Langit siang ini cerah.

Lazuardi terhampar luas, tidak ada satu pun awan gelap. Angin yang bertiup hangat dan lembab, tidak panas dan tidak juga dingin. Matahari menduduki singgasanannya di angkasa, tertawa dan menyinari dunia dengan segala apa yang ia punya—entah berkah atau kutukan.

Siang ini cerah. Langitnya indah.

Hari yang cocok untuk terbang.

Bandara itu selalu ramai akan manusia. Baik mereka yang berpergian maupun mereka yang pulang, koper dan tas bertebaran, suara troli dan roda selalu menggema bersama hiruk-pikuk serta canda dan tawa. Suara derum mobil dikalahkan oleh dengung pesawat, layar monitor raksasa yang tertampang di teras bandara selalu berubah dan penuh dengan pemberitahuan.

Tentu saja, bandara itu adalah bandara internasional. Malah tidak wajar bila mereka sepi pengunjung. Tiket demi tiket terjual, para staf berlarian ke sana dan kemari untuk menyiapkan berbagai macam hal untuk penerbangan ataupun membantu pengunjung yang kesulitan. Mereka harus memastikan semuanya pergi dan pulang sesuai rencana.

Suara bel terdengar dari pengeras suara, suara datar seorang pemuda berkata kemudian.

"Penumpang pesawat Kiseki Airbus A-1835 harap segera memasuki ruang boarding. Sekali lagi, penumpang pesawat Kiseki Airbus A-1835 harap segera memasuki ruang boarding karena pesawat akan segera tiba beberapa menit lagi."

.

.

Kiseki Airlines is a collaboration project between Arleinne Karale and Azureinne Karale. This chapter written by Azureinne Karale

Kuroko no Basket belong to Tadatoshi Fujimaki

1 of 3 Airlines Mini-series

A alternate universe, TYL!Generation of Miracles, lot of typos, possibly out of character story with no actual pairing

Read at your own risk

.

.

Kiseki Airlines, adalah namanya.

Sebuah perusahaan maskapai pernerbangan yang namanya cukup besar di Jepang. Dengan pengaruh dari keluarga bangsawan Akashi, serta berbagai macam keluarga berdarah biru yang menanamkan saham di dalam perusahaan tersebut, sudah di dalam ekspetasi perusahaan penerbangan ini akan melejit di dalam daftar maskapai penerbangan terkaya dan terbaik.

Pemiliknya adalah seseorang yang ternama, keturunan dari pendiri maskapai penerbangan itu sendiri; Akashi Seijuuro. Seorang pria muda tampan, baik hati, kaya, tidak sombong, rajin menabung, dan rupawan. Magnet wanita yang anehnya hingga sekarang masih senang menjomblo ria hingga orientasi seksualnya dipertanyakan oleh acara gosip terkenal negara.

Di tangan Akashi, Kiseki Airlines semakin memanjat naik di dalam daftar perusahaan maskapai penerbangan terkenal. Mereka mencapai masa kejayaan seperti layaknya kerajaan Majapahit di tangan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, atau masa keemasan Sriwijaya di tangan Balaputradewa. Apa yang tadinya bersinar, dipoles lebih lanjut oleh Akashi hingga Kiseki Airlines mendominasi hampir seluruh penerbangan nasional dan internasional.

Tetapi tentu saja bukan berarti Akashi melakukan semuanya sendiri karena ia sendiri juga seorang manusia biasa. Di sisinya adalah Nijimura Shuuzo selaku wakil yang bijaksana, serta Momoi Satsuki selaku sekretaris yang efisien dalam menjalankan seluruh pekerjaannya.

Tetapi biarpun begitu, Akashi masih tetap bertanggungjawab terhadap seluruh pekerjaannya. Jadi, sangat tidak mengherankan bila ia tiba setengah jam di ruang rapat sebelum rapat internal perusahaan Kiseki Airlines dimulai. Pria muda dengan rambut sewarna senja itu membuat seluruh pegawainya terkejut, tetapi permintaan maaf mereka hanya dibalas senyum.

"Tidak apa, kalian tidak terlambat, hanya aku yang terlalu cepat," lengkap dengan senyum memesona yang menghangatkan hati dan jiwa. Akashi mempersilahkan semua pejabatnya duduk dan mulai bercakap-cakap santai untuk menghangatkan suasana yang semula tegang.

