Karakter bukan milik saya. Cerita ini semacam AU dari Meguriau yo, Baby. Manga yang sangat menginspirasi, wkwkwk. Maaf kalau kemiripan plotnya terlalu kentara. Maaf juga kalau ada salah penulisan dan kehancuran diksi. Spread the taejin love. Btw ini seme!jin dan uke!Taehyung.

Ini juga crossposted dari ao3

Prolog

Lima menit sebelum shift-nya berakhir. Taehyung tidak sabar untuk pulang. Ia sudah berjanji pada Jimin untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama. Guru Kimia mereka, Mrs. Choi, memang sering memberikan rangkaian tugas yang tidak manusiawi. Seperti kali ini, mereka harus mengerjakan laporan penelitian yang sepertinya, tidak akan selesai semalaman. Makanya, Jimin sedari tadi sudah mengingatkannya untuk tidak terlambat datang agar setidaknya mereka bisa punya waktu beberapa jam untuk tidur.

Adalah saat seorang laki-laki berumur sekitar 25 tahunan yang akan membayar banyak barangnya, ketika Taehyung menyadari kalau ia tidak akan bisa pulang tepat waktu. Tidak hanya karena barang yang dibeli laki-laki itu sangat banyak, tetapi juga karena ternyata pria itu akan membayar dengan kartu debit. Seingatnya, sejak siang tadi, mesin debit mereka rusak. Tapi, mari berharap ada keajaiban.

"Ah, maaf, ternyata mesin kami masih rusak. Mungkin ada uang cash?" Taehyung mencoba tetap bersikap ramah setelah mengetahui mesin debit itu tidak berfungsi.

"Serius? Gawat. Aku belum mencairkan uangku." Laki-laki itu tampak terkejut dengan dua mata bulat yang terlihat membesar bahkan di balik kacamatanya. Taehyung akui laki-laki itu tampak seperti model, parasnya kombinasi antara cantik dan tampan, dada yang bidang, bahu yang lebar, serta tingginya yang nyaris dua meter itu seolah-olah meneriakan gen yang dominan. Jika dibandingkan dengan Taehyung, rasanya seperti membandingkan antara rakyat jelata dan pangeran dari kerajaan. Tapi, ini bukan saatnya mengagumi paras laki-laki itu. Taehyung harus segera menyudahi shift-nya dan pulang. Atau ia harus berhadapan dengan Jimin dan omelan-omelannya tentang tugas kimia mereka yang harus dikumpulkan besok.

"Aduh. Sial. ATM terdekat di mana ya?" Laki-laki itu tampak masih belum menyerah.

"Di ujung gang. Um, agak jauh sih, sekitar 1 km, mungkin?" Taehyung agak ragu juga. Masalahnya, dia bukan pengguna kartu debit, boro-boro menggunakan debit, tabungannya di bank saja seringnya hanya sekedar lewat.

"Tunggu. Seingatku aku punya beberapa uang, ah, iya, ini!" Laki-laki itu merogoh saku belakangnya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas yang mulai ia buka satu persatu.

"Berapa tadi?"

"Um, 47.500 Won."

Laki-laki itu menghitung recehannya, dan ternyata kurang 2.500 Won.

"Ah, aku punya 2.500 won di mobil. Bisa tunggu sebentar?" Laki-laki itu hendak pergi ke mobilnya ketika Taehyung menghentikannya.

"Anu, tidak usah. Aku sudah menutup kekurangannya." Taehyung mempertimbangkan baik-baik keputusannya: jika ia menyerahkan pekerjaan ini pada kasir selanjutnya, bisa jadi timbul masalah karena barang-barang itu sudah terlanjur di-input di shift-nya. Lagipula, ia harus benar-benar pulang. Ini sudah lewat 10 menit dari jam 9. Perjalanan ke rumah Jimin sekitar 15 menit. Dan itu pun belum tentu ia langsung mendapatkan bis. Ia benar-benar tamat kalau harus menunggu laki-laki itu. Makanya, Taehyung memutuskan untuk menutup kekurangan lelaki itu dengan uang pribadinya. Lagipula, hanya 2.500. Well, Itu nyaris seharga 1 kaleng bir sih...

"Eh? Tidak-tidak. Aku tidak mau berhutang pada sebuah mini market." Gila apa? Memangnya ini warung kelontong? Tidak, bahkan berhutang ke warung kelontong saja sudah cukup memalukan. Apalagi ke mini market?

"Bukan, ini… aku menutupnya dari uang pribadiku kok. Um, lain kali saja. Tidak apa-apa." Taehyung tanpa memedulikan protes laki-laki itu langsung memasukan barang belanjaannya ke dalam kantung plastiknya. "Ini. Terima kasih sudah berbelanja.""

Kim Seokjin masih belum bisa percaya. Dia baru saja berhutang pada seorang kasir? Gila. Masalahnya, Seokjin agak sedikit terkejut karena anak muda tadi, yang menjadi kasir itu, seolah tidak memberinya kesempatan untuk mengambil receh di mobilnya. Oke, parkirannya memang bukan di depan minimarket karena minimarket itu tidak memiliki parkiran mobil dan ia harus berjalan sekitar seratus meter ke mobilnya. Tapi, itu kan tidak terlalu jauh? Tapi, Seokjin tidak mau membiarkan laki-laki itu membayar belanjaannya. 2.500 won? Ayolah, Seokjin yakin gaji kasir itu tidak seberapa. Seokjin benar-benar merasa jahat malam itu. Makanya, seketika setelah ia menyadari apa yang terjadi, ia bergegas ke dalam mobilnya dan mengambil beberapa receh. Hingga ia menemukan tepat 2.500 won.

Seokjin bergegas masuk ke dalam dan kecewa setelah mendapati kasir yang tadi tidak ada di sana.

"Selamat datang di minimarket." sapaan kasir berwajah ceria itu membuat Seokjin tersadar.

"Tadi, kasir barusan, kemana dia?" Seokjin bahkan lupa untuk sekedar menanyakan nama kasir baik hati barusan.

"Ah, Kim Taehyung? Shift-nya sudah berakhir dan tampaknya dia sedikit terburu-buru. Ada yang bisa dibantu?" Seokjin ragu untuk menceritakan soal kejadian tadi, tapi, akhirnya dia menceritakannya. Ia sekaligus bermaksud untuk menitipkan uang itu pada kasir periang bernama Jung Hoseok itu.

"Tapi maaf, aku tidak bisa menerima uang itu, beberapa hari ke depan aku akan off. Tapi, besok Taehyung akan masuk shift malam."

Maka, begitulah. Pada akhirnya, hari itu, Seokjin tidak bisa melunasi hutangnya pada seorang kasir bergaji pas-pasan. Tapi, Seokjin berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari kasir itu dan melunasi hutangnya besok.

Itu rencananya.

Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain.