Akatsuki Nista Series : Itachi SakitChapter 1

Disclaimer

Akatsuki & Naruto cs © Masashi Kishimoto selalu

Akatsuki Nista Series © QuinnLawliet atawa CherrySlurp!DarkBieber

Rate

T (gak tahu mau dikasih rate apa)

Warning

Penuh ke OOC-an, GaJe, Abal, Garing pastinya, Boring, Typo(s), tulisan tidak rapi, dan tidak mengesankan

Summary

Itachi Sakit!

Salam kenal, yak! Saya Author baru di sini, jadi masih butuh banyak bimbingan dari senpai-senpai semua. Maaf bangeeeet kalau ficnya garing, jayus, dan membosankan. Saya 'kan masih newbie.. #alasan

Saya menerima saran, kritik, dan pujian kalau ada… XD *ngarep*

QUINNLAWLIET

[.]

[.]

PRESENT

[.]

[.]

AKATSUKI NISTA SERIES

~ITACHI SAKIT~

Di sebuah markas kumuh milik organisasi nista Akatsuki, terdapat seorang pemuda keriputan yang sedang duduk sendirian di ruang depan. Maklumlah, anggota Akatsuki kan PENGACARA alias PENGangguran bAnyak aCARA. Karena bosan, ia mencari teman-temannya yang sedang berkumpul di ruang tengah. Mereka sedang asyik dengan kegiatan masing-masing sehingga mereka tidak sadar kalau pemuda itu menghampiri mereka dengan wajah Ku Chell Byn The Kill (baca:kucel bin dekil).

"Ohayou, minna~" ujar Itachi semangat.

"…" Tidak ada satu pun yang menjawab salam Itachi. Karena tidak terima dicuekin begitu saja, Itachi mengulang salamnya. "OHAYOU, MINNAAAAAAAAAAAAAAAA!"

"Ohayou." Jawab yang lain singkat, kemudian kembali berkutat dengan urusan masing-masing. Melihat ia dicuekin lagi, Itachi mencoba mendekati rekannya, sang manusia jadi-jadian. *dipotong pake Samehada*

"Kisame, kau sedang apa?" tanya Itachi sok bego. Lha wong, dia sudah liat kalau Kisame lagi kasih makan ikannya, kok masih nanya. Itachi… Itachi… Bego…

Karena belum di jawab, Itachi gak menyerah. "Ngasih makan ikan, ya?" ujar Itachi lagi masih dengan sikap sok blo'onnya.

"Loe kan udah tau, udah liat sendiri, kan? Kenapa masih nanya, sih?" sahut Kisame ketus.

"Yaelaa… Gue kan Cuma nanya, Kis. Bye de wei, nama ikan loe sapa?" Itachi masih berusaha beramah-tamah.

"Namanya Arwini. Udah, kan? Ganggu aja loe," ketus Kisame lagi. Itachi yang merasa sakit hati karena usiran tidak langsung dari Kisame tadi memilih untuk menghampiri Sasori yang sedang asyik main boneka barbie sendirian. Salah satu contoh anggota Akatsuki yang masa kecilnya—sangat—kurang bahagia.

"Sasorii~" panggil Itachi dengan muka innocentnya.

"Apaan sih?" ujar Sasori tanpa menoleh, masih sibuk dengan Barbie dan Ken-nya.

"Gue boleh ikutan main kagak?" tanya Itachi terpaksa. Habisnya, gak ada bahan yang bisa nyambung selain Sasori malah menghentikan kegiatannya dan menatap intens wajah Itachi. Alis Sasori terangkat sebelah dengan mulut sedikit terbuka menandakan kalau ia sedang sweatdrop berat==a. (Readers:Sweatdrop kok begitu, seh? / Author:Itu sweatdropnya orang keren! / Sasori:Bener, tuh! / Readers:Gilak!)Seandainya Author yang ditatap begitu sama Sasori-kun. *Ketawa-tawa sendiri*

Bek to de stori

Karena melihat tatapan Sasori yang seakan mengintimidasi-nya, Itachi menggeser tubuhnya perlahan mendekati bendahara(m) Akatsuki yang sedang sibuk dengan istri-istrinya (baca:duit). "Kuz, lu ada kerjaan gak?" tanya Itachi dengan nada selembut mungkin.