Jadi itulah, kawanku sayang, mengapa Akashi selalu merajai daftar "Direktur Perusahaan Terkenal Paling Tampan dan Paling Seksi yang Paling Ingin Dijadikan Kekasih oleh Wanita."

Setelah semua bangku terisi oleh peserta rapat internal, Akashi pun akhirnya membuka rapat. Momoi selaku sekretaris akan mempresentasikan sesuatu terkait kemajuan maskapai mereka, gadis itu menampilkan beberapa grafik dan penjelasan mengenai kemajuan mereka yang mengundang anggukan dan beberapa pertanyaan berwibawa dari para petinggi maskapai.

Presentasi Momoi kemudian sampai pada satu statistik yang menarik.

"Ini adalah statistik penjualan perusahaan kita. Dapat dilihat, belakangan ini penjualan kita menurun karena sebuah perusahaan baru masuk ke dalam jajaran maskapai besar. Nama perusahan ini adalah Tourabu Airlines, singkatan lazim untuk menyebut maskapai Touken Ranbu Airlines," Momoi menunjuk grafik yang menurun seiring dengan bulan yang berganti.

Gadis itu mengambil jeda untuk melanjutkan penjelasannya, "Selama ini, maskapai kita ada di peringkat kedua bila melibatkan penjualan, karena maskapai nomor satu negara, Vongola Airlines, selalu dapat mempertahankan posisinya sebagai perusahaan penerbangan nomor satu. Dan dengan masuknya Tourabu Airlines, peringkat dan penjualan kita bisa turun drastis."

Beberapa bisikan memenuhi ruang rapat, dan Akashi menaikkan tangannya untuk menenangkan peserta rapat, "Belakangan ini, aku juga sering mendengar desas-desus tentang maskapai baru yang melejit naik ke dalam peringkat karena pelayanannya yang unik. Berapa kerugian yang akan kita derita bila seandainya mereka berhasil mengambil peringkat kita?"

Nijimura mengangguk dari tempatnya duduk di sisi kanan Akashi, "Aku sudah menghitungnya dengan Momoi, kerugian kita dapat mencapai beberapa milyar," yang kemudian kembali disambut dengan bisikan heboh serta sedikit kepanikan dari orang-orang.

Akashi mengangguk perlahan.

"Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk menghindari kerugian itu?" seseorang dari peserta rapat bertanya, suaranya membelah bisik-bisik yang menggema di dalam ruang rapat itu.

Momoi mengangguk, wajahnya berubah cerah, "Aku sudah mencari beberapa sumber, dan aku menemukan sebuah cara. Seperti yang kita semua tahu, Kiseki Airlines jarang mempromosikan dirinya sendiri, kita hanya melakukan promosi lewat kerjasama perusahaan atau wawancara, oleh karena itu, aku menyarankan agar tidak melakukan promosi," katanya.

Ruang rapat itu kembali meledak dalam hiruk-pikuk, beberapa mengangguk, yang lainnya menggeleng. Peserta rapat terpisah menjadi dua kubu, namun belum sempat sebuah perang yang lebih heboh dari perang antara manusia dan nyamuk dimulai, Akashi kembali menenangkan para petinggi dengan satu kibasan tangan. Ruang rapat kembali hening.

"Bisa kau jelaskan secara detail rencanamu, Momoi?" tanya Akashi.

Gadis berambut merah muda itu mengangguk antusias, "Aku berpikir untuk melakukan iklan. Tidak semua orang membaca koran, begitu juga dengan majalah tertentu. Namun dengan iklan, semua orang memiliki televisi, dan kita bisa menyewa untuk ditampilkan di televisi raksasa seperti di perempatan Harajuku atau semacamnya," jelas Momoi, senyumnya melebar.

Akashi mengangguk mengerti, kemudian menoleh ke arah Nijimura, "Bila kita lakukan ini, berapa biaya dan apa saja yang harus kita lakukan?" tanyanya, kepada wakil yang lebih tua.

Nijimura mengelus dagunya, "Perhitunganku kita hanya perlu menyewa kameramen dan beberapa tetek-bengek lainnya. Keputusan untuk menggunakan artis atau selebriti terkenal, itu keputusanmu, Akashi. Bila kita tidak menyewa selebriti, biaya yang kita keluarkan juga akan lebih sedikit," jelas Nijimura panjang-lebar dalam satu tarikan napas yang mustahil.

Akashi mengangguk sekali lagi, kemudian beralih ke arah peserta rapatnya.

