Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
.
.
WARNING! : Out Of Character here, many, mistakes, mainstream, boring, story from me
Genre : Romance and hurt/comfort
Pair : NaruSaku slight SasuSaku
.
.
.
.
By My Side
.
.
.
.
Pemuda itu hanya diam membiarkan jemari lentik sang gadis menjelajah setiap lekuk sempurna wajahnya, mulai dari dahi lalu turun ke kelopak mata dan turun lagi munuju hidung hingga terhenti sepenuhnya di bagian bibir.
Mengelusnya lembut menggunakan ibu jari, bibir mungil gadis berambut setara dengan warna bunga musim semi itu melengkung tinggi keatas disela menyapu bibir tipis sang kekasih pirang. Sedikit bergerak dari sofa, gadis itu mendekat pada sang lelaki, kemudian ia meraba pipi kokoh milik pemuda itu.
"Kau pasti orang yang sangat tampan !?" Tawa kecil lolos dari si pemuda membuat bibir gadis itu mengerucut panjang. Merasa kesal, iapun menarik tangan meninggalkan wajah lelaki pirang itu.
"Dari mana kau bisa tahu, melihatku saja tak pernah..." Pria itu hanya berniat menggoda, namun gadis cantik itu malah mengambek dan beranjak hendak pergi.
Dukhhh...
"–aakkh" Ancap lelaki itu berdiri lalu menuntun sang gadis, mengajaknya untuk kembali duduk disofa.
"Jangan menuruti egomu !" Tegurnya tak suka mengingat gadis itu tak bisa melihat apa-apa selain gelap gulita.
"Maafkan aku Naruto-kun" Gadis itu berucap dengan nada penuh penyesalan. Pemuda yang bernama Naruto itu tak menjawab, ia lebih memilih menjulurkan tangan guna menyentuh kebiruan pada lutut putih gadis tersebut.
"Lihatlah, kau jadi melukai dirimu !" Hanya menunduk yang bisa dilakukan oleh gadis pink itu karena mendapat kemarahan dari Naruto.
"Sungguh maafkan aku" Naruto menghela nafas, ia paling tak bisa bila melihat wajah sedih yang ditunjukan oleh wanitanya.
"Sudah, tidak apa-apa Sakura..." Bisiknya halus sambil jemari panjangnya menyisir rambut soft pink sepunggung Sakura yang tergerai, ia bergerak maju kemudian mengecup kening lebar Sakura lalu menyatukannya.
"Naruto-kun, boleh aku minta satu hal darimu !?"
"Katakanlah !" Sakura mengulum senyum, iris jade miliknya menatap lurus kedepan sedang Naruto memandangi wajahnya melalui lekukan batang hidung tanpa berfikir untuk memisahkan penyatuan kening mereka.
"Tolong ceritakan kisah kita saat awal bertemu" Memejamkan mata, kemudian wajah Naruto menurun lalu menyatukan singkat bibir mereka.
"Dengarkan baik-baik ya !" Sakura mengangguk semangat dengan sebuah senyum bahagia yang terbentuk di lengkungan sudut bibirnya, ia menaikan kaki lalu memeluk pinggang Naruto dari samping sambil menyandarkan kepala diatas bahu kekarnya.
Sakura Haruno adalah gadis buta karena mengalami kecelakaan berkendara ketika baru pulang dari luar kota. Ayah gadis itu selamat dari kecelakaan maut tersebut, namum Ibunya telah berpulang kepada sang pencipta kehidupan disaat dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dan disanalah kehidupan gelap gadis malang itu berawal, dimana ia berjalan sambil terus di tuntun oleh orang terdekat.
Sakura memiliki sahabat laki-laki sejak kecil yang bernama Sasuke Uchiha, dialah yang setia menemani Sakura dalam hendak melakukan aktifitas. Menuntunnya berjalan, menceritakan kejadian lucu disekolah, dan kerap menemani dalam siang hingga sore hari usai pulang dari sekolah.
Jika diamati dari cara memperhatikan, Sasuke seperti memendam perasaan kepada Sakura. Yah, memang begitu kenyataannya, sudah sejak lama Sasuke mencintai Sakura namun enggan mengungkapkan karena merasa kurang percaya diri. Semua akan ia lakukan agar Sakura merasa nyaman dan bahagia saat berada disisinya, ia tak ingin sampai membuat wanita tercintanya bersedih, maka dari itu ia selalu berusaha untuk selalu ada disamping gadis itu.
