, Itachi.
Itachi menatapku, "Kau lupa? Dia kan biasanya olahraga dulu sambil menunggumu," katanya mengingatkanku. Belum aku membuka suara untuk membalasnya terdengar pintu terbuka menampilkan sosok yang dibicarakan tengah mengusap peluh yang berada dipelipisnya. Seolah terhipnotis, aku terus memandangnya tanpa berkedip. Dia begitu tampan dengan banyak peluh disana-disini, sehabis olahraga pagi saja dia sudah berkeringat, bagaimana jika sedang bersamaku? Mungkin dia sud—Hey! Aku ini ngomong apa sih? Kenapa aku jadi berfikiran mesum?! Aku menggelengkan kedua kepalaku menghilangkan pikiran mesum itu.
"Oi, Dobe. Kau kenapa?"
Suara itu. Suara yang ku kenal, aku mendongakkan kepalaku. Betapa terkejutnya saat melihat wajahnya dekat dengan wajahku, aku langsung saja mendoronya hingga terjungkal ke belakang, "A—Apaan sih?! Mengangetkanku tahu!" ujarku menatapnya dengan pandangan kesal, "Dan juga apa-apaan nama panggilan itu! TIDAK SOPAANNN!" teriakku sembari melemparkan benda-benda lunak kepadanya tanpa henti sekalipun.
Karena kesal, langsung saja aku melangkahkan kedua kakiku menuju kamar Sasuke yang berada dilantai dua, disusul Sasuke di belakangku.
Sesampainya di kamar Sasuke, aku langsung saja duduk di dekat meja belajar. Aku sudah menyuruhnya untuk mandi dulu, tapi dia bilang sudah mandi. Tetap saja bau kan?! Tunggu, dari tadi aku tidak mencium bau busuk keringat malahan aku mencium wangi seperti bedak bayi. Menaikkan kedua bahuku lalu memulai belajar bersama Sasuke, walau pun dia selalu memperlakukan ku seperti anak kecil dan selalu mempermainkanku—
"Di saat seperti ini, selain bisa menggunakan kata 'This',"
Kenapa sejak tadi—
"Bisa juga diganti dengan kata 'That',"
—Pandangannya tertuju padaku? Dan juga sejak tadi ia terus memainkan rambutku, kenapa?
"Aku berfikir rambutmu halus, wangi dan juga…" Sasuke menggantungkan kalimatnya, lalu tersenyum, "…bagus,"
DEG!
Kedua pipiku memanas, jangan-jangan dia menyukaiku?! Ba—Bagaimana ini?! A—Aku kan masih menyukai gadis-gadis berdada besar, dan tampan—eh?! Apa maksudnya aku menyebut gadis tampan? Ah, Sasuke kau membuatku gila hanya karena melihat wajah tampanmu itu!
"Bercanda deh," katanya dengan enteng lalu beranjak dari tempat duduk menuju ranjangnya, "Aku sudah memujimu, jadi aku tidur dulu. Kalau sudah waktunya, tolong bangunkan," sambungnya dengan kedua mata tertutup. Benar-benar menyebalkan! Tadi sudah membuatku salah tingkah, membuatku jadi berfikir bahwa dia menyukaiku dan sekarang apa?! Dia malah enak-enaka tidur!
Aku mendekatinya, "Kau ini! Kalau begini terus kau akan mendapatkan nilai jelek!" tegasku padanya, bisa ku lihat Sasuke membuka matanya lalu mengambil beberapa kertas dan memperlihatkan kertas itu padaku, "Nih, apa yang begini disebut nilai jelek?" ujar Sasuke menatapku. Aku mati kutu, aku baru ingat Sasuke itu pintar dengan sendirinya walaupun dia tak pernah memerhatikanku saat menjelaskan tetapi pendengarannya cukup tajam sekalipun ia tertidur.
"Atau mungkin…" kalimatnya tergantung. Aku menunggu kelanjutannya, tetapi bukan kalimat yang ia luncurkan malah tubuhku yang dia tarik! Otomatis aku menindih tubuhnya dan wajah kami begitu dekat, "Naruto, tidur bersamaku saja bagaimana?" tawarnya membuat kedua pipiku memanas, Sasuke membalikkan badannya menjadi terbalik. Sekarang bukan Sasuke lagi yang di bawah, melainkan aku sendiri! Posisi kami ambigu, bisa ku lihat ia menjilat bibirnya sendiri dengan seduktif membuatku bergidik ngeri melihatnya. Segera ku dorong tubuhnya menjauh dari tubuhku hingga dia terjungkal ke belakang lebih tepatnya jatuh dari ranjang.