"Baiklah, jika begitu, kita akan menggunakan apa yang Momoi katakan. Apakah di antara kalian ada yang keberatan?" suara penuh otoritas milik Akashi menggema di tengah keheningan, pria muda itu tersenyum puas ketika melihat tidak ada tangan yang terangkat.

Momoi mengangguk, "Akan aku persiapkan semuanya. Apakah ada selebriti atau artis yang ingin kau sewa untuk iklan ini, Akashi?" tanya sang sekretaris, yang notabene adalah teman sang CEO sejak mereka masih duduk di sekolah menengah pertama bersama dengan seorang pilot pesawat, operator, dan tim teknik mereka, hingga formalitas pun keluar dari kepala.

Akashi mengelus dagunya. Sepasang iris yang sama membaranya seperti mentari senja tertutup oleh kelopaknya. Berbagai nama melesat di kepalanya, lalu Akashi pun menyeringai.

"Aku tidak mau menyewa selebriti atau artis karena mereka bisa minta bayaran yang di luar ekspetasi. Tolong panggilkan Kise, menurutku tampangnya lumayan juga untuk iklan televisi."


"Kurokocchi! Tolong aku! Aku diseret-ssu!" Kise Ryouta mencengkram lengan jaket rekannya dengan frustasi. Seragam pilotnya berantakan, dan tampaknya pria muda itu juga ingin membuat seragam co-pilot rekannya yang berambut biru itu berantakan dan melar karena terus ia cengkram seiring dengan tarikan dari anak buah Momoi yang pantang menyerah.

Kise panik. Karena siapa yang tidak? Ketika ia turun dari pesawat, senang dengan pendaratan yang sukses dan mulus seperti wajahnya yang asli halus tanpa jerawat, mendadak Momoi dan sekumpulan orang mendatanginya dan berkata Akashi akan menemuinya. Beserta beberapa pegawai Kiseki Airlines lainnya, termasuk Kuroko Tetsuya selaku co-pilot, Aomine Daiki dari tim teknik, Midorima Shintaro selaku operator, serta Murasakibara Atsushi selaku tim pengurus bagasi

Mereka dipanggil ke sebuah studio di dekat bandara. Yang Mulia Akashi Seijuuro menurunkan perintah agar mereka menjadi bintang iklan. Kameramen, penata rias, dan segala pengurus profesional lainnya telah ditata, tetapi entah mengapa artis utamanya menolak.

"Kise-kun, ratapi saja nasibmu, jangan tarik pakaianku," Kuroko melepaskan jemari Kise satu-persatu, dengan cepat membuat Kise kehilangan keseimbangan dan diseret paksa. Kuroko sudah mengenakan kostum dan sudah ditata rapi. Menempel pada tubuhnya adalah seragam pilot, rambut sewarna lazuardinya dibuat agak berantakan, dan Kuroko menggunakan sebuah topi pilot. Pada dasarnya, itu adalah penampilannya pada hari biasa, minus rambut berantakan karena semua orang bersikeras rambutnya harus berantakan.

"Berbahagialah, nanodayo. Kapan lagi kau membintangi iklan?" Midorima menaikkan kacamatanya, sebelah alis terangkat. Ia tetap menggunakan seragamnya selaku operator pesawat, sama seperti Kuroko, rambutnya juga dibuat berantakan, dan headphone miliknya diganti dengan headphone yang hanya memiliki satu earphone yang terpasang pada mikrofon.

Midorima akan terlihat sempurna tampannya bila ia tidak membawa boneka kelinci pink.

"Dan Akashi berjanji akan memberikan bonus, haha!" Aomine tertawa, mengenakan kembali rompi dan headphone yang semula ia lepaskan. Toh, mereka akan syuting di bandara juga pada akhirnya, karena pesawat mereka ada di dalam sana. Studio ini hanya untuk formalitas dan sedikit perbaikan di bagian wajah mereka yang kucel karena bekerja sepagian.

"Kuroko-kun benar, Kise-kun! Semakin cepat, semakin baik!" Momoi merapikan kostum pramugari yang ia kenakan. Di iklan ini, ia akan berperan sebagai seorang pramugari. Tugasnya cukup mudah, jadi Momoi mengajukan diri, toh ini hanya iklan pendek.