Lalu hubungan mereka mulai merenggang disaat Naruto datang dalam kehidupan Sakura. Gadis remaja itu terlihat sangat bahagia ketika menceritakan tentang Naruto kepada Sasuke, walaupun pertemuan awal mereka terbilang tak berkesan mengingat sikap kasar dan dingin yang Naruto tunjukan kepadanya.
Flashback...
Terpaan angin pinggir laut menerbangkan lembut helaian pirang Naruto yang tak terlalu panjang, namun terbilang cukup panjang untuk ukuran lelaki yang menumbuhkan rambut hingga menyentuh tulang pipi. Pemuda itu diam dan hanya menatap datar lautan luas bergolambang kecil dari atas jembatan kayu yang saat ini tiangnya menjadi tumpuan tangan anak muda itu.
Ia datang ke pinggir laut hanya untuk mencari udara segar sekaligus untuk mengusir rasa lelah karena pelajaran sekolah. Memasukan tangan kedalam saku celana, Naruto berbalik menghadap jalan jembatan hingga dasinya beterbangan liar serta kemeja yang tak lagi terbalut oleh jas Konoha High School juga ikut bergerak seirama dengan tiupan angin laut.
Naruto berjalan santai menyusuri papan jembatan. Membiarkan angin mengacak rambutnya, ia terus melangkah hendak pergi dari jembatan untuk pulang kerumah. Tepat saat kaki berbalut sepatu hitam mengkilap pemuda itu hampir menginjak pasir, seseorang tanpa sengaja menubruknya hingga sedikit termundur kebelakang.
Naruto murka, ia mengeluarkan tangan dari dalam saku celana kemudian menatap bengis orang yang baru saja menubruk dada bidangnya.
"Apa kau tak punya mata hah !?" Bentaknya penuh emosi.
"Maafkan aku tuan" Gadis itu berucap sambil berkali-kali membungkuk sopan di hadapan Naruto yang hanya bersikap angkuh.
"Dasar tak sopan !" Gadis yang dicibir itu hanya diam dalam tunduk. Tersenyum datar, lalu tanpa peduli dengan perasaan gadis di hadapannya, Naruto segera pergi meninggalkan tempat yang entah kenapa menjadi sangat memuakan baginya. Sedikit ragu, Sakura mendongak untuk merasakan keberadaan pria tadi. Ia langsung tersenyum tipis saat dirasa tak ada lagi seseorang di hadapannya.
"Sasuke, kau ada dimana !?" Keluh Sakura sembari bergerak meraba pinggiran jembatan untuk menuntun dirinya yang tak bisa melihat dengan pandangan tak pernah luput dari depan. Langkah Naruto terhenti beberapa meter dari jembatan, menoleh kebelakang dan langsung terkejut melihat wanita yang baru saja ia bentak sedang berjalan dengan langkah ragu sambil memegang erat tiang jembatan.
"Sakura !" Gadis itu serta Naruto tersentak dalam bersamaan. Sakura memutar tubuh kemudian berjalan pelan seraya meraba-raba udara untuk mencari pegangan. Sasuke yang melihat Sakura seperti itu segera menyusul, pemuda emo itu berlari kecil menghampiri tempat sang sahabat dengan memasang raut cemas.
"Kenapa kau bisa sampai di tempat ini !?" Tanya Sasuke setelah tiba yang langsung meraih bahu Sakura. Gadis merah muda itu menyeringit, ia juga tak tahu bagaimana dirinya bisa sampai di pinggir laut setelah tadi hanya mencari angin segar sambil melangkah-langkah kecil. Pegangan Sakura di pergelangan Sasuke mengerat, matanya menatap lurus kedepan seraya terus mengikuti tuntunan dari sang sahabat emo.
Naruto tertegun, ia hanya diam kala kedua orang tersebut berlalu di depannya. Manik Shappire pucat miliknya menatap lekat punggung kecil Sakura tanpa sekalipun mengerjap sehingga perlahan orang disana mulai menjauhi tebing.
.
.
.
.
