Suasana malam diperbatasan Konoha dan Suna tampak mencekam. Tampak pergerakan di 680m sebelah selatan garis batas militer DMZ. Malam yang gelap ada sekelompok militer sedang menyusuri padang ilalang.

Ditempat lain sekelompok petinggi militer dan para penjabat negara beserta pimpinan mereka sedang mengadakan rapat.

"Sekitar 1:00 dini hari. Pasukan Suna melewati garis batas militer DMZ. mereka menggrebek Post Jaga 301 dan menyandera 2 tentara kita. Mereka sedang sekap."

"Penyerangan?" Tanya pria bernama Danzou. "Apa mereka mengirim 3 tentara itu... Untuk memulai perang atau sesuatu? Ini sebuah penghinaan."

"Ini adalah tentang provokasi dan memprovokasi." Jawab seorang jenderal bintang 3, panglima Pasukan Khusus militer Konoha, Yamanaka Inoichi. "Yang pertama, melewati DMZ adalah pelanggar perjanjian gencatan senjata... Pihak Suna berharap bisa memprovokasi, agar kita melakukan pembalasan. Sehingga mereka bisa menggunakannya sebagai alat negosiasi yang lebih menguntungkan mereka di masa mendatang... Perjanjian Api dan Angin."

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa menyerah pada taktik sialan mereka. Juga, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa... 2 tentara Konoha kita, warga Konoha kita, saat ini sedang disandera." Danzou bertanya lagi.

"Kita bisa menyelamatkan mereka." Jawab Inoichi. "Tenang, aku sudah mengirim Pasukan Khusus, Tim Black Fox."

Sementara dilain tempat.

Para tentara sedang mengendap-endap untuk berusaha menuju tempat dimana sandera konoha berada, lalu dari belakang ada dua orang tentara dengan pakaian serba hitam dengan masker yang menutupi wajah dan tudung yang menutupi kepala ikut bergabung.

Dengan sigap, salah satu tentara yang menyadarinya langsung menodongkan senjatanya kepada dua tentara tesebut.

"Angkat tangan kalian!"

"Tenang kawan... Alpha Fox, Kapten Tim Black Fox. Mulai sekarang, kami ambil alih." jawab salah satu tentara khusus itu.

Mereka semua melanjutkan misinya. Naruto dan rekannya, Shikamaru melepaskan perlengkapan senjata dan alat pengaman lainnya.

"Ap-apa yang kalian lakukan?" Tanya salah satu tentara heran pada dua tentara khusus itu.

"Kita sekarang berada di DMZ." Jawab Naruto, "Jadi, jalan terbaik adalah mencoba berunding." lalu dia dan Shikamaru menuju tempat tentara yang disandera tersebut dengan mengangkat kedua tangannya.

"Aku adalah Kapten yang mendapatkan perintah. Apa tentara Konoha yang kalian sandera tidak terluka? Kita akhiri ini saja, dan pulang dengan selamat." ucap Naruto saat berada dalam radius yang cukup dekat dengan target.

Sementara didalam ruangan itu, seorang pria berambut merah mengintip melalui celah jendela.

"Aku ragu jika mereka akan menyerah begitu saja. Ayo maju." Shikamaru berbicara dengan pelan.

"Ini Alpha Fox. Kami akan masuk."

"Mr. Innocent. Siap!" Ucap salah satu tentara dilain tempat tengah bersiap dengan senjata Laras panjangnya.

"Bom siap, Shinigami siap membantu." Sambil menyiapkan peledak jarak jauh.

"Peledak? Bagaimana dengan mereka?" Tanya salah satu tentara.

Tentara khusus itu menghela napas. "Ini hanya option terakhir, jika perundingan ini gagal dan mereka berdua mati."

Para tentara saling memandang dan meneguk ludahnya.

"Kami akan membiarkanmu pulang, jadi kita akhiri saja ini." Ucap Shikamaru.

"Masalah ini akan semakin menyusahkan saat fajar nanti. Jadi, pergilah selagi kami masih memberikan kesempatan." tambah Naruto.

Pasukan Suna membukakan pintu dengan menodongkan senjatanya. Dan memberi kode untuk memasuki tempat itu. Mereka berdua masuk ke tempat tersebut.

Pimpinan dari pasukan Suna sudah berdiri untuk menyambut dua tamunya.

Naruto bisa melihat dua tentara yang menjadi sandera masih dalam keadaan aman.

Lalu dia menoleh kearah Shikamaru sekedar memastikan rekannya itu. Mereka berdua membuka masker mereka.

Pria berambut merah melepaskan pistolnya. "Kami tak akan pergi begitu saja." Ucapnya. "Sebagai prajurit, Kami harus membunuh salah satu dari Pasukan Khusus ini." Lalu pimpinan pasukan Suna itu memberikan pistolnya ke bawahannya dan menodongkan pisau ke Naruto dan rekannya.

Naruto langsung menarik pisaunya setelah tahu keinginan lawannya. Dia bersiap menghadapai pertarungan itu. "Baiklah jika itu keinginan mu, mari bertarung."

Naruto mau tak mau akhirnya setuju untuk bertarung, ia dan rekannya telah mengeluarkan pisau. Mereka bertarung dengan dua prajurit pasukan Suna. Naruto memberi kode untuk Shikamaru, Agar bisa memberi dia ruang untuk menyelamatkan dua sandera.

Shikamaru langsung melakukannya dan berusaha melakukan back-up dengan melawan dua prajurit sekaligus. Pada akhirnya dia berhasil melumpuhkan anggota angkatan khusus Suna. Saat Naruto berhasil melepaskan sandera, Shikamaru langsung menghalau tusukan dari pemimpin pasukan Suna yang berniat menyerang Naruto.

Dua prajurit terkapar tadi kembali bangkit.

"Tsk, merepotkan." Dia langsung berlari menerjang dua prajurit itu keluar dari tempat itu.

Meninggalkan para ketua pasukan khusus yang ada di dalam markas. Bel peringatan terus berbunyi, tapi mereka terus bertarung. Mereka saling menyerang dan akhirnya keluar markas. Rekan Naruto juga masih bertarung diluar.

ZRASH!

"Ughh!"

Ketua angkatan Khusus Suna berhasil menyayat perut Naruto. Tepat saat itu Naruto sudah mengarahkan pisaunya ke leher si ketua tapi ia tak segera menyayat leher ketua.

"Sepertinya... kau tak bisa membunuhku. Karena orang dari negara Konoha pasti akan terguncang. Jadi, kau tak bisa lebih dulu melakukan serangan. Tapi kami... berbeda." Kata pemimpin pasukan Suna.

Kemudian Naruto ditodong dengan pistol oleh pasukan Suna.

Shikamaru yang melihatnya hanya diam dan menunggu kelanjutannya.

"Selama lebih dari empat generasi, sepertinya masih terjadi kesalahpahaman di pihak kalian ya? Ku beritahu kau; Kami akan selalu siap menyerang duluan untuk menjaga kedamaian di negara kami." kata Naruto.

Salah satu pasukan Black Fox yang sejak tadi sudah bersiap dengan senjata jarak jauhnya pun mengunci targetnya.

Pemimpin pasukan suna itu menoleh ke anggotanya dan bisa melihat dengan jelas sebuah titik merah di dahi bawahannya itu.

"Jangan membuat kesalahan lain. Aku tak akan menyerang jika kau mundur." Kata Naruto. "Aku tidak ingin kau membuat kesalahan lain. Aku tidak pernah menyela musuhku ketika mereka membuat kesalahan." Lanjut Naruto. "Kau datang sebagai prajurit. Aku akan memberimu kemudahan, pulanglah dengan status mu. Karena jika tidak aku sendiri yang akan memastikan status barumu."

Lalu ketua pasukan Suna itu memerintahkan anggotanya menurunkan pistolnya. Dia lalu menyeringai tipis. "Senang bisa bertemu denganmu. Kapten Namikaze Naruto."

"Aku tahu itu dan aku juga tahu kau akan dipromosikan sebagai kapten sebentar lagi tapi, sebaiknya kita tak perlu bertemu lagi, Letnan Sabaku no Gaara."

Gaara menjatuhkan pisaunya dan memberi perintah untuk kembali pada prajuritnya. "Mari kita pergi"

Saat berbalik dia berpapasan dengan Shikamaru dan mereka saling menatap membunuh sejenak.

"Ini Aplha Fox! Izin melaporkan misi; misi penyelamatan sukses tanpa ada korban, laporan selesai!" Ucap Naruto memberikan kabar bahwa Tim Black Fox telah menyelesaikan tugasnya.


"I fell in love with you because of the little things you never knew you were doing."

unknown

.

.

.

.

.

.

DISCLAIMER: I DO NOT OWN NARUTO. All publicly recognizable Naruto characters, settings, etc. are the property of SJ and the mangaka. No money is being made from this work. No copyright infringement is intended. Big influence from DRAKOR. Coba tebak! / Korean Drama (2015-16) starred ? and ? Almost total same-plot! I write this only for fun! FOR FUN!

.

.

.

.

Warning (s): AU SETTING CANON, ACTION-ROMANCE, Drama, OOC LUAR BIASA, & ALUR DENGAN KECEPATAN MOTO GP.

.

.


SOLDIER X DOCTOR


VVVVVVVVVV

VVVVVVVVV

VVVVVVVV

VVVVVVV

VVVVVV

VVVVV

VVVV

VVV

VV

V


[一]


Naruto dan Shikamaru sedang menikmati masa liburnya dengan memainkan tembak-tembakan di salah satu game center untuk ntuk menghilangkan suntuknya bertugas sebagai militer. Sejak awal memainkan permainan itu Naruto merasa jengkel. Dia tak bisa percaya kalau sekor mereka sejak tadi sangat jelek.

"Apa kau menembak dengan mata tertutup? Pergilah berlatih pencundang!" Ucap suara dari permainan.

"Wah permainan ini ngajak ribut ya?"

"Merepotkan... Ada apa dengan Laras senjata ini?" Tanya Shikamaru sambil memeriksa senjatanya.

Naruto mulai ikut mengutak-atik pistol yang ia gunakan. "Aku bahkan tidak bisa menyesuaikan klip dan zeroingnya, dattebayo!"

"Ini benar-benar tak berfungsi." Ucap Shikamaru sambil berusaha mengeser penahan bahu senjata.

"Apa kalian mau bermain putaran berikutnya?" Ucap penjaga game center menghammpiri mereka dengan waswas melihat apa yeng dilakukann Naruto dan Shikamaru pada senjata permainan itu.

"Permisi. Apa kau bisa membantu?" Lalu Naruto berbalik sambil kembali mengutak-atik senjata. "Kami tak bisa menyesuaikan klip-nya—"

"He-hei! Kau tidak boleh mengutak-atik senjata ini! Senjata ini adalah senjata khas dari Konoha yang digunakan dalam perang gurun pasir dua puluh tahun yang lalu. Ini berbeda dengan pistol yang kalian mainkan saat wajib militer." Ucap pria penjaga game center, Idate.

Naruto hanya tersenyum, 'kau bercanda?'.

"Tidak juga." Ucap Shikamaru pada idate.

"HEI! TOLONG! DIA MENCURI DOMPET KU! HENTIKAN DIA!"

Mereka bisa melihat dengan jelas ada pencuri dari jendela game center; Si pencuri terlihat sedang mengambil motor pengantar makanan lalu menggunakannya untuk kabur.