Murasakibara tidak berkomentar dan hanya sibuk mengunyah makanan kecil yang diberikan Akashi sebelumnya sebagai suap. Ia masih mengenakan seragam dan rompinya, rambut ungunya dikucir rendah dengan rapi, dan mukanya sudah dipoles agar lebih enak dilihat.

Kise kalah argumen, bibirnya mengerucut ketika penata rias mulai bekerja.

Setelah beberapa menit menghabiskan waktu di studio, mereka kembali ke bandara dengan perlengkapan yang dibutuhkan untuk syuting. Sebuah pesawat sudah disiapkan, begitu pula dengan sekumpulan relawan yang akan berperan menjadi penumpang di Kiseki Airlines.

Sutradara yang disewa memberikan gambaran besar iklan, "Iklan akan dimulai dari Kise-san yang memakai topi pilotnya, kamera akan diposisikan ke bagian atas sehingga wajahnya tidak terlihat secara langsung. Setelah itu seorang anak kecil dan keluarganya akan berjalan melewati Kise-san dan Kuroko-san, pada saat yang bersamaan anak laki-laki tersebut akan menoleh.

"Kemudian, anak kecil itu akan masuk ke dalam pesawat dan kemudian disambut oleh Momoi-san, kamera kemudian berganti ke tempat Aomine-san yang sedang mengecek keadaan pesawat dan Midorima-san di dalam menara. Seteah itu, kamera lain akan menyorot Murasakibara-san yang tengah mengurus bagasi, sebelum kamera kembali ke sudut pandang penumpang yang melihat Aomine-san dari jendela, setelah itu Momoi-san akan datang dan memberikan makanan. Instruksi lebih lanjut akan aku berikan lagi, baiklah, mulai!" serunya.

Seorang kru mengambil papan hitam-putih sebelum berteriak, "Take satu! Dua, tiga, mulai!"

Kise menarik napas, pengalamannya pada bidang permodelan beberapa tahun yang lalu masih ia ingat dengan jelas. Dengan perlahan, ia mengambil topinya dan mengenakannya, kemudian berjalan di sepanjang koridor bandara yang kosong karena telah disewa oleh Akashi. Langkahnya pasti serta penuh percaya diri, dan Kuroko berhasil mengimbangi.

Anak laki-laki yang dimaksud menjalankan perannya dengan sempurna, ia menatap Kise, mengikuti gerakan kamera sesuai instruksinya dan mengikuti gerak tubuh Kise. Dalam sekejap, pengambilan gambar untuk scene pertama selesai. Dan sutradara juga tampak puas.

"Tolong lakukan apa yang biasa kalian lakukan," sutradara itu kemudian berkata kepada Aomine dan Midorima, mereka akan merekam keduanya pada saat yang bersamaan karena perbedaan tempat. Midorima mengangguk dan menaikkan kacamatanya, Aomine hanya mengangkat sebelah bahunya dan tersenyum lebar, sangat yakin ia dapat melakukannya.

"Take satu! Dua, tiga, mulai!"

Aomine berjalan menelusuri badan pesawat—lakukan saja seperti yang biasa ia lakukan, sang sutradara juga berkata demikian, kameramen dengan lihai mengikutinya geraknya, melakukan panning dan berlari untuk mengimbangi arah tatapan mata Aomine ke badan pesawat. Aomine mendongak ke atas, menaikkan topinya, sebelum berjalan menuju tangga.

Dan terpeleset karena oli, tubuhnya jatuh berdebum dengan suara keras.

Yang tertawa nista itu Kise.

Sementara itu, Midorima juga memulai pengambilan gambarnya. Kameramen meminta izin sejenak untuk merekam alat-alat yang Midorima gunakan, hiruk-pikuk di menara pengawas terlupakan—toh, Akashi juga sudah memiliki izin penuh, dan Midorima memiliki wilayah yang cukup luas di dalam menara tersebut selaku seorang ketua tim operator Kiseki Airlines.

Setelah kameramen selesai, Midorima mulai menekan berbagai macam tombol dan berbicara kepada pilot terdekat dari maskapai Kiseki terdekat yang hendak terbang. Di luar, Midorima terlihat sangat tenang dan berwibawa, namun tidak ada yang tahu pikiran di bagian dalamnya.

Suara alarm kemudian terdengar ketika Midorima salah menekan tombol.

"MIDORIMA-SAN KENAPA KAU MENEKAN TOMBOL ALARM KEBAKARAN!?"