Suara ricuh para penonton yang memenuhi stadion terdengar begitu memekakan telinga. Naruto yang tak tahan dengan kerumunan ribuan orang menerobos paksa untuk mencari jalan keluar. Penonton terlalu ramai hingga ratusan kursi tak mencukupi untuk mereka semua, dan dengan terpaksa sebagian dari mereka berdiri agar tak melewatkan aksi tim favorit masing-masing bertanding.
Naruto berdecak datar, ia menggulung lengan baju kaosnya yang panjang hingga sebatas siku seraya melangkah pergi dari lapangan. Tempat ramai seperti itu sungguh membuat Naruto tak tahan, pemuda itu paling benci berada dikeramaian orang maka dari itu ia lebih memilih pergi meninggalkan pertandingan yang sebentar lagi akan dimulai. Persetan bila nanti Shino dan Gaara akan marah terhadapnya karena pergi tanpa izin.
"Aku perlu ketoilet sebentar" Gumam Naruto datar dan langsung melesat kedalam lorong stadion untuk mencari letak toilet.
.
.
"Kenapa mereka belum datang menjemputku !?" Sakura merutuki nasibnya, ia terus berjalan dengan langkah ragu-ragu sembari tangannya menyusuri susunan bilik toilet. Naruto yang baru saja keluar dari salah satu bilik terkejut mendapati rambut pink sepunggung yang sama persis seperti kemarin hari saat dimana ia bertemu wanita buta.
Pemuda berparas tampan itu langsung menyusul gadis disana yang hampir salah memasuki tempat. Sakura tersentak saat merasakan seseorang merengkuh pinggangnya dan sebelah tangannya digenggam lembut, ia hanya menurut ketika orang di sebelahnya perlahan mulai menuntun dirinya berjalan.
"Astaga Sakura !" Seruan seseorang dari luar koridor toilet mengalihkan pandangan Naruto dari wajah cantik Sakura, ia melihat kedepan dan mendapat suguhan seorang gadis pirang pucat yang dikuncir tinggi.
Segera Ino menghampiri Sakura dan kemudian menariknya dari Naruto hingga membuat gadis itu terkejut merasakan tarikan pada pergelangannya. Tanpa berkata apa-apa, Naruto pergi begitu saja mengabaikan tatapan 'terimakasih banyak' dari Ino.
"Siapa pria tadi ?" Tanya Sakura setelah memastikan tak ada lagi keberadaan Naruto.
"Eh,! Kupikir tadi kau mengira dia Sasuke !" Ino berkata sedikit tak percaya sambil menatap aneh Sakura yang hanya terkikik.
"Cara menyentuh dan wangi tubuhnya sangat berbeda dari Sasuke..." Ucap Sakura seraya menatap lurus kedepan. Ino tertawa kecil, ia lalu merangkul sang sahabat kemudian mengajaknya berjalan pelan dipinggiran stadion.
Flashback End...
"Kau pria yang sangat cenderung, dingin dan kasar..." Naruto mendengus, ia merebahkan kepala diatas paha Sakura dan menatap gadis itu dari bawah yang masih terus memandang kedepan.
"Lalu kenapa kau bisa jatuh cinta kepada orang sepertiku !?" Tanpa mengalihkan tatapan gelapnya dari depan, Sakura terkekeh disela menyingkirkan poni panjang Naruto kesamping.
"Karena aku tahu diluar sikap dinginmu ada kehangatan di baliknya..."
"Hmm, begitu ya... Hey, sekarang giliranmu yang bercerita !" Pinta Naruto seraya memejamkan mata menikmati belaian lembut tangan Sakura pada rambutnya.
"Baiklah..."
Flashback...
Menghiraukan apapun yang ada di depan mata, Sakura tersenyum lebar sembari memandang lurus kedepan dengan tangan mencekal kuat tiang jembatan, ia berdiri tenang sambil menunggu Sasuke kembali dari membeli minuman untuk mereka. Sesekali tangan gadis itu bergerak menyelipkan anak rambut kebelakang telinga yang beterbangan akibat terpaan angin laut.
Naruto mengangkat dari tunduknya menatapi pasir, ia terkejut kecil saat mendapati wanita buta kemarin sedang berdiri di jembatan dengan mengenakan baju kaos bewarna orange pucat. Entah kenapa melihat kehadiran gadis itu bisa membuat Naruto tersenyum tipis. Tanpa membuang waktu lebih banyak, segera pemuda itu menghampiri si pinky disana.