"Tsk, Merepotkan! Dia mencuri dengan cara ceroboh sekali." Shikamaru, mengambil pistol ditangan Idate lalu memberinya pada Naruto. "Kami pinjam senjata mu itu lagi." Dia lalu keluar dari game center itu.

"H-hei! Tapi kita sedang libur sekarang, dattebayo!" Keluh Naruto.

"MINGGIR KALIAN!" ucap pencuri itu sambil terus melajukan motor curiannya.

Mereka sudah ditengah jalan dan bersiap menembak si pencuri.

"Dengan senjata mainan tak berguna ini kita hanya bisa melakukanya saat target berada dalam jangkauan 5 meter."

"Ya aku tak pernah ragu dengan analisa mu, Shikamaru!"

"7 meter!"

"SEMUA MINGGIR!" Teriak pencuri itu lagi.

"5 meter!" Mereka mulai membidik. "Now!"

TUSK! TUSK! TUSK!

BRAAK!

Mereka lalu menarik pelatuk pistol mengenai tepat di dahi pencuri itu dan berhasil menjatuhkan si pencuri. Idate yang melihat mereka jadi terkagum-kagum.

Naruto melihat sang pencuri sudah tergeletak tak berdaya di jalan meyeringai bangga. "Clear!"

Shikamaru lantas mendirikan sepeda motor itu. "Ini, paman." Lalu Shikamaru mengembalikan barang yang di curi pelaku, korban yang juga merupakan pemilik motor. Pemilik menyalakan motor dan beruntung motornya baik-baik saja. "Mau melaporkan ke pihak berwajib?" Tanya Shikamaru pada korban.

"Dengar aku tak ada hubungannya dengan bocah ingusan yang terluka itu, jadi jangan pernah menghubungi ku gara-gara dia." Ujar si pemilik lalu pergi dengan motornya.

Shikamaru lalu mengambil ponsel dan mengetik 911. "Ya di sini terjadi sebuah kecelakaan sepeda motor..."

DUAGH!

Sedangkan Naruto, dia terus menjitak kepala pencuri itu sebelum akhirnya mengikat kaki pencuri tadi yang jatuh dari motor. Ia membantu agar kaki si pencuri tak tambah sakit.

"Aku baik-baik saja! Ittai!" Si pencuri mencoba bagun namun tak berhasil.

DUAGH!

Naruto kembali menjitak kepala pencuri kelas teri itu. "Berbaringlah! Kau bisa mematahkan tulang belakang mu jika terus bergerak, dattebayo!" Lalu Naruto menarik tali dari celana si pencuri.

"Whoa! Apa yang kau lakukan?!"

"Ini semua untuk membuat masyarakat yang lebih baik dan sekarang aku ingin memberi mu pertolongan pertama." Naruto menoleh kearah Idate. "Bisa bantu aku mengambil beberapa boneka dari permainan itu? Tenang aku membelinya, tenang saja, dattebayo!" Tanya Naruto pada Idate untuk menjual boneka beruangnya.

"Yang itu?" Sambil menunjuk ke permainan boneka. "Itu bukan untuk dijual! kau tahu? kau harus memainkanyan." Jelas Idate.

"Si culun ini benar-benar ya... Aku tahu itu. Jadi jual saja padaku... atau kau mau, aku memenangkan semua boneka itu tanpa perlu membayar sepeser pun." ujar Naruto.

"B-baiklah!" Idate tak mau hal itu terjadi, ia cepat-cepat berbaik untuk mengambilkan 2 boneka.

"Ah.. apa kau punya spidol atau semacamnya?" Tanya Naruto.

Idate kembali berbalik. "Eh? Spidol?" Ucapnya sambil memeriksa kantung pakaiannya.


30 menit kemudian..


Dua pria dewasa tengah duduk bersama pasangan mereka masing-masing di sebuah kafe. Mereka mendapat tatapan aneh dari para pengunjung kafe yang lain. Pria berambut Nanas mulai mengelus tanduk pasangannya.

"Slurrp... ah Ini benar-benar makanan surga, dattebayo! Ngomong-ngomong, pacar mu sangat cantik." Ucap Naruto melirik boneka rusa di sebelah sahabatnya sambil memakan ramennya.

"Ku pikir dia adalah tipe idealku." balas Shikamaru sambil memandang Boneka rusanya lalu menoleh ke boneka Rubah berekor sembilan. "Pacar mu juga sangat mempesona dan terlihat cocok untuk mu.."

Naruto mengerutkan dahinya. "Hei Dia (laki-laki) adalah kawan seperjuangan ku." Ucap Naruto sambil mengelus kesembilan ekor boneka miliknya. "Maksudku... kenapa juga kau harus membawa mereka hah?"

"Dia..." ucap Shikamaru sambil kembali mengelus tanduk rusa itu. "... Memohon agar kita membawa mereka. aku tak bisa berbuat apa-apa."

"Tsk.. Bagaimana kau bisa pergi berperang jika hatimu lemah begitu? aku tak bisa mengerti, dattebayo!"

Shikamaru kembali mengingat tentang peristiwa tadi. "Apa kau pikir.. bocah itu baik-baik saja?"

"Aku pikir ia tahu resiko dari perbuatannya. Melihat dari postur tubuhnya juga, dia cukup atletis aku yakin dia seorang atlet—Tsk kau membuat ku jadi memuji bocah tengil itu, dia akan baik-baik saja. Kurama-chan! kurama-chan!" Jawab Naruto kembali memainkan sembilan ekor milik bonekanya.

Shikamaru menegrutkan kening melihat tingkah Naruto. "Ya.. aku merasakanya saat seusia dengannya... Kau harus menggunakan mentor yang baik jika kau ingin menjadi seorang atlet."

"Kenapa? Apa yang membebani mu? Apa itu mengingatkan mu tentang hari menyedihkan mu?" tanya Naruto.

"Aku hanya merasa buruk."

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat. Beberapa pengunjung kafe masih terus memandang lucu pada mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang merasa terganggu.

"Ketika kau seusianya, apa kau banyak melakukan hal-hal buruk?" Tanya Naruto dengan hati-hati, tak ingin menyinggung perasaan sahabatnya.

Mereka kembali terdiam. Sebelum akhirnya Shikamaru mendesah.

"Sebenarnya malah aku yang mempengaruhi orang-orang untuk melakukan hal buruk."

"Sugoi... tak bisa dipercaya...kau yang jenius ini adalah tokoh utama sebuah film noir.. dan kau menjadikan anak jalanan berada dalam sebuah film kejahatan. Aiish.. kau sangat kejam rupanya, dattebayo!"

KRAK!

Shikamaru mengigit es dari minumnya hingga mengeluarkan bunyi yang keras.

"Lihat reaksinya it—"

TLING!

Ucapan Naruto terpotong oleh nada panggil ponselnya. Dia membaca nama pemanggil, lalu melirik Shikamaru.

"Apa itu dari markas?" Tanya Shikamaru.

"Ya lihatlah ini!" Ucapnya menyeringai sambil menunjukan layar ponselnya. "Tapi bukan dari markas sesungguhnya."

"Jangan sedikit pun kau mengangkatnya!"

"Baiklah!" Ucap Naruto menantang. "Aku akan menjawab panggilannya ini! Jadilah jantan. kau harus menemuinya dan memutuskannya." Ucap Naruto.

"Aku akan membeli makan malam, ramen spesial!"

"Aku digaji lebih dari cukup untuk membeli makan malam ku sendiri!" Ucap Naruto hendak menjawab panggilan.

"Aku akan membelikan whisky khusus untuk anak 17 tahun." Ujar Shikamaru sambil menahan tangan Naruto.

"17 tahun? Maksud mu aku ini masih remaja baru pubertas hah?" Jawab Naruto sarkas.

"Bagaimana kalau aku akan mengatur mu untuk sebuah kencan? Sepupu ku bekerja di sebuah maskapai penerbangan." Tawar Shikamaru untuk mengatur kencan buta untuk Naruto.

"Apa dia dari angkatan udara?"

"Tsk merepotkan, Sudah kubilang maskapai. Dia pramugari dan dia memiliki banyak teman." Jawab Shikamaru.

Naruto menepis tangan Shikamaru. "Heee rusa malas ini, benar-benar, ya! Kenapa tak bilang lebih dulu kau punya sepupu yang berkerja sebagai pramugari? Baiklah kau menang." Naruto setuju dan menyerahkan ponselnya pada Shikamaru.

Shikamaru langsung mematikan panggilan yang masuk ke ponsel Naruto.

"Kemarikan ponsel mu!" Perintah Naruto.

Shikamaru lalu merogoh kantung jaketnya namun nihil. Dia mulai mencari-cari ponselnya tapi tak ketemu. "Tsk.. merepotkan."

"Ada apa?" Tanya Naruto menaikan alisnya. "Hah apa kau bercanda? Kenapa kau meraba-raba kantong mu yang kosong ini." Ejek Naruto sambil memeriksa jaket Shikamaru.

Shikamaru lalu teringat sesuatu..

"Sebelumnya... Saat kau sedang menulis tadi aku sempat berjongkok di belakangmu tepat di sebelahnya." Ucap Shikamaru. "Saat itu aku merasa ada pergerakan kecil di kantung jaket ku sesaat sebelum petugas rumah sakit tiba..."

"Jangan bilang kau baru saja kena copet?"

"Merepotkan, akan ku bunuh bajingan itu..."

"Ku pikir tadi kau merasa kasihan pada 'bajingan itu', bukan?"

"Kira-kira ia dibawa ke RS mana?" Shikamaru segera bangkit dari tempat duduknya.

"Hoy! Aku masih mau minum!" Ucap Naruto kesal. "Kau bisa membeli ponsel baru saja."

"Tidak bisa! Isi ponsel itu sangat berharga bagi ku!"

"Hahh jangan bilang kau menyimpan folder panas di ponsel mu.."


SOLDIER X DOCTOR


"Whoaaa! Pelan-pelan!"

Pencuri tadi diturunkan dari ambulan. Dengan dua boneka yang diminta Naruto berada di samping kanan dan kiri kepala si bocah dan di ikatnya dengan tali. Perawat berambut cokelat berusaha menahan tawa saat melihat kondisi pasien itu.

"Sejak tadi aku bilang pada kalian untuk melepaskan benda ini!" Ucap pencuri itu menahan malu.

"Tolong jangan bergerak!" Ucap perawat berambut hitam. "Kami akan membawanya tetap seperti ini."

"Hei! T-tapi aku baik-baik saja kalian tahu!"

Bocah Itu dibawa masuk oleh perawat berambut hitam tadi, dan tepat saat itu ponsel Shikamaru terjatuh dan langsung diambil oleh petugas 911.

"Ano permisi, dia menjatuhkan ponselnya." Ucap Petugas penyelamat mengira kalau ponsel itu milik si bocah, ia lalu memberikannya pada perawat berambut cokelat yang masih berdiri di luar.

"Baiklah. Domo Arigato!"

DRRT! DRRT!

"Eh? Panggilan masuk?" Ada telepon masuk ke ponsel itu. Perawat itu langsung mengangkatnya. "Halo? Bukan, ini adalah UGD di Rumah Sakit Konoha. Pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan sepeda motor. Apa anda keluargany—eh dimatikan!" Perawat itu terdiam lalu mengedikan bahunya memilih memasuki rumah sakit


Seorang wanita berambut merah muda dan mengenakan jas putih khas kedokteran dengan nametag; dr. Haruno Sakura, berjalan sambil tersenyum-senyum sesekali meyapa para pasien, bahkan senyumannya semakin melebar ketika melihat kondisi pasien yang baru datang. Dia lalu mengecek.