"A—Apa-apaan sih kau ini?!"
"Sakit nih, aku hanya bercanda. Jangan serius begitu, Dobe," Sasuke mendengus kasar, "Atau jangan-jangan kau kecewa aku sendiri saja yang tidur? Kau harus tahu, Dobe. Tidur siang itu penting disaat pertumbuhan anak seperti dirimu ini," sambungnya dengan mengelus rambutku lembut.
BUGH!
Aku memukul wajahnya. Aku sudah tidak tahan dengan cemoohannya yang selalu menganggapku seperti anak kecil, bisa ku dengar dia meringis kesakitan, "Menyebalkan! Jangan mempermainkanku terus dong! Nanti tidak ada yang mempercayaimu lagi bagaimana?!" ujarku dengan nada tinggi. Bisa ku lihat ia tertegun lalu menatapku sendu, dia menundukkan kepalanya. Timbul rasa bersalah didalam diriku, apa aku keterlaluan hingga membuatnya seperti ini?
"Sikapku tidak seperti pada semua orang," lirihnya, "Dobe… Karena kau mirip dengan adikku yang sudah lama terpisah jadi aku—"
"A—Apa maksudmu? Baru kali ini aku mendengarnya, Sasuke-kun…"
"…" Sasuke tak menggubris pertanyaanku, ia hanya menatapku sendu. Rasanya aku ingin membenturkan kepalaku saja karena telah membuat Sasuke mengingat adiknya itu, aku membalas tatapannya, "…ada apa?" tanyaku.
"—sekali saja bisakah kau memanggilku 'onii-chan', Naruto?" pintanya dengan tatapan sendu seolah ingin mengeluarkan air matanya, aku tidak tega melihatnya. Aku pun menghelas nafas, "Ya sudah, sekali ini saja ya? A—Aku malu, Sasuke-kun…" lirihku. Mengeratkan kedua tanganku pada celana jeans yang kupakai , lalu menatapnya dengan kedua pipi merona.
Aku pun memberanikan diri memanggilnya, "O—Onii-chan…" Sesaat aku sudah memanggilnya, aku langsung menutup wajahku yang sudah menahan malu.
"Na—Naruto?" panggilnya dengan nada bergetar. Aku fikir dia menangis. Tanpa sengaja aku menangkap suara tawaan yang tak lain adalah dari Sasuke. Bagai déjà vu aku melihat dia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya hingga mengeluarkan air mata dikedua matanya.
Jangan-jangan…
"Bisa-bisanya kau terjebak dengan tipuan seperti itu," katanya, "Aku tidak punya adik, yang ku punya adalah kakak. Menggelikan sekali. Oh iya aku lupa, dobe tetap lah dobe," ejeknya.
"**HIDOI!," teriakku, "KENAPA SELALU MEMPERMAINKANKU?! KAU PERNAH KU APAKAN SIH?! DASAR TEME NO BAKA!"
"Bukankah sudah jelas, Naruto? Bahwa kau adalah 'adik'ku yang manis,"
"A—AKU TIDAK MANIS, SASUKE-KUN!" kataku tidak teriam, "Dan juga aku ini lebih tua darimu!"
"Kau itu lebih cocok jadi adik, Dobe-chan~"
"Be-Berhenti memanggilku dengan embel-embel '-chan' Sasuke-kun!"
DEG… DEG…
Setiap kali dia mengatakan 'manis' padaku, aku jadi tidak berdaya. Apa lagi sekarang jantungku tidak bisa berdebar secara normal, aku harus bagaimana? Apa aku sudah mulai menyukainya? Atau aku sudah jatuh cinta padanya? Ini benar-benar membuatku bingung.
Dan juga, bagaimana ini?! Debaran didadaku tidak bisa berhenti!
.
.
.
~OoO~
.
.
.
TBC / END?
*Kanopi : tirai atau langit-langit dari terpal, kain, logam dan sebagainya: pada teras terdapat – bertiang sebagai pemisah halaman dengan bagian dalam rumah
**Hidoi : Jahat
A/n :
Yosh! Hallo, bertemu lagi denganku. Hari ini untuk mengisi kekosongan kalian yang sedang menunggu kelanjutan My Possessif Brother yang mungkin akan mengganti judul /ditimpuk/
Jadi Seisa sengaja membuat fanfic multichip kedua ini untuk kalian, jadi semoga fanfic ini memuaskan. Terima kasih sudah mau membaca karya-karya Seisa, Seisa sangat berterima kasih banyak untuk kalian hiks /peluk Sasuke/
Sampai jumpa di chapter selanjutnya, jaa ne!
Peluk & cium dari Seisa.