"Hey, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini, sendirian pula..." Naruto menyapa ketus membuat Sakura tersentak dan langsung melihat kesamping namun masih lurus kedepan.
"Terimakasih banyak karena kau sudah menolongku saat di stadion kemarin" Ucap Sakura yang sukses membuat Naruto memandanginya dari samping dengan kedua alis saling bertaut.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa itu aku ?" Tanya Naruto heran dan hanya mendapat tanggapan cekikikan dari gadis di sampingnya yang kembali menatap lurus kedepan.
"Walaupun aku tak bisa melihat, tetapi aku bisa merasakan perbedaan orang termasuk dirimu..." Naruto tertegun, tanpa di sadari olehnya, perlahan ia bergerak dengan sendirinya mendekati Sakura.
"Ehemm...! Kalau boleh tahu, siapa nama mu ?" Sedikit gengsi, Naruto menyentuh punggung tangan Sakura, mengajaknya untuk saling berkenalan.
"Sakura Haruno... Dan, nama mu ?" Untuk pertama kalinya, Naruto memulai duluan percakapan bersama seorang wanita. Kini ia tengah mengulum senyum tipis seraya mendekatkan lagi tubuh mereka, agar bisa menikmati sepoian angin bersama-sama.
"Naruto Namikaze... Senang bisa berkenalan denganmu, Sakura. Eh, apa boleh aku memanggil nama kecilmu ?"
"Khikhikhi... Tentu saja boleh, Naruto-kun..." Dan setelah itu, perbincangan ringan tak terelakan lagi diantara mereka berdua. Naruto yang terkadang berdehem dan sesekali membuat Sakura tertawa geli karena tuturan datar dari pemuda pirang itu.
"Sakura, siapa dia !?" Naruto menilik samping Sakura, ia langsung kembali memasang raut datar saat melihat Sasuke tengah melangkah kearah Sakura sambil kedua tangan mengenggam dua buah minuman kaleng.
"Sasuke, dia Naruto-kun, teman baruku..." Sasuke mengamati Naruto dari ujung kaki hingga wajah, pemuda raven itu terlihat tak suka dengan kedekatan Naruto dan Sakura.
"Ayo kita pulang !" Ajaknya terhadap Sakura dan langsung menarik pergelangan kecil gadis gulali itu kemudian menuntunnya berjalan menyusuri jembatan kayu.
"Sampai jumpa dilain waktu Naruto-kun !" Pemuda itu hanya berdehem datar namun penuh makna dibalik kedatarannya. Sakura tersenyum bahagia, bersusah payah ia mengikuti tarikan Sasuke sembari terkadang menoleh kebelakang, tempat Naruto berdiri yang tak luput dari memandangi punggungnya.
Flashback End...
"Ahh~ Naruto-kun..." Sakura meremas gemas rambut pirang Naruto saat merasakan hisapan kuat di lehernya, ia menjambak surai lembut itu untuk melampiaskan rasa geli yang di dapatnya pada bagian leher samping. Bibir Naruto terbuka kecil, ia menarik nafas melalui bibir yang terbuka kemudian meninggalkan leher jenjang Sakura lalu menatap Emerald kosong milik gadis itu.
"Aku sangat mencintaimu Sakura-ku sayang..." Gadis itu tersenyum manis mendengar ungkapan dari Naruto. Meraba wajah tampan lelaki itu dan berhenti dibagian bibir, ia lalu maju kemudian mengecup milik Naruto, namun tak tepat dan hanya mengenai sudut bibirnya.
"Aku juga sangat mencintaimu Naruto-kun ku sayang..." Bibir merah Naruto terangkat tipis, bergerak dan menuntun pelan Sakura untuk berbaring diatas sofa, lalu ia mengecup penuh sayang dahi lebar sang kekasih.
.
.
.
.
Tsunade menatap tenang Naruto yang duduk di hadapannya. Jemari telunjuk dan ibu jari wanita paruh baya itu bergerak, saling bekerja sama memijit batang hidung. kepalanya pusing dan tak tahu harus melakukan apa untuk sang Cucu bungsu.
"Donorkan mataku untuk Sakura !"
"CUKUP !"
Gubrakk...
Naruto hanya menatap datar sang Nenek yang berdiri dengan nafas memburu sehabis menggebrak meja milik ruang dokter. Ia tak peduli dengan amukan Tsunade, yang terpenting adalah kebahagiaan Sakura, wanita tercintanya.