"Menurut loh?" Mendengar nada bicara Kakuzu, Itachi cukup tahu untuk menyingkir dari hadapannya sekarang. Karena gak dipeduliin sama Kakuzu, Itachi mulai datangi Konan yang sedang sibuk dengan koran bekasnya di sofa. Tapi, malang bagi Itachi, ia gak sengaja nyenggol meja di depan Konan yang di atasnya ada susunan kertas yang berbentuk—seperti—candi Borobudur. Sedetik kemudian, Itachi dengan sukses menelan bulat-bulat deathglare dari Konan. Karena Itachi gak mau deket-deket sama Hidan yang lagi komat-kamit sambil nyembur, atau Zetsu yang asyik pacaran sama pacarnya, si Rafflesia, atau juga Pein yang lagi serius baca majalah. Hayoo… majalah apa itu? Di sampulnya tertulis "CARA-CARA UNTUK MENJADI KETUA YANG BAIK DAN BENAR" Oh, ternyata bukan majalah seperti yang dipikirkan Itachi. Dasarnya, otaknya Itachi memang mesum.

Dengan berat—seberat-beratnya—hati Itachi mendekati Deidara yang sedang bergumul (?) dengan lempung putih dan dibuat menjadi bentuk wajah Kakuzu yang abstrak-nya minta ampun. "Dei~" panggil Itachi dengan nada melas. Gak kebayang…

"Apa, un?" tanggap Deidara mending daripada yang sebelum-sebelumnya.

"Sibuk ya?" tanya-nya lagi.

"Iya, un. Kenapa, un?" tanggap Dei tanpa menoleh.

"Temenin gue biar gak bosen, dong."

"Gomen, Itachi, un. Selain karena gue muak banget sama yang namanya Uchiha, seni gue sebentar lagi jadi, nih!" jawab Dei pelan tapi menusuk. Bagian 'muak banget sama yang namanya Uchiha' itu lhoo…

Dengan hati yang teriris-iris, Itachi ngesot mendekati opsi terakhir, Tobi. Tobi dengan khusyuk dan khidmatnya sedang meresapi film yang ditontonnya. Teletubbies. "Tobi." Panggil Itachi.

"…" Tidak ada jawaban.

"Tobi." Panggilnya lagi.

"…"

"Tobi, Tobi anak baek~" Itachi mengucapkan kata sakral, tapi tetep gak ada jawaban.

"…"

"Hello… Tobi anak baek~" Itachi menggoncang-goncangkan tubuh Tobi yang gak bergeming sedikitpun.

"Hahahahah!" Tiba-tiba si Tobi ngakak bikin Itachi jungkir balik ke belakang (?) "Lucu! Teletubbies-nya lucu banget!" Dan anggota lain masih berkutik dengan kegiatannya masing-masing. Padahal teriakannya Tobi nyaring banget. Itachi lalu mematikan TV dan berdiri di depan Tobi.

"HUEEE! ITA-SENPAI JAHAAATT! HUEEE!" Tiba-tiba (lagi) Tobi teriak Gaje bikin Itachi jungkir balik lagi, tapi kepalanya malah kejedot TV. Seketika seluruh mata menatap Itachi.

"Lo apain si Tobi, Chi?" tanya Pein dengan tatapan iblis-nya. Apalagi matanya yang udah melungker kayak obat nyamuk gitu, tambah serem dah. *Author di-rinnegan*

"ITACHI-SENPAI GANGGUIN TOBI! PADAHAL TOBI LAGI NONTON TELETUBBIES!" teriak Tobi lagi. Walhasil, bermacam-macam deathglare mampir ke Itachi.