Di dalam pesawat, Momoi juga sudah memulai sesi pengambilan gambarnya. Ia hanya perlu tersenyum, membungkuk, kemudian membawa makanan. Gadis itu tersenyum hangat ketika para penumpang bayaran masuk ke dalam pesawat, dan setelah tiba giliran anak kecil yang menjadi pemeran utama iklan mereka, Momoi membungkuk dan mempersilahkan keluarga itu untuk masuk ke dalam, kemudian melangkah untuk menyusul mereka dan kameramennya.

Untuk jatuh tersandung karena tidak biasa menggunakan sepatu hak setinggi dua belas senti.

"MOMOICCHI, JANGAN MATI-SSU!"

Jika itu adalah keadaan di dalam pesawat, lain lagi keadaan Murasakibara di ujung pesawat.

"Kau tahu ini? Ini cokelat belgia. Seseorang menyelipkan cokelat belgia di kopernya, heeee," Murasakibara mengelus koper yang ada di tangannya dengan penuh kasih sayang, membuat kameramen yang seharusnya mengambil gambarnya mengerjap heran dengan tingkahnya.

"Anu, kita harus segera mengambil gambar," sang kameramen akhirnya berbicara.

Murasakibara mengerucutkan bibirnya, "Dengar aku, ini cokelat belgia," katanya sekali lagi, sebelum menyorongkan koper berukuran sedang itu ke wajah pria muda yang tampak kewalahan memegangi kameranya. "Cokelat belgia, aku mau cokelat," gumam Murasakibara.

"Kita harus segera mulai," kameramen itu kembali berbicara, wajahnya memucat.

Murasakibara meletakkan kopernya, "Oke, oke, tapi kau akan membelikanku cokelat belgia."

Sang kameramen tersentak, "Tetapi aku bahkan tidak tahu tempat yang jual cokelat belgia!" protesnya, sembari berkacak pinggang dengan tangannya yang bebas. Ekspresinya yang semula ragu dan gugup menjadi ekspresi sewot dan tidak terima kalimat sepihak barusan.

Murasakibara menepuk bahu kameramennya. Ekpresinya serius, "Namanya juga cokelat belgia, jadi pasti ada di Belgia kok. Kau berenang saja ke sana," ujar pria muda berambut ungu tersebut, datar.


Setelah beratus-ratus take, keringat, air mata, darah, teriakan frustasi, tawa nista, sedikit perban untuk pantat Aomine, dan obat merah, iklan Kiseki Airlines akhirnya selesai.

Seharusnya hari ini adalah tayangan perdananya.

Akashi duduk di kantornya yang luas dan sepi, jemarinya yang lentik menyalakan televisi plasma canggih yang ada di sana. Pada saat yang bersamaan, iklan maskapainya terputar, dan sepasang iris sewarna senja itu menatap layar televisinya baik-baik dengan tatapan menilai.

Iklan dimulai dari seseorang yang tengah memakai topi pilot, kemudian berganti sudut pandang menjadi seorang anak laki-laki dan keluarganya, mereka menelusuri lorong bandara hingga dua orang berpakaian pilot yang wajahnya sengaja tidak terlihat oleh kamera lewat di sisi anak itu, membuat anak laki-laki itu menoleh. Setelah keluarga itu membeli tiket untuk mempromosikan layanan meja resepsionis Kiseki Airlines, keluarga itu bergerak ke pesawat.

Ketika mereka naik ke pesawat, seorang pramugari berambut merah muda menyambut mereka. Kamera kemudian berganti ke arah seorang teknisi berkulit gelap yang tampak sangat serius memeriksa keadaan pesawat kemudian tersambung ke meja penuh tombol dan profil samping seorang operator berambut hijau yang lalu melirik kamera dengan tatapan maut bagi wanita. Kamera kemudian bergerak keluar jendela menara pengawas dan terfokus ke seorang pria muda berambut ungu yang memasukkan barang-barang ke dalam bagasi.

Pria muda berambut ungu itu tampaknya sengaja menyadari kamera, ia lalu melempar senyum malas dan gestur hormat dengan dua jari. Kamera kemudian berpindah kembali ke teknisi berkulit hitam yang menceklis semua kertas di papan jalannya sebelum mendongak ke arah kamera dan melempar gestur hormat dengan dua jari serta sebuah cengiran lebar.