"SUDAH KUBILANG DIA MASIH BISA MELIHAT TANPA HARUS MENDONORKAN MATAMU !"
"Tapi kemungkinannya sangat kecil, bila gagal dia tak akan pernah bisa melihat lagi untuk selamanya" Naruto menjawab datar sambil menatap dingin Tsunade yang kembali duduk tenang pada tempatnya.
"Aku akan melakukan operasi itu tanpa harus mengambil matamu..."
"TIDAK... Nenek harus mengambil mataku agar operasinya berjalan lancar tanpa harus ada keyakinan negatif !" Bantah Naruto sembari bangkit dan menatap angkuh wanita baya bermanik Hazel di hadapannya.
"AKU YANG BERKUASA ATAS HAK INI !" Rahang Naruto mengeras, tangannya yang bertumpu diatas meja membentuk sebuah kepalan tinju kuat.
"Kau akan menerima akibatnya jika sampai terjadi sesuatu terhadap Sakura !" Ia mengancam penuh penekanan disetiap kalimat. Tsunade memandang tegas Naruto, ia berdecih kemudian menumpukan siku diatas meja hingga kedua jemarinya tersemat.
"Aku berjanji padamu untuk membuat Sakura baik-baik saja dan bisa kembali melihat dunia..."
"Aku pegang janjimu, Nenek" Usai mengakhiri kalimat geramnya, Naruto menghampiri pintu, membukanya lalu ia tutup dengan cara membanting kuat pintu tersebut dan setelahnya, suara langkah kaki menggema dari dalam ruangan Tsunade pertanda bahwa Naruto sudah melangkah pergi.
"Haah~ dia itu adik Nagato dan Cucuku yang sangat keras kepala..." Tsunade mengeluh akan sikap kasar Naruto, ia tak habis fikir kenapa dia bisa bersikap dingin seperti itu. Padahal Minato dan Kushina adalah orang yang sangat baik dan ramah, lalu entah kenapa tak sedikitpun sifat mereka menurun pada Naruto, dan yang terjadi malah bertolak belakang.
.
.
.
.
Sasuke menuang air kedalam gelas kaca kemudian ia menghampiri Sakura yang duduk diatas sofa sambil memandang lurus kedepan. Setelah tiba, Sasuke ikut duduk lalu dengan perlahan ia mengerahkan segelas air mineral pada bibir Sakura. Awalnya sedikit ragu, namun akhirnya gadis itu menerima air tersebut dan meneguknya hingga menyisakan setengah.
"Terimakasih"
"Hn... Apa Ayahmu akan lembur lagi ?" Pertanyaan dari Sasuke hanya dibalas anggukan kecil oleh Sakura, pemuda bermanik kelam itu meletakan gelas diatas meja kaca.
"Aku akan menemanimu sampai Paman Kizashi pulang"
"Ah, tak perlu repot-repot. Nanti Naruto-kun yang akan menemaniku..." Tolak Sakura halus tanpa tahu telah membuat hati Sasuke terasa begitu sakit, seperti tertusuk berjuta pedang samurai.
"Katakan padaku bila dia menyakitimu !" Sakura tertawa halus, ia mengangguk mantap seraya tak mengalihkan tatapan dari depan. Sasuke terdiam, manik Onyx miliknya mengamati setiap rinci wajah cantik Sakura tanpa sekalipun berkedip.
"Jangan menatap wanitaku seperti itu !" Sasuke menoleh keambang pintu, seketika ia berdecak muak seraya bergeser menjauh dari dekat Sakura.
"Naruto-kun" Gadis itu berseru senang, ia segera bangkit lalu berjalan meraba mencari sosok Naruto. Tak ingin melihat sang kekasih terjebak dalam kesulitan, pemuda pirang itu ancap menghampiri Sakura kemudian langsung merengkuh tubuh mungilnya.
"Sakura, aku permisi pulang" Pamit Sasuke hanya kepada Sakura seorang. Setelah mendapat izin dari si gadis, secepatnya pemuda emo itu pergi dari kediaman Haruno. Sebelum benar-benar pergi jauh, Sasuke berhenti di depan pintu dan menatap penuh rasa benci Naruto yang hanya bersikap cuek mendapat tatapan seperti itu.
"Sudah berapa lama dia ada disini ?" Tanya Naruto dengan nada tak suka seraya menuntun Sakura berjalan menuju letak sofa.
"Setengah jam yang lalu" Gadis itu menjawab lembut, ia hanya menuruti ajakan Naruto yang mendudukan dirinya.
"Maaf, tadi aku ada sedikit urusan..." Sakura mengulum senyum, tangannya beralih memeluk leher Naruto lalu menyandarkan kepala merah mudanya diatas bahu kekar lelaki itu.
"Tak apa asalkan kau selalu ada disampingku" Ujar Sakura, ia menarik nafas kemudian menahannya untuk menikmati lebih lama lagi wangi tubuh Naruto yang sangat lembut dan segar.
"Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada bersamamu" Naruto berkata yakin sambil sesekali mengecupi puncak kepala Sakura, sementara gadis itu mengatupkan kelopak menikmati pelukan hangat dari tangan kekar sang pemuda yang melingkari pinggangnya.
"Sakura...!"
"Hmmm...!?" Naruto melepaskan pelukannya lalu memegang bahu Sakura dan menatapnya lekat, sedalam mungkin ia coba untuk melihat iris Emerald yang tak bercahaya itu.
"Secepatnya kau akan bisa melihat kembali" Mata Sakura membulat, bibirnya terbuka kecil sambil tak mengalihkan tatapan lurusnya.
"A–apa !?"
"Dengar Sakura..." Naruto menyelipkan poni Sakura kebelakang telinga, ia mendekati wajah gadis itu dan menyatukan kening mereka dengan kedua tangan menangkup sisi wajahnya.
"Semuanya akan baik-baik saja, dua hari lagi kau akan melakukan operasi..." Lanjutnya lagi dari ucapan yang sempat tertunda tadi.
"Tap—"
"Sshhh !" Sebelah telunjuk Naruto tertahan di permukaan bibir tipis Sakura, menguncinya agar tak membantah.
"Percayalah padaku... Ini akan berjalan lancar" Ia membisikan kalimat penyemangat agar Sakura tak merasa takut untuk menghadapi operasi nanti.
"Kalau tak berhasil, apa kau akan meninggalkan aku sendirian, seperti dulu saat aku hidup tanpa dirimu..." Gadis itu mulai terisak. Naruto yang melihat liquid meleleh dari pelupuk mata Sakura langsung menyekanya, lalu ia kecup kelopak lentik itu.
"Itu tak akan pernah terjadi... Kau adalah belahan jiwaku, hidupku, penguasa hatiku, tujuanku, masa depanku dan kelak kaulah yang akan menjadi Ibu dari anak-anak ku." Ucap Naruto seraya menggerakan ibu jari, mengusap lelehan air mata Sakura yang perlahan mulai sedikit menderas.
"Hiks... Hiks..." Isak Sakura telah terdengar, gadis itu meraba dada Naruto kemudian langsung memeluknya erat sambil menenggelamkan wajah di dada bidang pria itu.
"Be–berjanjilah untuk tak ak–akan pernah meninggalkanku, hiks hiks" Naruto memejamkan mata, ia mengecup bahu bergetar Sakura yang terlindungi oleh kaos putih lalu mengelus lembut rambut soft pink sepunggungnya.
"Aku berjanji atas nama tuhan... Hati ini tak akan hidup, tak akan pernah mencintai bila jauh darimu" Sakura mengangguk dalam dekapan hangat Naruto, ia percaya bahwa Naruto tak akan pernah meninggalkan dirinya, dan ia akan berusaha untuk mengalahkan takdir kejam yang menghambat mereka berdua.
'Kumohon tuhan, jangan pernah kau jauhkan Naruto-kun dariku, aku sangat mencintainya melebihi nyawaku sendiri... Tolonglah diriku yang malang ini..." Sakura membatin, ia memohon kepada tuhan untuk menyelamatkan dirinya dari cobaan yang mengganggu hubungan mereka. Naruto semakin mendekap tubuh mungil gadis pinkish itu, mencoba memberikan dia kenyamanan dan kehangatan yang cukup.
.
.
.
.
To be continue...
.
.
.
.
Eerrr... Mungkin ini hanya akan menjadi two-shoot atau three-shoot, dan gk tahu bakal jadi sad ending atau happy ending di chapter 2/3 nanti...