"Dia baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas." Ucap perawat berambut hitam.

"Ini hasil medisnya?" Sambil melihat beberapa huruf di tangan pasien itu. Dia lalu menahan tawa. "Kemungkinan patah tulang rusuk dan kesleo di pergelangan kaki, dattebayo!" Ucapnya membaca tulisan di tangan pasien itu. "Siapa yang menulis ini?" Tanya Sakura.

Bocah itu diam memandang wajah Sakura sejenak dia terdiam memandangi wajah wanita itu dengan tersipu lalu bocah itu menoleh ke arah tangannya. "Orang-orang yang membuat ku celaka seperti ini yang membuatnya. B-bisa tidak, l-lepaskan tangan ku."

"Baiklah. Jangan bergerak oke!" Ucapnya lalu menoleh ke perawat berambut hitam. "Sizhine-nee, tolong siapkan untuk pemeriksaan X-ray."

"Baiklah"

"Siapapun yang melakukan pertolongan ini padamu, dia melakukannya dengan sangat baik. Terampil dan.. cantik." Ucap Sakura sambil tersenyum dan memegang boneka beruang yang dikepala Konohamaru. "Coba kita lihat. Diduga patah tulang rusuk." Sambungan Sakura sambil menekan rusuk bocah itu yang langsung meringis kesakitan. "Yap benar memang patah tulang... Dan pergelangan kaki mu juga..." Sambil mengetuk kaki pasien itu.

"Ittai!"

"Ini adalah terkilir dipergelangan kaki." Dia menoleh ke bocah itu. "Apa kau seorang pencopet?"

"Hah?"

"Ini buktinya!" Mengangkat tangan bocah itu. "Tertulis jelas di sini: bocah tengil ini adalah seorang pencopet." Baca Sakura. "Dan dia juga bilang: Jika memungkinkan sebaiknya kalian memberikan perawatan paling menyakitkan, dattebayo!"

"Apa yang kau bicarakan? Disini akulah korbannya!"

"Maka sebaiknya kau konsultasi dengan pihak perusahaan asuransi mu tentang hal itu." Balas Sakura. "Karena kami perlu melihat rusuk mu dan pergelangan kaki mu. Pertama kami harus melakukan X-ray."

"Dokter Sakura, ketua ingin bertemu denganmu."

"Oh aku lupa.. baiklah kau jaga disini dulu ya!" Ucap Sakura pada perawat berambut cokelat, lalu wanita itu pergi meninggalkan Shizune dan Perawat oranye itu.

"Baiklah."

Shinuze mulai memasang penahan di leher bocah itu.

"Astaga! S-sakit sekali." Pekik bocah itu

"Ini ponsel milik mu." Perawat berambut cokelat meletakan ponsel di meja. "Aku yang akan menerima panggilan untuk mu. Karena kau harus melakukan X-ray, silahkan tunggu disini." Lalu perawat itu pergi meninggalkan bocah itu.

Mengetahui dia sudah sendirian. Lalu ia memasukkan ponsel Shikamaru ke kantong celana dan mengankat ponsel miliknya yang berbunyi.

"Moshi-moshi." Ucapnya sambil berusaha bangkit. "Aku kacau sekali... Aku tertembak saat mencuri dompet." Dia lalu melepas semua penahan kakinya. "Tidak, bukan itu. Ceritanya panjang. Pertama—whoaa!"

BRAKK!

Karena tak memiliki keseimbangan akhirnya dia terjatuh dari tempat tidur.

"Ittai! Lupakan yang penting jemput aku dengan sepeda motor mu kesini!"


"Saya telah selesai menyiapkan bahan untuk tesis anda." Ucap Sakura pada seorang pria berambut hitam panjang.

"Wah Arigato!" Ucap pria itu sambil menjilat bibirnya. "Ku harap itu bisa membantu mu."

Sakura lantas tersenyum. "Ya itu sangat membantu saya, prof Orochimaru."

"Grafiknya tersusun rapi." Orochimaru lalu membalikkan halaman demi halaman untuk memeriksa. "Apa kau masih ada wawancara tersisa untuk posisi akademis mu?"

Sakura menganggukan kepala. "Ya, saya sedang mempersiapkannya..." Dia lalu melihat ke luar jendela, dan melihat seseorang yang baru saja di temuinya.

Dia hendak berteriak jika tak ingat sedang bersama dengan siapa. "U-untuk itu.." dia kembali mencari orang itu dan membuat Orochimaru heran dan menoleh kebelakang melihat direksi yang sedang dilihat Sakura. "Sumimasen, tapi ada seorang pasien di tengah jalan."

Orochimaru bisa melihat seorang bocah jabrik tengah menyebrangi zebra cross. Dari penampilan pasien itu terlihat tak kan mampu membayar biaya rumah sakit kelas internasional ini pastilah dia ingin kabur. "Apa dia kabur sebelum membayar biaya pengobatan?" Tanya Orochimaru pada Sakura.

"Saya ragu, dia bahkan belum diobati. Jadi begitu dia..."

"Ya cari dia. Dia perlu pengobatan. Dunia medis adalah di atas semua hal, ini mengenai panggilan kemanusiaan."

"Baiklah, saya akan mengejarnya. Saya permisi." ucapnya sambil membungkuk. Sebelum akhirnya berlari berusaha mengejar pasien nakal itu.


"Moegi! Pasiennya pergi kemana?" Tanya Shizune dengan kesal.

Moegi perawat berambut cokelat itu menoleh ke ranjang pasien. "Dia di—eh beberapa saat yang lalu dia masih di sini.."

"Kau ini! tunggu saja Sakura mara—"

"H-hei aku benar-benar harus pergi!"

Mereka berdua kemudian menoleh dan melihat dokter mereka sedang mendorong sang pasien yang tengah mereka cari dengan kursi roda.

"Jika aku tetap di sini, aku hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah."

"Apa dia kabur?" Tanya Shizune ke arah Moegi. "Dan kau tak melihat hal itu?"

"Su-sumimasen." Ucap Moegi sambil menundukkan kepala.

"Dia hampir keluar dari tempat parkir. Lihatlah betapa bengkaknya pergelangan kakinya."

Mereka lalu melihat pergelangan kaki pasien itu. Wah semakin parah saja..

"Hah ini bikin pusing tau! Jika aku tertangkap, aku tidak akan berbaring di ruang UGD lagi tapi di kamar mayat!" Ucap pasien itu. "Apa hak kalian menahan ku disini? Bukankah itu hak ku untuk pergi atau tetap disini?"

"Ini tidak benar tetapi ini sudah menjadi kewajiban kami untuk menyembuhkan pasien yang datang ke Rumah Sakit ini." Jawab Sakura.

"Jika kau ingin pergi, kau perlu menanda tangani surat perjanjian pengobatan dan membayar biaya konsultasi." jelas Shizune.

"HEEEE?" Dia lalu berdiri. "Kenapa aku harus membayar? Aku belum menerima apapun!"

"Kau sudah diperiksa oleh dokter. Kau perlu membayar untuk biaya konsultasi!"

"Bagaimana jika aku tak mau?"

"Kami akan menghajar mu lebih parah!"

Pasien itu tampak meringis ketakutan. "Wah.. lalu... aku akan menghubungi pihak polisi—eh jangan deh aghk lupakan, baiklah. Temanku akan segera ke sini. Aku akan berada di sini sampai dia datang" Lalu dia berbalik dan berjalan pergi. Sebelum sempat berjalan jauh dia sudah dihalangi oleh Sakura.

"Maaf... Tapi kau harus tetap berbaring."

"Ckckck kalian ini! aku mau ke toilet dulu!" Ucapnya sambil menunjuk toilet yang berada tak jauh dari tempat mereka.

"Apa kau ingin kami mempercayai mu?"

"Aku tidak akan kabur.." lalu dia menerima ponsel miliknya, lebih tepatnya ponsel milik Shikamaru pada Sakura. "Aku akan meninggalkan ponsel ku sebagai jaminan oke!" Lalu dia pergi menuju toilet. "Ada apa dengan semua orang yang ku temui hari ini? Lepaskan aku." Dia membuka pintu toilet. "Hari yang menyebalkan!" Ucapnya sebelum menutup pintu toilet.

"Wahn kenapa si tengik itu bandel sekali sih?" Kemudian Ponsel yang ditangan Sakura berdering.

'Komandan Alpha Fox'

"Komandan... Alpha Fox?!" Ucap Sakura membaca nama pemanggil. "Tsk mereka bercanda? mereka semua perlu dilatih di militer untuk memulihkan ingatan mereka tentang diri mereka sebenarnya..." Sambungnya sambil menyimpan ponsel itu. "Sudahlah lanjutkan perkejaan kalian!"

"Oke/Siiiip!" Ucap Shizune dan Moegi bersama.


Naruto dan Shikamaru sampai di RS. Konoha.

"Dia bahkan tak mengangkat panggilan ku." Ucap Naruto.

"Kau mau mengharapkan apa? Dia mengangkat dan menyapa mu?" Tanya Shikamaru.

Mereka kemudian melihat beberapa remaja yang mereka tebak sekumpulan gengster kelas teri.

"Mari kita pergi!"

Shikamaru keluar dari mobil. Sambil melihat curiga sekumpulan berandalan tadi. "Aku akan membunuh bocah sialan itu!"

"Jadi, kau sudah menyiapkan pemakaman untuk si bocah itu? Kau memang teliti sekali." Kata Naruto. Dia kemudian mengetuk kap mobil. "Kau! Ikuti aku ke ruang UGD."

"Tak usah memerintah ku saat lagi berlibur seperti ini!" Ucapnya lalu mengikuti Naruto.

"Hah.. kau ini kalau tak ingin di perintah kenapa tak mengambil tes Akademi Militer saja dulu!" Ucap Naruto. Lalu dia kembali berusaha menelpon ponsel Shikamaru sambil berjalan.

Tepat saat itu bocah tengik pencuri ponsel Shikamaru muncul dengan terpincang-pincang. Sambil menelpon seseorang. "Aku sudah diluar, kau dimana?" Dia melepaskan penahan yang ada di lehernya. "Apa kau sudah disini?"

Mereka berdua memasuk UGD RS, Naruto masih berusaha menelepon ponsel milik temannya, lalu ia menuju ke dalam sambil sesekali menghindari para perawat yang sedang mendorong pasien. Mereka juga mendengar para perawat mulai membisik-bisikan mereka, tapi mereka tak ambil pusing dengan para perawat dengan sifat Fangirl itu.

Mereka kemudian berjalan ke tempat Sakura berada dan semakin berjalan mendekat setelah mendengar dan mengikuti nada panggil itu yang kebetulan Sakura sedang menyimpan ponsel Shikamaru tadi tapi ia tidak mengangkatnya. Naruto menunjuk ke arah tempat Sakura. Shikamaru terus mengekorinya.

"Ini akan sedikit sakit. Aku perlu menjahit luka mu, kau harus siap ya?" Ucap Sakura.

"B-baiklah, dokter Haruno."

Setelah sudah dekat Naruto kembali menelepon sambil memandangi punggung dokter yang menurut Naruto itu aneh karena warna rambutnya. Naruto lantas menghampiri dokter itu bersama temannya.

"Hahh.. sebentar ya.." dia kemudian mengangkat panggilan di ponsel Shikamaru. "Moshi-moshi.."

Sadar bahwa dokter yang diperhatikan tadi tengah mengangkat telponnya,, Naruto mendekati Sakura. "Ya.."

Sakura terdiam dan langsung menoleh kebelakang saat mendengar suara yang di ponsel itu berasal dari belakangnya. Dia memandang Naruto bingung kemudian memandang ponsel itu.

'Komandan Alpha Fox'

Sakura lantas berdiri. "Apa kau.. err Komandan Alpha Fox-nya?" tanya Sakura.

"Y-ya b-begitulah." Ucap Naruto yang entah kenapa gugup. "Tapi kenapa ponsel itu bisa ada padamu?"

"Pasien yang memiliki ponsel ini menitipkannya pada ku. Apa kau keluarganya?" Jawab Sakura sambil bertanya.

"Jelas saja bukan, dattebayo!" Jawab Naruto kemudian mendekati tempat Moegi, dan bersandar pada meja membuat Moegi yang didekatnya gugup. "Tapi ponsel itu milik kami!"

Sakura memilih tak merespon dia kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda. "Apa kau merasakan sesuatu? Aku akan menjahit luka mu sekarang." Ucap Sakura. Namun dia akhirnya tersadar sesuatu. "Dimana pasien sepeda motor itu?" Sambil melihat ranjang pasien milik pasien tadi.

"D-dia pergi kemana ya?" Ucap Moegi yang juga sadar. "Ah mungkin dia sedang melakukan X-ray."

Naruto kemudian mendorong Moegi pelan sambil meminta maaf. Dia kemudian memandang Sakura dengan kesal. "Apa kau tuli.. dokter Ha-ru-no Sa-ku-ra?" Ucapnya sambil mengeja nama Sakura.

Sakura kembali menoleh. "Apa... kau orang-orang yang mau mengirimnya ke kamar mayat itu?"

"Kamar mayat? Wah sepertinya kau ini keliru."

Sakura lalu menoleh ke arah Moegi. "Moegi! Tolong katakan kepada orang-orang ini untuk menunggu di luar. Dan hubungi pihak keamanan untuk memastikan bahwa mereka tak menggangu."

Naruto terdiam menahan kekesalan.

"Cepatlah!" Perintah Sakura.

Moegi langsung mendorong Naruto dan Shikamaru keluar dari ruangan itu. "Dengar? Kalian tak boleh disini!"

"T-tunggu sebentar."

"Cepatlah keluar!"

Kemudian Moegi menutup pintu geser ruangan itu. Sebelum pintu itu tertutup rapat entah karena penasaran atau apa, untuk beberapa detik Naruto dan Sakura saling menoleh dan menatap satu sama lain.

SREEKK!

"Melihat bahwa dia meninggalkan ponsel ku di sini, ku pikir dia ingin kabur." Shikamaru akhirnya buka suara.

Naruto lalu tersenyum dan menyandarkan badannya pada dinding. "Ya ku pikir juga begitu."

"Kenapa kita tak keluar dan mencarinya terlebih dahulu? Dia mungkin belum jauh."

Naruto mengangguk-angguk kepala setuju. "Ya dia tak mungkin jauh dari sini." Ucap Naruto yang sejak tadi masih tersenyum tak jelas. "Kenapa kau tak pergi dan mencari dia?"

Shikamaru menoleh kearah Naruto dan memandang heran ekspresi Naruto yang terlihat seperti baru menemukan harta Karun. Naruto akhirnya tersadar dan tersipu.

"Aduh ya ampun! Perut ku" ucapnya sambil berpura-pura. " Perut ku sakit sekali, ku pikir ini adalah—" sambil menunjuk dada Shikamaru.

"Itu adalah sisi yang salah." Sambil melihat tangan Naruto yang menempel di dadanya.

Memegang perut kirinya. "Lalu sakitnya berarti disini aww.."

"Sebenarnya, usus buntu itu berada sebelah kanan."

"He? Ya ampun kau pikir aku usus buntu apa?" ucap Naruto. "Sudahlah, aku, ayo! Nanti kita kehilangannya."

"Tsk merepotkan."


Sakura masih terus menjahit pasien ditemani suster Moegi. Sambil menjahit luka pasien ia dan Moegi sesekali bercerita.

"Mereka pasti gengster, 'kan? Boss dan tangan kanannya." Moegi tampak berpikir keras. "Ya Mereka kasar sekali tadi pada ku." ucap Mougi.

"Jangan khawatir. Aku lebih mahir menggunakan pisau daripada mereka." Jawab Sakura sambil menusuk pisau operasi ke udara.

Pasien yang sedang dijahit itu mendengar dan melihatnya langsung meneguk ludahnya.


Naruto dan Shikamaru keluar untuk mencari pencuri itu di luar rumah sakit.

"Apa kau punya ide untuk mencarinya?" Tanya Naruto sambil berjalan dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana.

"Tenanglah, aku punya firasat. Kita melihat gangster sebelumnya jadi—"

BUAGH!

"UGHH!"

Lalu mereka bisa mendengar terikan seperti orang dipukuli dan ternyata mereka berdua melihatnya pencuri itu sedang dipukuli oleh gengster. Mereka berjalan mendekati.

"Hei. Tunggu. Apa kau serius membutuhkan ponselmu itu? Sepertinya mereka pejuang jalanan yang kuat layaknya game The Warrior." Tanya Naruto menahan tangan Shikamaru.

"Aku masih membutuhkan ponsel itu."

"Kenapa? Apa di ponselmu itu tersimpan file yang tak bisa dilihat orang lain? Kau memang pria sejati. Apa itu file yang bagus? Boleh kau membaginya pada sahabat mu yang jomblo ini, dattebayo?" tanya Naruto sambil bercanda.

"Ya ada hal penting di dalam dan tak akan ku bagikan pada mu!"

"Hah dasar rusa mesum nan pelit!" ucap Naruto. Naruto kemudian berteriak sambil berjalan mendekati sekumpulan para berandalan. "Hei... semua yang ada di sana! Minna-San... hentikan aktivitas kalian!"

Gangster itu menoleh ke arah mereka dan langsung memasang wajah tak senang. Mereka langsung berdiri menyambut Naruto dan Shikamaru. Shikamaru memilih langsung berjalan dan menabrak bahu kedua gangster.

"Kau pikir kau siapa hah? Jangan membuat ulah yang bisa membuat kita babak belur." Ucap teman pencuri tadi ponsel tadi.

Naruto kemudian berdiri sambil menyadarkan diri pada badan pemuda berbadan gemuk. Sedangkan Shikamaru langsung mendekati pencuri ponselnya.

"Kami punya beberapa urusan yang sepertinya belum terselesaikan dengannya!"

Salah satu gangster yang berdiri di sebelah pemuda berbadan gemuk itu lantas tersenyum remeh. "Lalu, kalian bisa menunggu giliran kalian dasar kalian idiot haha..."

Pemuda berbadan gemuk itu terus memandangi Naruto yang saat ini masih terus bersandar padanya bahkan sekarang tengah memeluknya layaknya boneka.

Pencuri itu mendekat ke Shikamaru sambil memegang kaki Shikamaru. "Tolong bantu aku."

Naruto mendesah sebentar. "Waaa! Jangan bilang kau juga mencuri ponsel mereka semua?"

Shikamaru lantas berjongkok. "Apa alasan mereka? Kenapa kau di pukuli?"

"T-tolong bantu aku. Aku akan mengembalikan Ponsel milik mu."

"Hei." Ucap Naruto sambil berjalan ke tengah-tengah perkumpulan itu. Menodongkan jarinya layaknya pistol ke para berandalan satu persatu. "Lihatlah berapa banyak lawanmu ini. Apa kau pikir itu adalah kesepakatan yang adil, dattebayo?" kata Naruto.

"Konohamaru hanya ingin keluar dari geng! Tapi, dia diminta untuk membayar boss. Mereka meminta 5.000 ryo." Ucap teman Konohamaru yang berkaca mata.

"APA? Mereka ingin agar dia membayar hanya untuk keluar dari geng tak berguna?" Tanya Naruto. "Apa geng memang seperti itu, dattebayo?" Naruto kembali bertanya pada Shikamaru.

"Ya, dan sekarang harganya mulai mengalami kenaikan pesat." Kata Shikamaru.

"Jadi, kau gengster juga? Karena bocah ini miskin, apa kita berdua saja yang selesaikan Masalah rena" kata salah satu gengster yang menantang mereka.

"Ide yang bagus, kita bisa menyelesaikannya. Jika uang adalah masalahnya." Dia mengeluarkan dompetnya. "Aku sudah membawanya. Aku punya banyak uang. Rebut ini dari tanganku, dan kalian bisa mengambil semuanya."

"Benarkah?"

"Hoy, hoy, Shikamaru, apa kau bercanda?" tanya Naruto.

"Tak usah ikut campur." Jawab Shikamaru pada Naruto. "Aku Serius, aku ini kakaknya..Siapa namamu?"

Konohamaru tampak terdiam begitu pula dengan temanya dan para berandalan tadi.

"Sekali lagi kutanya; siapa namamu?"

"Konohamaru, Sarutobi Konohamaru!"

"Aku adalah Kakak dari Konoh—er maru." kata Shikamaru. "Jika kalian bisa mengambilnya, aku juga akan membayar biaya keluarnya. Ambil" tantang Shikamaru pada gengster itu

Lalu salah satu berandalan mengeluarkan pisaunya.

"Wow!" Ucap Naruto.

"Kau akan mati jika dompetnya kosong." Ucap salah satu berandalan sambil mulai menyerang.

Lalu Shikamaru melawannya, Shikamaru melawan dua orang sekaligus dan tentunya ia yang menang dengan menutup pertarungan dengan cara membanting dompetnya dengan keras ke kepala para bajingan ingusan itu. Pisau mereka jatuh, Naruto langsung mengambilnya.

"Wow... Lihat, Kalian bahkan membawa pisau? Tak bisa dibiarkan. Geng ini lemah sekali. Mari kita mulai serius sekarang. Keluarkan semua senjata kalian. Keluarkan saja." Tantang Naruto sambil membuang pisau yang tadi diambilnya.

"Kau tak sadar jumlah kami lebih banyak. Ayo kita serang mereka." Kata salah satu gengster. Para berandalan semuanya kompak mengeluarkan pisau mereka.

"Tsk merepotkan, Kau menambah pekerjaan saja." Kata Shikamaru.

"Ya aku sedikit menyesalinya sekarang. Setidaknya mereka tak punya pistol, kan?" Jawab Naruto sambil bersembunyi di belakang punggung Shikamaru.

"Ayo serang!" dan para gengster menyerang mereka berdua.


Sakura sedang berjalan memeriksa tiap kamar pasien.

Lalu seorang petugas memberikan hasil rontgen milik seorang pasien kepadanya. "Dokter tolong lihat ini. Ada sesuatu di paru-paru nya."

Lalu ia memeriksanya, saat ia memeriksanya Moegi datang

"Ano.. pasien kecelakaan sepeda motor itu..." Ucap Mougi dengan ragu. "Ku pikir dia kabur lagi."

"Cobalah cari dia lagi!"

Moegi langsung menyatukan alisnya bingung. "Mencari lagi? Oh iya disana ada keluarga pasien itu."

Sakura menoleh cepat. "Hah? Dimana?"

"Itu disana" tunjuk Moegi pada seorang wanita berseragam militer.

Sakura megerutkan kening lalu menghampiri penjenguk itu. Namun dia akhirnya sadar siapa orang itu. Dengan kesal dia kembali mendekatinya.

"Yamanaka Ino?" kata dokter merah muda itu.

"Ah, Haruno Sakura?" kata wanita bernama Ino itu.

"Apa kau keluarga pasien itu?"

"Apa kau yang bertanggung jawab atas dirinya?" Tak menjawab Ino malah kembali menanyainya. "Mana pasiennya? Dan tunjukan hasil medisnya padaku."

"Ini bukanlah tempat kerjamu, dan dia bukanlah pasienmu. Lucu, ya? Selalu ada pria yang terlibat di antara kita." Jawab Sakura kesal.

"Dengar Forehead! Aku tak punya waktu untuk bercanda, perlihatkan aku hasilnya. Dia adalah orang berharga bagiku." Kata Ino tak kalah kesal.

"Tsk berhenti memanggilku seperti itu Pig! Dan apa maksud mu dia berharga bagimu?" tanya Sakura.

"Apa lukanya parah? Bagaimana bisa kau tak tahu bahwa pasienmu itu kabur? Di mana pasiennya?"

"Itulah yang ingin kutanyakan. Pasien itu kabur tanpa membayar biaya pengobatannya. Karena kau sudah datang, kenapa bukan kau saja yang bayar?" Sakura menoleh ke arah Mougi. "Katakan pada pihak keamanan untuk mencarinya ke toilet pria! Dan jika tak ada juga, kau bisa menerima biaya dari wanita ini!

"Kau pikir.. lagi berada dimana hah?" Ucap Ino kesal.

Sakura yang hendak berjalan terpaksa menghentikan langkahnya. "Kenapa kau tidak bicara pada perawatnya saja? Kupikir konsultasi geratis mu ini telah lebih dari cukup.. yang mau diperlakukan 2x harus membayar biaya konsultasi dokter. Aku punya pekerjaan yang harus ku lakukan." Dia pun langsung berbalik dan meninggalkan Ino dan Mougi.

"Dimana toilet pria?" Tanya Ino.

"D-di sana." Tunjuk Mougi pada pintu toilet dengan bingung.


"Wah Sialan!"

Sakura saat ini bersama temannya, ia menceritakan bahwa Yamanaka Ino sedang berada di UGD.

"Ino-Chan? Teman sekampus kita? Dimana dia? Ku dengar dia bergabung dengan Akademi Militer?" tanya rekan Sakura, Tenten.

"Ya. si gadis tak sopan dan kasar yang diasingkan dengan kita dulu." Jawab Sakura.

"Ya, ahli bedah cantik nan seksi dari angkatan militer yang mencuri orang yang kau sukai, Sasori."

"CK kau bercanda Tenten? Cukup hadapi saja siapa yang kau maksud 'cantik nan seksi' hah?" Sakura lalu mendudukkan diri. "Hanya karena dia memiliki mata besar, hidung mancung, dada besar dan pinggul yang pas, hal itu bisa disebut cantik dan seksi? Bagiku dia itu tak ada bedanya dengan nenek sihir, lagian dia cantik hanya karena make-up." Ucap Sakura kesal.

"Sebenarnya dia juga sangat cantik meski tak bermake-up."

"Apa yang kau—" Sakura menghentikan ucapannya sendiri, lalu mendesah. "Terlepas dari semua alasan itu, dia tak mungkin pergi dengannya."

"Sudahlah itu hanya cerita masa lalu. Tapi, kenapa dia bisa ada di sini? Apa dia sakit?" tanya Tenten.

"Bukan. pacarnya yang terluka... Tapi, pacarnya itu terlihat masih berumur 20 tahun. Dia pasti sudah gila."

"Apa maksudmu? Pacarnya kan tentara senior."

"Tentara apanya? Rambut pacarnya jabrik begitu."

"Ya, pacarnya adalah tentara. Kau tidak tahu ya? Kisah percintaan mereka sangat terkenal di kalangan militer. Pacarnya adalah tentara dengan pangkat tingkat Bintara: Sersan Mayor."

"Bintara? Sersan.. mayor? M-memangnya posisi apa itu?"

"Pangkat militer yang lebih tinggi dari Tamtama; Sersan dua, Sersan satu, Sersan Kepala, dan Sersan Mayor."

"Wajar dia tak tahu tentang perbedaan pangkat mereka! Dia kan wanita bodoh! Lagian dari mana kau tahu tingkat pangkat militer?" tanya Sakura.

"Itu tak penting, Yang penting, pacarnya adalah seorang bintara dan Ino-Chan sekarang adalah seorang perwira, lulusan dari Akademi Militer. Plus dia dokter tentara dan ayahnya adalah jenderal bintang tiga. Mereka adalah pasangan yang sangat kontrovesi."

"Benarkah? Lalu siapa yang meninggalkan ponselnya padaku tadi ya?"


Terjadi kecanggungan Antara empat manusia, minus bocah babak belur yang tak tahu apa-apa.

Saat Ino keluar dari kamar mandi, dia langsung bertemu dengan Naruto, Shikamaru dan bocah babak belur yang tak dikenalnya (Konohamaru). Shikamaru dan Naruto, mereka berdua membawa pencuri yang sedang terluka itu kembali ke UGD, setelah menghajar para gangster. Tatapan Ino sangat tajam melihat keduanya, lebih tepatnya pada Shikamaru.

Shizune dan Mougi datang dengan sangat terkejut. "Apa yang terjadi dengan pasien ini?" Tanya Shizune terkejut melihat wajah babak belur dari pasien nakal mereka. "Mougi, panggilkan dokter Sakura!" Mereka segera membawa Konohamaru dibantu oleh Naruto. Meninggalkan Shikamaru dan Ino.

Ino mendekat ke Shikamaru. "Apa sebenarnya yang terjadi? Kau terlihat baik-baik saja setelah kecelakaan... Ikuti aku!" Lalu, ia menyuruhnya untuk mengikutinya.

Shikamaru hanya mendesah pelan lalu pergi mengikut wanita pirang itu.


Sakura sudah di UGD dan terkejut melihat kondisi pasien nakalnya yang semakin parah.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Sakura.

"Hanya sebuah kecelakaan." Ucap Naruto yang sedang bersandar pada lemari kecil tepat disebelah Sakura sambil memainkan perban. "Dia terlibat dalam kecelakaan yang memalukan."

Sakura lalu menoleh garang ke arah Naruto. "Kau! apa yang kau lakukan padanya! Ini lebih mirip luka akibat perkelahian bukan karena kecelakaan! Apa kalian berdua yang mengajar anak ini?"

"Hah? Itu terdengar konyol sekali bagiku."

Sakura lalu menunduk dan melihat Konohamaru. "Jadi, siapa yang melakukan ini pada mu? Apa dia yang melakukan ini?"

"T-tidak, bukan dia..." Ucap Konohamaru sudah payah. "Dia yang menyelamatkan ku."

Sakura mengerutkan keningnya. "Ini rumah sakit, tak perlu takut dengan ancaman pirang sialan ini.." Naruto memperbaiki posisinya. "Kami memiliki pihak keamanan. Jadi kau bisa mengatakan yang sebenarnya." Sakura kemudian memandang Naruto dengan ujung matanya. " Apa dia yang melakukan ini pada mu?"

"Bukan! B-bukan dia.."

Naruto kemudian mendudukkan diri di ranjang tepat disebelah kepala Konohamaru. Dia kemudian mendekatkan diri pada Sakura. "Kau tak akan percaya pada apapun yang dia katakan, 'kan?"

Sakura menoleh kearah Naruto dan kembali untuk kedua kalinya mereka saling menatap dan kali ini dengan durasi yang lebih lama. Naruto tersenyum hangat membuat Sakura tak sadar sudah tersipu, dengan cepat dia kembali menoleh ke arah Konohamaru. Naruto semakin tersenyum melihatnya. Dia masih terus menatap intens Sakura.

"A-aku akan memberi mu beberapa obat pereda rasa sakit. Dan kita perlu memeriksanya secara menyerluruh. Shizune-nee setelah selesai—"

"Tenang saja aku bisa mengurus semuanya."

"Mougi, panggil keamanan.. aku akan memeriksa CCTV.. Aku sendiri yang akan menghubungi polisi." Dia lalu berbalik dan pergi keluar ruangan.

Naruto yang melihatnya langsung mengekori Sakura. "Ano.. tunggu!"

Sakura terus berjalan tak mempedulikan panggilan Naruto.

Naruto berlari dengan cepat dan meraih tangan Sakura agar berhenti. "Tunggu sebentar.."

Sakura menyetak tangannya. "Lepas! aku punya urusan!"

"Baiklah, tapi setelah aku meluruskan masalah ini. Dia mengatakan yang sebenarnya. Si tengil itu—"

"Sitengil itu adalah... anakmu atau anak buah mu?"

Naruto mengerutkan keningnya. "Dengar Paseinmu itu... Dia mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke sini mencarinya. Kami melihatnya dipukul oleh sekumpulan geng dan kami membantunya, dattebayo!"

"Kau membantu seorang pencuri yang sudah mencuri ponsel teman mu?"

"Ha? Ya begitulah, dattebayo."

"Hal itu malah membuat ku yakin bahwa kau lah pelakunya." Dia kemudian mengetik nomor panggilan darurat polisi. "Ya apa ini kantor polisi? Aku dari ruang UGD Rumah Sakit Konoha—"

PLUK!

Tak sempat menjelaskan masalah pada polisi, Sakura hanya terdiam terpana melihat aksi Naruto. Pria itu baru saja menepis ponsel ditengahnya dan dengan reflek yang bagus langsung menangkapnya dengan tangan satunya lagi. Dan hal itu juga membuat tubuh keduanya berhimpitan. Tapi seolah sudah terlanjur terpanah Sakura hanya terdiam memandangi wajah Naruto yang tinggal beberapa centi lagi.

Naruto kemudian memperbaiki posisinya dan mematikan panggilan.

TUT!

"A-apa maksud mu hah?" Tanya Sakura setelah sadar.

"Aku akan menjelaskan semuanya oke. Aku tak ingin terlibat dengan polisi." Ucap Naruto kembali memandang Sakura.

"Benarkah?" Tanya Sakura. Naruto hanya menganggukkan kepala. "Baiklah, tolong kembalikan ponsel itu pada ku."

Naruto menunduk sebentar melihat ponsel. "Kami ini benar-benar tentara. Dan saat ini kami lagi cuti." Dia kemudian mengantongi ponsel itu. "Jika kami ketahuan terlibat dalam kasus penyerangan jalanan, itu akan menjadi masalah. Akan ada banyak sekali kertas yang meminta untuk diketik." Naruto lalu membungkuk. "Jadi mohon bantuan mu ya."

Sakura memandang nyalang Naruto. "Kenapa aku harus membantu mu hah?!" Tanyanya ketus. "Siapa yang peduli kau itu tentara atau gengster? Yang ku pedulikan; kembalikan ponsel itu!"

Naruto berdehem. Lalu menarik rantai kalung militernya. "Karena setiap warga Konoha memiliki satu dari benda ini, ini tak akan membuat mu percaya." Lalu dia mengambil kartu keanggotaannya. "Jika kau mengatakan... Ini ditempa, sebaliknya aku tak bisa membuktikannya... Dulu kau sekolah dimana? Karena ini Rumah Sakit Konoha apa kau lulusan Universitas Konoha?"

"Kenapa kau bertanya? Kenapa kau harus tahu?"

"Apa kau mengenal Yamanaka Ino?" Tanya Naruto secara tak langsung menjawab pertanyaan Sakura. "Ku pikir dia sekelas dengan mu."

Sakura terdiam, dia kembali mengingat pembicaraannya dengan Tenten. 'jangan-jangan dia? Lagi-lagi, kenapa saat aku menemukan pria menarik selalu ada hubungannya dengan Ino sih?' pikirnya kecewa. 'Eh? Apa yang kau pikirkan Sakura BAKA!'

"B-bagaimana kau mengenalnya?" Tanya Sakura. "A-apa kau itu... Apa aa.. sersan satu, dua dan... Hmm.. pokoknya pangakat-pangkat itulah?"

Seakan mengerti maksud dari Sakura, dia langsung tersenyum. "Ah Sersan Mayor maksud mu?"

"Ya Sersan Mayor! Apa kau pria itu?" Tanya Sakura dengan tatapan tak bisa diartikan.

Naruto menggaruk kepalanya sebelum akhirnya berkacak pinggang. "Jelas.. itu bukan aku. Tetapi kau harus ikut dengan ku." Dia tersenyum. "Ada seseorang yang bisa mengindentifikasi ku." Ucapnya sambil berjalan melewati Sakura.

Sementara Sakura terdiam ditempat. Tanpa sadar Sakura menghela napasnya lega mendengarnya lalu dia berbalik mengikuti Naruto.


Ino sedang berdua dengan Shikamaru. Mereka saling berhadapan. Mereka berdua terlihat sangat kaku, lebih mirip seperti atasan dan bawahan daripada pasangan kekasih. Para penguunjung rumah sakit lainya pun memandang merekaa dengan bingung.

"Sudah lama ya?" tanya Ino menatap pria nanas itu.

"Ya, seperti itulah." Shikamaru menjawab dengan menggunakan bahasa formal.

"Kau pasti kesulitan untuk menghindari dariku. Tapi kau cukup jeli."

"Ya, begitulah." ucap Shikamaru.

"Kapan kita bisa bicara lebih santai tanpa melihat pangkat kita? Oh iya! Kau pasti langsung mengabaikanku jika bukan karena pangkatku ini."

"Benar."

"Sampai kapan kau mau menghindariku?" Ino mulai kesal dengan sikap Shikamaru. "Kenapa kau tak mengangkat teleponku? Kenapa kau tak membiarkanku tahu bagaimana kabarmu? Jawab aku! Kau pasti punya alasan kenapa kau terus menghindar. Aku hanya... Aku hanya ingin mendengar suaramu saja."

shikamaru diam tak mejawab. Dia melirik keadaan sekitar, dan melihat semua orang mulai bertambah banyak menatap mereka. "Alasanku bukanlah seperti yang kau pikirkan sekarang. Aku harap kau tak berpikir kemana-mana, aku menghindar demi kebaikanmu, Letnan Ino. Hatiku sudah berubah. Dan aku terlalu bodoh untuk menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan hati. Hanya itu."

"Aku tak percaya padamu." mata Ino mulai berkaca-kaca.

"Jika kau sudah selesai—"

"Jangan lakukan ini pada ku!" potong Ino.

"Aku permisi dulu." Shikamaru lantas berbalik meninggalkan dan mengabaikan Ino.

"Jangan berani kau pergi. Berhenti disitu! Shika, berhenti! berhenti.. Sersan Mayor Nara Shikamaru!" teriak Ino dan berhasil menghentikan langkah pria itu.

"Apa kau tak punya sopan santun pada atasan yang memanggilmu? Dan kau pergi meninggalkannya tanpa memberi hormat? Apa perlu ku beri pendidikan lagi pada mu?"

Shikamru berbalik dan memberikan hormat pada Ino. Ino lantas menghampirinya.

"Berdiri di sini sampai besok! bila perlu, berdiri di sini sampai kau mati. Aku tak akan pernah menerima hormatmu itu!" Kata Ino dengan tegas.

Tepat saat itu. Naruto datang bersama dengan Sakura. Naruto langsung menurunkan tangan Shikamaru. Naruto kemudiaan berdecak dan berkacak pinggang dihadapan Ino tepat didepan Shikamaru. "Ino! Kau ini, Kau sudah menyalahgunakan pangkatmu."

"Ini adalah pelajaran untuk tentara yang pengecut. Apa tujuan mu ke sini?"

Sakura hanya diam memandang ketiga orang itu tak berniat ikut campur.

Naruto mendesah malas. "Aku disini untuk memulihkan kehormatan ku sebagai seorang prajurit." Sakura lalu menoleh kearah Naruto. "Aku ingin kau mengkonfirmasi identitas kami kepada dokter ini."

Ino menoleh ke Sakura. "Dia tak akan percaya dengan ku." Ucap Ino.

"Aku lebih percaya dengen kenalanku dari pada orang yang baru kutemui. Beritahu aku." Balas Sakura. "Katakan saja."

"Benarkah?" Tanya Ino remeh. "Kalau begitu silahkan kau melaporkan... Mereka berdua. Mereka ini dua prajurit yang melarikan diri."

Naruto tersentak tak senang. Shikamaru hanya pasrah. Ino lalu pergi meninggalkan ketiga orang tadi, mengabaikan teriakan Naruto.

"Hei, ayolah! Jangan begitu Ino!" Ucap Naruto.

Shikamaru lalu menoleh malas ke Sakura. "Boleh aku mendapatkan ponsel ku?"

"Aku sudah mengkonfirmasi identitas kalian.. berikan ponselnya." Ucap Sakura.

"Haa... Lihatlah bagaimana benda ini... Aku melihat ponsel mu mengacaukan hari ku" ucap Naruto sambil menyerahkan ponsel itu. "Apa urusan kita sudah selesai?" tanya Naruto pada Sakura.

"Identitasmu memang benar. Tapi, serangan itu adalah masalah yang berbeda. Ikut aku." Ucapnya meninggalkan Naruto dan Shikamaru.

"Aku pergi ke kamar mandir dulu.. kau urus saja!" Ucap Shikamaru.

Naruto hanya dapat mendesah pasrah. "Sebenarnya yang kapten siapa sih?"


"Dokter Haruno, kami membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk menemukanya." Ucap seorang petugas penjaga CCTV. "Bisakah kalian menunggu disini?"

"Ya" ucap Sakura sambil tersenyum dia lalu bersandar pada dinding. Naruto juga melakukan hal yang sama. Tanpa sengaja tangan Naruto menyentuh tangan Sakura membuat wanita itu tersentak dan membuang wajah ke arah lain untuk menutupi pipi merahnya. Dia kemudian melipatkan kedua tangannya pada dadanya.

Naruto terdiam mencuri-curi pandang. Suasana benar-benar berubah menjadi canggung. Dia berusaha menghilangkan kecanggungan dengan menggerakkan kakinya, sementara Sakura hanya memanyunkan bibirnya dan memandangi langit langit lorong rumah sakit itu.

Lalu Sakura yang tak tahan dengan suasana agak panas itu, memulai sebuah percakapan. "Sebenarnya, bagaimana kau mengenal Ino?"

Naruto menoleh. "Dia masuk Akademi Militer setahun setelah aku bergabung.. anggap saja hubungan kami itu adalah antara Senpai dan kouhai."

Sakura menganggukkan kepala mengerti. Dia ingat dulu dia juga ingin bergabung ke akademi militer namun tak terealisasi karena dia memilih fokus menjadi dokter saja.

"Apa kau perlu memeriksanya juga?" Tanya Naruto. "Bahkan setelah mengkonfirmasi kebenaran identitas ku?" Apa aku ini terlihat seperti pembohong yang mengerikan, dattebayo?"

Sakura tersenyum. "Seorang pembunuh biasanya bersahabat terlebih dahulu kan?"

Kali ini Naruto yang menganggukan kepala. Lalu menyeringai. "Hm... Begitu... kah"

Sakura menoleh menatap Naruto. "Itu membuatku menjadi takut jika kau menganggapnya secara serius. Kau lihat tempat ini, hanya ada kau dan aku di sini."

"Hahahaha... Jangan khawatir. Aku ini selalu melindungi: Wanita cantik, orang tua, dan anak-anak. Itu adalah prinsip ku."

"Syukurlah... Aku termasuk di antara salah satu kategori itu."

"Wanita cantik?" Tanya Naruto remeh.

"Maksud ku, aku adalah orang tua puas!" Jawab Sakura ketus.

Naruto tak merespon dia hanya diam memandang wajah Sakura sambil tersenyum kemudian kembali memandang dinding dihadapannya.

Sakura hanya meliriknya sejenak, bingung karena tak mendapat respon

"Komandan Alpha Fox, Siapa Nama mu sebenarnya?" Tanya Sakura.

"Aku?" Naruto menoleh dan menatap Sakura. "Naruto. Namikaze Naruto... Sedangkan kau?"

Sakura megerutkan keningnya, apa pria ini pikun dan buta? Bukanya tadi dia menyebutkan dan Bahkan mengeja, lagi pula apa nametag di dadanya kurang jelas.

"Aku ingin mendengarnya langsung dari mulut mu." Ucap Naruto seolah tahu apa yang dipikirkan Sakura.

"Kau kembali membuatku takut... Baiklah Sakura. Haruno Sakura."

Terdiam sejenak Naruto lalu memperbaiki posisi menyamping sehingga bisa berhadapan dengan Sakura. "Nama itu sangat cocok untuk mu... Senang bisa bertemu dengan mu." Lalu dia menyodorkan tangannya berniat bersalaman.

Sakura hanya tersenyum lalu melirik tangan Naruto yang nganggur itu. "Jangan terlalu berlebihan.."

Merasa mendapat respon negatif, Naruto kemudian menarik lagi tangannya yang sengaja diabaikan Sakura. "Hei ini pertama kalinya aku ditolak seorang wanita."

"Benarkah? Tapi ku rasa itu pantas, kau terlihat seperti pria yang harus dijauhi para wanita." Ucap Sakura remeh.

"Haha... Benarkah? Hei aku ini jenis pria yang akan membuat nyaman seorang wanita ketika wanita itu berhasil membuat ku nyaman."

"Kau terdengar semakin mirip seperti pria hidung belang."

Naruto hanya tersenyum memandangi wajah Sakura. Ah sepertinya dia telah menemukan hobi Baru selain berurusan dengan senjata.


Shikamaru rupanya sedang berada diruangan Konohamaru yang sedang berbaring. setelah lama menunggu akhirnya dia bisa melihat Konohamaru mulai bergerak.

"Sepertinya kau sudah sadar." Kata Shikamaru yang melihat Konohamaru tersadar. Tapi Konohamaru memilih menutup matanya kembali karena tak sanggup menahan rasa sakit mengingat kedua matanya bengkak.

"Kurasa kita hanya sebatas saling kenal saja." Ucap Shikamaru. "Apa olahraga mu?" Konohamaru hanya diam tak berniat menjawab. "Aku dulu suka judo sampai aku masuk SMA. Kenapa kau diam saja membiarkan dirimu dipukuli?" tanya Shikamaru pada Konohamaru.

"Agar masalahnya cepat selesai. Tapi, bagaimana kau tahu aku suka berolahraga?" Konohamaru ingin tahu kenapa ia bisa tahu ia suka berolahraga.

"Saat kau dipukuli tadi. Dalam olahraga mana pun kita belajar bukan untuk menghajar yang lainnya."

Konohamaru terdiam sebentar. "Aku dulu berlatih Karate sampai aku masuk SMA." Kata Konohamaru.

"Kau menguasainya? Apa kau mempunyai prestasi?" Tanya Shikamaru.

"Aku pernah memenangkan medali emas. Dan..."

Belum selesai bicara lalu Shizune masuk ke ruangan. "Konohamaru-kun, apa yang datang adalah keluargamu? Kami perlu mendata mu."

Konohamaru terdiam sejenak tak bisa menjawab. Dia kemudian menggeleng."Aku tak punya keluarg—"

"Dia keluarga ku... Aku kakaknya." Ucap Shikamaru yang langsung membuat baik Shizune maupun Konohamaru terdiam memandang Shikamaru dengan terkejut.


"Aw.. ya ampun!" Pekik Sakura sambil menutup mata kemudian mengintip melalui celah jarinya. "Astaga.. waa.. whoaaa!"

Naruto hanya tersenyum melihatnya.

"Whoa!" Dia kemudian melihat video saat pria berambut pirang tengah melawan seorang berandalan, lalu menjewer kuping berandalan itu. Wanita itu menunjuk-nunjuk ke layar tepat pada tangan berandalan yang memegang pisau. Dia lalu melihat Naruto mengambilnya. "Ya, ya, ya benar, benar ambil itu. Ya itu dia!" Bertepuk tangan tak menyadari Naruto tengah mendekatkan wajahnya sambil menatapnya. "Kerja bagus! Ya bagus hajar Yap! Shannnaroooo!"

Ya, Naruto dan Sakura saat ini sedang melihat rekaman CCTV, awalnya Sakura terlihat sangat ketakutan dan ngilu melihat aksi Naruto dan temannya sebelum akhirnya dia langsung girang melihat aksi heroik Naruto dan temannya yang berhasil mengalahkan para gengster. Naruto hanya diam memandang ekspresi Sakura, menikmati perubahan-perubaha ekspresi di wajah cantik Sakura.

'Wanita ini manis sekali, dattebayo.' pikir Naruto sambil tersenyum teduh. 'Mirip sepertimu, ibu.'

Kemudian Sakura menunjuk Naruto yang ada dilayar, lalu menunjuk kearah Naruto di dunia nyata dan kembali menunjuk Naruto dilayar begitu seterusnya. "Whoaaa! Bagus, bagus yap begitu!"

Naruto tak dapat menahan tawanya ketika melihat kelakuan Sakura. Wanita ini kalau marah garangnya minta ampun tapi kalo senang seperti ini rasanya dia bisa terkena penyakit diabetes.


Naruto dan Sakura berjalan bersama menyebrangi jembatan antar gedung milik rumah sakit.

"Sekarang aku mendapat kan gambaran secara menyeluruh... Maafkan atas kesalahpahaman yang sudah terjadi."

Naruto lalu tersenyum ringan. "Jika kau memaafkan ku, bisakah kau mengobati ku? Aku sedang terluka."

Sakura lalu menoleh dengan curiga kearah Naruto. "Dimana lukanya?"

Naruto menunjuk perut sebelah kirinya. "Disini hah.. ini sangat sa–KIIIIT!"

"Disitu?"

Naruto hanya dapat meringis menahan rasa sakit ketika lukanya di tusuk oleh Sakura dengan jarinya. Sakura hanya terdiam bingung.

"Kau ini pintar sekali bercanda ya?"

"Aww Ya ampun, aku tak bercanda, Sakura-Chan." Naruto lalu membuka bajunya menunjukan luka miliknya yang sudah tetutup perban, namun akibat perkelahian dengan para gangster, perbanya sudah tak layak pakai lagi.

"HAAAAH?" Sakura terkejut lalu mendekatkan wajahnya pada luka Naruto melihat lebih jelas. "Ya ampun! M-maaf!"

Sakura dengan cepat menarik tangan Naruto dan membawanya ke dalam ruangannya. Ketika sampai Sakura langsung mengobati luka Naruto dan memperbaiki perban yang ada pada perut Naruto.

"Sepertinya lukamu terluka bukan saat kau melawan mereka. Kapan kau terluka?" tanya Sakura.

"Hmm... Beberapa hari yang lalu."

"Kenapa bisa terluka?"

"Aku terluka saat menjalankan beberapa pekerjaan menggali di unit ku. Ya begitulah tentara, melakukan tugas berat."

"Begitu ya? Pekerjaan yang aneh, ya? Apa kau bisa terkena tembakan, saat kau melakukan tugas buruh. Ini adalah luka tembak." sambil menunjukan ciri-cirinya.

Naruto terdiam terkejut. "Apa kau pernah melihat luka tembak?" tanya Naruto pada Sakura.

"Aku belum pernah melihatnya di Konoha, tapi aku pernah lihat saat aku jadi suka relawan di luar negeri, Kirigakure."

"Akan ku jelaskan karena kau sudah tahu, Ini adalah lukaku saat perang di Normandia. Tembakan itu jatuh seperti hujan, tapi, aku harus melewatinya untuk menyelamatkan nyawa temanku." Sakura tersenyum saat mendengar cerita Naruto yang terasa tak asing.

"Apakah namanya... Prajurit Ryan?" tanya Sakura.

Naruto tidak menjawabnya ia hanya menatap Dokter pink dengan senyumannya hangat. Lalu, Sakura langsung mengalihkan wajah memerahnya.

"S-sudah selesai." Ucap Sakura. "Setelah seminggu jahitan mu bisa dibuka. Setelahnya kau harus mensterilkan lukamu setiap hari. Kantor tentara pasti memiliki klinik kan?

"Ataukah aku harus ke sini saja?." jawab Naruto kembali mengadukan Sapphire dan Emerald.

"B-bukankan terlalu jauh dari markas kalian?"

"Memang. Apa aku bisa datang ke sini tiap hari?"

"Tidak perlu. Kau bisa datang 3 atau 4 kali seminggu jika kau ingin cepat sembuh."

Naruto tersenyum. "Apa kau mau menjadi dokter pribadiku?"

"Hanya untuk sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu."

"Tapi, aku perlu. Terutama... jika dokternya itu cantik, dattebayo!" Goda Naruto pada Sakura.

Sakura merona saat mendengar godaan Naruto. "Jika kau memilih dokter pribadi dengan berdasarkan penampilan mereka, kau tidak salah pilih. Aku akan mengobatimu pukul 2 siang."

Naruto mengangguk kepala senang. "Seorang dokter biasanya tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk dengan pasien, kan?" tanya Naruto dengan mendekatkan wajahnya ke Sakura.

Sakura salah tingkah sejenak. "D-dan seorang Tentara biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu berlatih dan berperang, kan?" Balas Sakura sambil berusaha menahan rasa gugup, dia tak ingin kalah oleh godaan Naruto.

"Siapa yang tahu, ya kan?"

Mereka saling menatap satu sama lain. Menikmati keindahan dan kesempurnaan mahkluk ciptaan Tuhan.


SOLDIER X DOCTOR


Seminggu kemudian..

Shikamaru sedang olahraga lari, lalu ia menuju ke kamarnya setelah menyelesaikan putaran terakhir.

Di dalam kamar timnya, dia melihat rekan-rekannya yang lain, ada juga Naruto yang sedang bingung mau menggunakan baju yang mana. Sai yang sedang bermain gitar, Neji yang entah kenapa sibuk mendandani 'pacar' Naruto dan Shikamaru dengan perlengkapan militer. Sementara Kiba sendiri sedang dipaksa Naruto untuk memegang cermin.

"Ini atau yang ini" tanya Naruto menunjukan dua seragam militer berbeda jenis. Ketika melihat kedatangan Shikamaru. Dia langsung menujukannya pada Shikamaru. "Yang mana lebih pas? Ini atau ini?"

"Mari kita lihat lagi!" Ucap Kiba.

"Yang ini?" Menunjukan seragam yang ada ditangan kanan.

Shikamaru meyeringai lalu membuka jaket sauna-nya. "Kau mau ke mana memilih serangam bagus begini?"

"Aku mau ke RS. Konoha untuk mensterilkan lukaku, dattebayo!"

"Di sini kan ada klinik juga, tapi dia masih tetap saja mau jauh-jauh ke rumah sakit itu." Kata Sai.

"Diam kau. Kita harus sehat agar bisa melindungi negara kita. Oleh karena itu aku ingin dirawat di RS. Konoha yang memiliki staf dan peralatan terbaik, Jadi aku bisa sembuh dengan cepat dan melindungi bangsaku." Naruto mencoba membuat alasan.

Sai tersenyum palsu. "Haa benarkah?"

Shikamaru sangat mengetahui alasan sebenarnya, dia kembali menyeringai. "Para dokternya cantik-cantik kan?"

"Benar!" Ucap Kiba mengangguk girang.

Naruto mendesah, sienius itu terlalu pintaar rupanya. "Para dokter di sini juga pada cantik-cantik."

"Ya salah satunya adalah-"

"Aku tahu siapa!" Potong Kiba. "Letnan Yamanaka Ino, kan? Dia memang sangat cantik dan seksi" sambung Kiba tanpa merasa ada yang salah.

Sai dan Neji saling memandang dan meneguk ludahnya ketika melihat tatapan mematikan Shikamaru.

"Tapi dengan bodohnya pacarnya mencampakkan wanita secantik Letnan Ino." Ucap Kiba. Hal itu membuat Naruto bergerak resah merasakan aura hitam disekitarnya. "Aku benar-benar ingin tahu siapa si brengsek itu—Heii, hei, e-hei apa yang kalian lakukan?" Sai dan Neji yang sedang duduk pun mendorong dan menutup tubuh Kiba seluruhnya dengan cermin hingga tak terlihat lagi agar ia tidak bicara terlalu banyak lagi. ya, Kiba memang tak mengetahui bahwa pacar Ino adalah Shikamaru. Mengingat dia adalah anggota baru.

"Dengar, ya. Karena rasa ingin tahumu itu, kau akhirnya mengubur kuburan mu sendiri." Kata Naruto.

"Apa aku telah melakukan kesalahan?" tanya Kiba sambil menurunkan cermin yang menutupinya.

"Dasar. Ka—" Naruto akan bicara lagi tapi di potong oleh Shikamaru.

"Aku juga ada urusan di RS. Konoha aku mau numpang dengan mu." Lalu berlalu pergi menuju kamar mandi.

"Hee... Urusan? Urusan apa?"


Seorang kasir menyodorkan ATM dan struk pembayaran administrasi rumah sakit. "Terima kasih telah berkunjung ke RS. Konoha."

Shikamaru mengangguk, lalu menerima struk dan atmnya.

"Kita para tentara tak mendapatkan gaji yang layak." Ucap Naruto dengan tatapan kosong lalu menoleh kearah Konohamaru dan menepuk bahu Konohamaru dengan baret hitamnya. "Kau harus berhati-hati, bocah tengik! Jika kau mendapatkan masalah, pastikan aku tak terlibat lagi, dengar!"

Konohamaru hanya menganggukkan kepala.

"Hei aku permisi mau menemui dokter Sakura-Chan.." ucap Naruto sambil menepuk bahu Shikamaru sebelum pergi dia menyempatkan diri menunjuk-nunjuk wajah Konohamaru.

Shikamaru memberikan obat pada Konohamaru. "Minum obat ini sesuai jadwal dan kau harus makan banyak juga."

"Terima kasih sudah membayarnya. Tapi, aku tak bisa membayarmu. Dan jangan menceramahiku lagi."

"Tidak akan. Pulanglah." Shikamaru berbalik hendak pergi. "Sampai jumpa."

"Tunggu. Tentang ponselmu itu. Aku minta maaf."

"Permintaan maafmu diterima." dia kemudian hendak melangkah namun kembali berhenti.