Akhirnya, dengan pundung berat, Itachi pergi ke kamarnya buat tidur. Tapi sampai malam Itachi gak keluar-keluar juga. Semua Akatsukiter pun merasa kehilangan dan merasa bersalah karena udah ngacangin Itachi tadi pagi. Kisame pun nge-cek ke kamar tanpa disuruh sama Pein. Partner yang baik :D.

Kisame masuk kamar dan nemuin sesosok mayat gak berbentuk dengan bola mata tinggal satu, kepala yang hampir lepas dari badannya, perut yang… CUT! RATE-NYA GAK COCOK DENGAN ADEGAN BEGINI! KITA ULANG, SCENE 15389 TAKE 45892, KAMERA? ROLLING! AND… ACTION!

Kisame masuk ke kamar dan melihat Itachi lagi selimutan sebatas hidung sambil menggigil. Dengan paniknya, Kisame menghampiri Itachi dan melihat mukanya. Pucat sekali, melebihi Orochimaru. Kisame sentuh kening Itachi, panas sekali. Punggung tangan Kisame aja sampai terbakar. *Lebaii* Dengan panik, Kisame lari turun ke ruang tengah.

"Leader-sama! Gawat!" teriak Kisame dari tangga.

"Kenapa? Kalo lo Cuma mau ngasih tahu kalo keriputnya tambah panjang, itu udah biasa." Balas Sasori dengan tampang males.

"Bukan! Si Itachi sakit!" teriak Kisame di depan muka Pein menyebabkan hujan meteor berjatuhan di mukanya yang tidak rata—karena pierchingan—itu.

"WOOTT?" teriak Akatsukiter yang lain dengan bahasa Inggris yang pas-pasan.

"Huh, sakit-sih sakit… Tapi gak perlu nyembur dong!" bentak Pein sewot, gak diterima mukanya yang tanpa cela itu terkena hujan asam-nya Kisame. *Author dipenjara karena fitnah tanpa beralasan*

"Ayo, cepet lihat keadaannya!" seru Konan memimpin Akatsukiter lainnya yang berebutan naik tangga. Meninggalkan Pein yang merasakan sedikit api cemburu *ceilee…*. Tapi begitulah rasa solidaritas Akatsuki. Iya, kan?

Tapi sepertinya Author harus mengoreksi ucapannya sekali lagi. Karena…

"Deii! Jangan injek-injek kaki gue dong! Kagak sopan amat lu!"

"Yee! Salah sapa, un. Loe berdiri deket gue, un!" Deidara dan Hidan saling sembur menyembur.

"Si Dei mending, Dan. Cuma nginjek kaki lo. Daripada lo sendiri."

"Emang gue ngapain elo sih?"

"Loe kagak nyadar, ya? Loe dari tadi tu nginjek kepalanya Kisame, tauk!" timpal Kakuzu.

"Hah? Oh, Cuma Kisame doang, kok."

"Dasar tega lo!"

"Woy, diem dong!"

"Konan! Jangan semprot sembarangan, dong. Gue dari tadi diem! Mereka noh yang ribut!" Sasori berniat menunjuk muka Deidara dan Hidan tapi yang ada telunjuknya malah masuk ke hidung-nya Zetsu.

"Sas, tangan lo bau terasi~" ujar Zetsu pasrah hidung sucinya kemasukan jari-nya Sasori.

"Hiiiih! Jijik gue!"

"Yaudah, kita dari tadi kenapa kagak naik-naik, seh?"

"Yang depan noh, lama amat!"

"Tobi tu kalo jalan pake tata krama, gak kayak senpai-senpai semua!" ujar Tobi sambil melanjutkan jalannya yang seperti putri keraton.

"Woy! Jangan buang-buang waktu aja! Waktu itu duit!"

"Cepetan dong, Tobi! Itachi-san butuh pertolongan segera! Kalau kita tidak bergerak cepat, dia bisa kehilangan nyawa-nya!" entah siapa yang meneriakkan kalimat lebay itu.