Kamera lalu berpindah ke dalam pesawat, dimana seorang gadis ternyata melihat gestur hormat sang teknisi yang diarahkan kepadanya. Gadis itu tersenyum sebelum sepasang tangan menyajikan makanan di hadapannya. Pramugari berambut merah muda yang sebelumnya ikut tersenyum, lalu pergi. Di ujung bagian dalam pesawat, pramugari itu berbalik, lalu melempar hormat yang sama dengan sang teknisi dan sang pengawas bagasi.

Setelah itu, kamera kemudian berpindah dengan sangat cepat menuju kokpit pesawat, dimana terdapat dua orang pilot. Sang co-pilot yang berambut biru menyadari kamera, ia lalu tersenyum lembut dan melempar gestur hormat yang sama. Sang pilot tidak menyadari kamera dan memutuskan untuk fokus. Setelah itu, kamera merekam berbagai macam fasilitas di dalam pesawat selagi sang narator semacam menjelaskan berbagai kelebihan Kiseki Airlines.

Kamera kemudian kembali lagi menuju bandara, mungkin ceritanya pesawat itu sudah sampai di tujuannya—entahlah. Setelah itu, anak laki-laki yang menjadi pemeran utama berjalan keluar dari pesawat, dan tanpa sengaja melihat sang pilot berambut pirang yang juga turun dengan kopernya sendiri. Pilot itu menoleh ke arah anak laki-laki itu, lalu tersenyum hangat sebelum melakukan gestur hormat yang sama, lengkap dengan kedipan sebelah mata.

Iklan berakhir dengan sang pilot beserta rekannya berjalan menjauh dari pesawat. Sebuah pesawat lain tampak lepas landas, diikuti dengan logo maskapai mereka.

Akashi tidak tahu reaksi apa yang tepat, tetapi ia sangat ingin tertawa.


Esoknya, terjadi ribut-ribut di kantor Kiseki Airlines.

Kantor mereka dipenuhi dengan surat penggemar berwarna merah muda, dihiasi dengan hati dan emotikon gadis jatuh cinta, beberapa wartawan siap di depan kantor yang sudah cukup dipenuhi oleh pegawainya, objektif mereka semuanya sama, membuahkan satu pertanyaan yang mengundara di acara gosip negara setelah iklan Kiseki Airlines tayang perdana.

"Siapakah yang berperan menjadi pilot Kiseki Airlines!?" itu pertanyaannya. Lengkap dengan tanda seru dan dua tanda tanya sebagai sebuah penekanan. Ataukah perlu ditebalkan dan diberi garis bawah sekalian?

Kise bersembunyi di belakang Murasakibara selama seharian.

.

.

To Be Continued

.

.

Dilema Arleinne dan Azureinne:

Azu : "Halo semuanya! Selamat datang di project mini series kami yang baru, Kiseki Airlines! Omong-omong yang penasaran iklan Kiseki Airlines, kami terinspirasi dari iklan Garuda Indonesia dan Air Asia, silahkan cek iklan tersebut!" *tiup terompet*

Aru : "Seperti namanya! Project ini akan berakhir di chapter 5 karena series ini terbagi menjadi tiga sesi; Kiseki Airlines di fandom ini, Kunugigaoka Airlines di fandom Ansatsu, dan Vongola Airlines di fandom KHR, terima kasih sudah meninggu!" *lempar confetti*

Azu : "Yup! Jadi total akan ada 15 chapter di 3 fandom yang berbeda! Kiseki Airlines adalah seri pertama dari Airlines Series, bercerita tentang maskapai penerbangan dengan Kiseki no Sedai tambah Nijimura tambah Momoi dan mungkin tambah Haizaki juga, ahahahaha~"

Aru : "Hush! Oh iya, berhubung draftnya belum selesai, dan saya sendiri masih ada UTS, jadi kami tidak janji akan update chapter dua secepatnya."

Azu : "He-eh, karena chapter dua Kiseki Change yang lalu Azu yang buat, maka di project ini, Azu in charge of chapter ganjil, dan itu juga karena Azu gak percaya sama Aru bisa update cepet." *lirik*

Aru : "Muehehehehe, ah sudahlah, baiklah, sekarang Azu dan Aru mengucapkan terima kasih kepada yang sudah mereview, mem-fave, maupun mem-follow, semoga kalian puas dengan chapter satu dari project baru kami ini!"

Azu : "Akhir kata, kami tunggu kalian di kotak review dan terima kasih atas kesudiannya menunggu kami di chapter selanjutnya~"