"Tunggu. Dipukul ataupun membayar mereka itu tak akan berhasil, Bagaimana kau dulu bisa bebas dari gengster?"

Shikamaru tersenyum tipis. "Aku pergi ke tempat di mana mereka tak kan berani mengikutiku."

Mereka pun terdiam. "B-bolehkah? bolehkah kau.. membantuku lagi? bantu aku menuju tempat itu?" Tanya Konohamaru dengan Yakin.


Naruto baru saja dari ruangan Sakura namun wanita itu tak ada Naruto terus mencari ke loby rumah sakit akhirnya menemukan Sakura, tapi kelihatanya Sakura sepertinya sibuk, ia sedang mengurus seorang pasien. Dia duduk diatasnya ranjang yang tengah didorong sambil berusaha menutupi pendarahan pasien.

"Tolong minggir." Ucap Tenten pada pengunjung rumah sakit sambil terus mendorong ranjang pasien dibantu oleh Moegi.

"Tolong minggir!" Kali ini ucap Sakura masih terus menutupi luka dari pasien bahkan tak menyadari kehadiran Naruto yang tengah menatapnya takjub. Naruto pun memutuskan untuk membantu mendorongnya dan berlari ketika melihat wajah kedua wanita yang mendorong ranjang itu sangat kelelahan. Tapi, Sakura tetap tak menyadarinya karena Naruto tepat berada di belakangnya sedangkan ia sedang fokus dengan pasien. Ia mendorong sampai depan ruang operasi.

Didepan ruang operasi Naruto tersenyum bangga, dia tak salah untuk menyukai wanita itu. Didepan ruang operasi itu ada sebuah layar elektronik. Kemudian layar itu berubah.

Pukul 12.27 [Ahli bedah Haruno Sakura].

Naruto memilih duduk dan menunggu selama berjam-jam, hingga Sakura akhirnya keluar keluar dari kamar operasi tapi sayang jam menunjukkan pukul 18.04 Naruto juga sudah lama pergi, akhirnya ia teringat ada janji dengan Naruto lalu ia berlari.


Naruto saat ini sedang ngegym sendiri, lalu ia mendapatkan telepon dan ternyata itu dari Sakura dan itu langsung membuatnya tersenyum.

"Halo? Naruto? Ini aku, Sakura."

"Apa operasimu sudah selesai?" tanya Naruto

"Ya. Kudengar... kau tadi datang."

"Setelah seminggu lebih baru kali ini dokter pribadiku tidak meladeniku, dattebayo!"

"Ya mau bagaimana lagi, tadi ada operasi darurat."

"Apa dia selamat?"

"Hah?"

"Pasien mu itu."

"Ya, aku menyelamatkannya."

"Syukurlah."

"Ya."

"Aku ingin melihat mu besok." ucap Naruto.

"Apa kau ini memang pria yang blak-blakan?"

"Yang ku maksud disini adalah berobat. Apa kau ini memang wanita yang suka menebak secara blak-blakan?" balas Naruto. "Berarti aku akan mendapatkan perawatan."

"Iya, iya, iya Itu juga yang kumaksudkan."

"Tapi aku ragu, dattebayo!"

"Haha kau harus percaya pada doktermu. Kau sudah meminum obatmu?"

Naruto lalu mengerutkankan kening. "Apa akan bahaya jika aku tak meminumnya? Apa aku akan dirawat inap nantinya?"

Sakura hanya tersenyum menanggapi lelucon Naruto. Ya setidaknya dia pikir begitu tanpa mengetahui pria itu sedikit ketakutan. "Besok, jam berapa kau akan datang?"

"Lupakan itu. Kita bisa bertemu sekarang saja."

Sakura terdiam tak menjawab..

"Apa kau keberatan?" Tanya Naruto

"Tidak sama sekali. Datanglah."

Mereka mematikan panggilan dan saling tersenyum dari tempat mereka masing-masing.

Naruto langsung bersiap dan pergi menuju rumah sakit.

Dan setelah berkendara selama 90 menit akhirnya Naruto sudah berada di rumah sakit. Dengan mengenakan kemeja biru Dongker dengan lengan yang digulung sedikit dibawah siku dan ditambah dengan celana denim hitam membuat semua para perawat terpana melihat ketampanan nya. Ia menunggu Sakura sambil melihat jadwal cinema di ponselnya, mungkin ia akan mengajaknya nonton bersama kali ini.

Sedangkan Sakura tampak sedang memoleskan lipstik di bibirnya setelahnya dia memoles sedikit bedak, tak perlu terlalu berlebihan kan. Dia tersenyum saat melihat penampilannya sudah sempurna. Dia sendiri saat ini sedang berada didalam lift.

Naruto yang merasa bosan melihat ke layar elektronik besar yang kebetulan sedang menyiarkan berita bahwa dua anggota ABB (Aliansi Bangsa-bangsa) diculik, ponselnya berdering. "Saat ini kedua anggota ABB dikonfirmasi masih masih hidup..."

"Sonkei! Saat ini saya berada di RS. Konoha. Hai! Saya akan menunju ke sana."

Ia pun segera pergi. Saat Naruto masuk kedalam lift, Sakura keluar dari lift sebelahnya. Mereka tidak saling bertemu. Naruto terlihat sedang menelpon Sakura saat itu.

Ponsel sakura pun berdering dengan nama pemanggil Naruto. Dia tersenyum sejenak. Lalu mengangkat panggilan.

"Kau sudah datang?" Tanya Sakura sambil tersenyum.

"Aku, tadi.. sudah datang tapi pergi lagi karena ada pekerjaan mendadak."

Senyuman Sakura langsung pudar seketika. "Pekerjaannya sekarang ya? Dimana kau?"

"Di lantai atas!"

Sakura mengerutkan dahinya. "Di lantai atas? Lantai atas mana?"

Setelah Naruto memberi tahunya,, Sakura langsung menuju lift dan menekan tombol paling atas, tepatnya atap rumah sakit.

Ketika tiba di atap dia bisa melihat Naruto sedang berdiri sendirian sambil melipat tangan. Dia langsung berjalan mendekati Naruto...

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sakura.

Naruto tersentak lalu menoleh. "Maaf...sepertinya kali ini aku tak bisa menepati janjiku." ucapnya merasa sangat bersalah.

Tepat setelah itu Sakura mendengan suara helikopter yang mendekat menuju ke atap rumah sakit.

"Aa sepertinya ini keadaan darurat. Kau harus ke lantai bawah..." ucap Sakura.

"Tidak. Mereka ke sini menjemputku."

"M-menjemput? Dirimu? K-kenapa?" Mata Sakura lalu melebar. "Apa perang pecah disini?"

Naruto tersenyum tipis. "Perang setiap hari terjadi. Tapi, kali ini bukan di sini."

"Lalu, kenapa helikopter itu mau menjemputmu?" tanya Sakura ketakutan.

"Aku akan menjelaskannya lain kali." Ucap Naruto.

Heli itu tiba dan mendarat di atas helipad. Sakura semakin merasa tak nyaman.

"Tapi, berjanjilah satu hal. Kita harus bertemu akhir pekan nanti. Di suatu tempat selain di sini tentunya." ucap Naruto.

"Bagaimana dengan pengobatanmu?"

"Luka ini pasti akan sembuh. Mari kita menonton film bersama akhir pekan ini." Sakura menoleh melihat helikopter itu. Lalu Naruto meraih bahu Sakura. "Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau tidak?"

Sakura terdiam sebentar. "Baiklah." jawab Sakura. "Kau memintaku untuk mengikuti perkataan mu."

"Baiklah sampai jumpa akhir pekan nanti!"

Naruto berlari ke arah helikopter, ia langsung mmenerim hormat dari pilot yang menjemput nya sebelum dia masuk ke dalam ia berhenti dulu dan memandang Sakura terlebih dahulu dengan tatapan bersalah. Sakura juga melihatnya dan hanya bisa diam. Helikopter pun pergi. Di dalam helikopter, Naruto ia masih memikirkan Sakura, merasa tak enak.


SOLDIER X DOCTOR


7 jam kemudian..

Team Black Fox sudah berada di pesawat mereka mengenakan pakaian ciri khas mereka lengkap.

"Kita sekarang sudah berada di daerah operasi." Ucap pilot. "Kalian bisa mempersiapkan diri untuk terjun."

Naruto memandang keempat anggotanya. "Berapa lama kita terbang?"

"Sekitar 7 jam!" Jawab Shikamaru.

"Berarti, sudah saatnya..." Dia menarik kalungnya. Begitu juga dengan Shikamaru, Sai, dan Neji.

Kiba hanya diam memandang keempat nya bingung.

Shikamaru lalu menerima semua kalung itu. Kemudian berdiri "Inu!" Ucap Shikamaru.

"Sersan dua Inuzuka Kiba!" Balas Kiba.

"Nyamuk di daerah ini kudengar sangat mematikan, hati-hati." Ucap Sai tersenyum menyeramkan.

"Hai!" Balas Kiba, lalu dia mengikuti untuk melepaskan kalungnya. "Kenapa kita harus melepas tanda identifikasi kita?"

Shikamaru memandang Kiba. "Kalau kau mati di tengah-tengah operasi, kau Tak akan terindentifikasi."

Kiba mengangguk gugup. Dia pernah mendengar cerita Sai; Sekejam apapun Anbu Ne, Black Fox ini lebih menyeramkan lagi meski cukup bersahabat. Jika mereka mati, jasa maupun jasad mereka tak akan dianggap oleh negara, seperti itulah kasarnya.

TET! TET!

Alarm pesawat berbunyi dan pintu pesawatnya terbuka. Mereka langsung disambut dengan pemandangan menakjubkan sekaligus mengerikan.

"Sudah saatnya menjatuhkan kiriman!"

Mereka bisa melihat berbagai cahaya yang berasal dari berbagai ledakan. Kemudian mereka siap melakukan terjun payung.

"Kita sedang berada dimana?" Tanya Kiba bingung pada Naruto.

Naruto menoleh dengan tatapan dingin. "Oto."

.

.

.

.

.

.

.

TBC


APA INI? KOK BISA-BISANYA ANDA MEMBUAT INI? YA KARNA SAYA TAK TERLALU PANDAI MERANGKAI CERITA SENDIRI HAHAHAHA...

SEBENARNYA SAYA BUKAN PENGGEMAR DRAKOR, SAYA KURANG TERLALU SUKA DRAKOR. TAPI BUKAN BERATI SAYA BENCI, SAYA CUMA KURANG TERLALU SUKA. SAYA PUNYA BEBERAPA JUDUL DRAKOR FAVORIT SEPERTI:

BOYS OVER FLOWERS [SUKA KARNA PAKSAAN KAKAK SAYA]

MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO [INI SIH KARNA ADA RUBAH EKOR SEMBILAN KEK KYUBI AJA MAKANYA ANE TOTON]

NO LIMIT [INI SAYA BANGET. SOALNYA SAYA ANAK BOLA]

DAN DRAKOR YANG JADI FIC INI [KARNA ACTION-ROMANCE DAN SAYA MERASA MELIHAT NARUSAKU DI PAIR UTAMA DRAKOR ITU, ITU MENURUT SAYA YA!]

JADI GIMANA? MAU DILANJUTKAN? DAN COBA TEBAK DRAKOR APA INI?

SAMPAI JUMPA CHAPTER BERIKUTNYA!


TULIS JAWABAN KALIAN DISINI

VVVVVVVVVV

VVVVVVVVV

VVVVVVVV

VVVVVVV

VVVVVV

VVVVV

VVVV

VVV

VV

V