Sementara itu, Pein dan Author hanya geleng-geleng kepala melihat ke'solidaritas'an Akatsukiter itu dari bawah. Sepertinya Author benar-benar harus mengoreksi ucapan Author yang tadi. Baiklah, setelah melewati banyak sekali halangan dan rintangan *halah*, mereka akhirnya nyampe di kamarnya Itachi.


"Itachi-senpai kok mukanya pucet kayak Orochimaru sih, senpai?" bisik Tobi dengan suara keras (?) ke Deidara.

"Itu karena Itachi-san lagi sakit, Tobii, un…" jawab Deidara—terpaksa—sabar.

"Berarti kalo orang sakit itu pucat, ya, senpai?" tanya Tobi lagi.

"Iya, un." Deidara dengan mati-matian berusaha menahan hasratnya untuk ngejitak Tobi.

"Berarti, Orochimaru-senpai itu sakit dong. Tapi kok gak sembuh-sembuh, sih?" Tobi tanya lagi. Tapi Deidara gak jawab, dia Cuma nunduk dengan muka kemerahan. Bukan, bukan karena blushing. Tapi menahan segala hasrat dan gairah untuk membunuh anak autis di sampingnya ini. Sasori yang dari tadi ngederin mereka berdua juga ikut keheranan sendiri. 'Bener juga ya si Tobi. Kok Orochimaru itu pucet banget?' batin Sasori. Wah, ikutan autis ni anak.

Seluruh Akatsukiter (minus Itachi) sekarang sedang mengelilingi ranjang Itachi dengan Itachi sebagai terdakwa sekaligus saksi sekaligus tersangka (?). Konan menempelkan punggung kakinya (?) ke kening Itachi yang membuat Pein menyipitkan mata-nya karena cemburu *Jiahh…*

"Iya, panas banget…" ujar Konan.

"Kalo gitu harus dibawa ke rumah sakit sekarang juga," tandas Kisame.

"Baik. Kita bawa Itachi ke rumah sakit Konoha," ujar Pein bijak.

"Wet up! Wet down (?)! Rumah sakit Konoha? Di sana tu biaya-nya mahal banget tauk! Secara duitnya kan dipake buat nambalin utang-nya si Kepala Rumah Sakit itu!" sewot si mata ijo.

"Tapi, RS Konoha itu rumah sakit yang paling deket, un!" timpal Deidara.

"Kalau mau cari yang paling dekat, kenapa gak ke kliniknya si Oro aja?"

"Lu mau bikin si Itachi mati dibunuh apa?" sewot Sasori pada temannya yang tidak berperike-Itachi-an.

"Kalau gitu, kita bawa Itachi-senpai ke Kliniknya Sakura aja, Leader. Kan deket, murah lagi."

"OKE!" kali ini Kakuzu langsung setuju. "Hemat biaya transportasi."

"Baik. Kita bawa Itachi ke klinik-nya Sakura!" seru Pein sambil mengepalkan tangannya ke udara. Sementara para anak buahnya hanya bisa sweatdropped dan menyesali mengapa mereka harus di ketuai oleh Leader abnormal macam Pein.

Author juga gak tau, hanya Tuhan dan Om Masashi lah yang tahu mengapa…

^^TO BE CONTINUED^^

Walaaah. Jadinya abal banget.. Yah, Author sendiri juga nyadar, kok. Jadi silahkan flame fic ini, karena fic ini emang pantes diflame. TT_TT Mungkin banyak cerita yang mirip kayak gini, ya? Tapi ini asli ide Ui sendiri, kok. Datangnya ide ini dari pertanyaan Author "Akankan Sasuke-kun menjenguk Itachi-nii kalau aniki-nya itu sakit?" Silahkan cari tahu di chapter depan!

Terimakasih bagi yang sudah membaca fic gak jelas ini. Author sangat sangat sangat mengharapkan uluran tangan anda untuk meng-klik kotak review di bawah ini… *nunjuk-nunjuk tombol review*