Yha

.

.

Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Rated : T

Genre : Romance

Warning : AU, OOC, Typo(s), etc. DLDR!

.

.

"Ya, anak-anak. Hari ini kita menentukan susunan tempat duduk ya." Kata Kurenai.

Namun tampaknya anak-anak kelas XII IPA 3 tidak setuju dengan keputusan Kurenai. "Yah sensei... ini saja susunannya ya sensei?"

Kurenai menggeleng tgas. "Tidak. Saya sudah menyusun denah kelas, dibantu dengan wali kelas kalian yang dulu. Jadi tidak ada yang bisa duduk dekat dengan sahabatnya, sehingga kelas tidak berisik."

Semua murid terlihat kesal dikarenakan peraturan Kurenai itu. "Tidak ada protes lagi. Saya mulai." Tidak ada yang berani membantah, karena wali kelas mereka ini memang terkenal dengan predikat 'guru killer'. Jadi, siapa yang berani membantah?

"Yang kelompok sana, coba berdiri ke depan sebentar." Kurenai menunjuk kelompok yang berada di dekat pintu.

Satu-persatu tempat duduk siswa diatur oleh Kurenai. "Uchiha Sasuke duduk dengan Uzumaki Naruto, di bangku dua dari belakang, kelompok D." Sasuke dan Naruto langsung duduk di tempat yang telah ditentukan oleh Kurenai. Yah, walaupun rada gak ikhlas sih. Karena mulai dari kelas X semester 2 sampai XI lalu, mereka juga duduk sama.

"Yamanaka Ino...-"

Sakura's POV

Ya tuhan... tolong sekali saja, kabulkan do'a ku selama liburan naik kelas ini, untuk bisa duduk di dekat Sasuke lagi. Ya, kedengarannya alay memang. Tapi memang inilah aku.

"Yamanaka Ino... dan Haruno Sakura duduk di depan Uchiha dan Uzumaki." Ahh... aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa sekarang. Yang jelas ada senang, lega, juga bingung. Ya, bingung karena, bagaimana bisa, kami ber-4 duduk berdekatan lagi, sementaradulu-dulu saja, guru-guru yang mengajar sering bilang, bahwa kami sangat berisik seperti ibu-ibu arisan.

Entahlah, mungkin dia sudah lelah~. Aku dan Ino langsung pindah ke tempat yang sudah ditunjuk Kurenai-sensei. Selama Kurenai-sensei menyusun denah kelas, aku sibuk memikirkan bagaimana kelanjutannya. Bagaimana bisa aku menjalankan hari-hari dengan baik? Baiklah, akan kuceritakan semunya dari awal.

Karin adalah sahabatku saat SD dan SMP. Tapi, SMA belakangan ini, aku lebih merapat kepada Ino, Tenten, Hinata, Hanabi dan Temari. Aku tidak tahu, mungkin dikarenakan MOS awal masuk SMA, Karin tidak ikut dan aku menjalani MOS bersama Ino dan yang lainnya, dan sejak itu pula aku sangat dekat dengan mereka. Ya mungkin karena itu. Lagian, sekarang Karin sudah lebih dekat dengan Shion, dan Rin.

Emm... aku bingung ingin mulai dari mana kisah ini. Aku pertama kali suka dengan Uchiha Sasuke pada saat awal masuk kelas X. Ya, belum lama sih, tetapi perasaanku padanya sangat cepat berkembang. Dan aku berani bertaruh, jika dialah real first love aku. Selama ini, jika aku suka dengan orang, tidak lebih dari satu bulan. Itupun kalau bisa dibilang suka. Mungkin hanya kagum? Entahlah.

Pertama kali aku broken heart, saat kelas X pertengahan semester satu. Itu karena Sasuke berpacaran dengan Hinata. Apalagi, saat itu aku, Hinata dan lainnya sudah bersahabat. Engg... tidak juga sih. Aku tidak tahu, saat itu mereka sudah menganggapku sahabat atau belum, yang jelas aku sudah menganggap mereka sahabat saat itu. Malah dari hari ke-3 MOS, aku sudah menganggap mereka semua sahabat. Ya, aku memang seperti itu, cepat dekat dengan orang.

Ya, itu pertama kali aku patah hati. Dan saat aku mengetahui mereka putus, jujur saja di dalam hatiku yang terdalam, aku senang. Namun, itu tidak mungkin kutunjukkan secara jelas dengan mereka? Mau di cap apa aku? Teman bejat? Ha... lucu.

Dan rasa suka itu, semakin tidak bisa dicegah saat aku duduk dekat dengannya. Meja yang ditempatinya dengan Naruto, berada di sebelah mejaku. Dan kursinya berdekatan dengan kursi ku. Otomatis kami dekat dan sering bicara bukan? Dan aku juga semakin mengetahui semua tentang dirinya. Dia yang ternyata orangnya baik, walaupun sedikit berandalan ketika berteman dengan Naruto, dia yang teryata menyukai tomat, dia yang ternyata orangnya asik, dia, dia, dan dia.

Aku sangat senang saat duduk dekat dengannya. Dan kalau tidak salah, itu aku duduk sendiri, jadi tidak ada yang bisa menganggu kami. Dengan Ino yang duduk di depanku sering menyindir kami berdua karena terlalu berisik. Hahaha... aku rindu semua itu. Apalagi saat aku dengan sengaja, menggeser meja dan kursiku agar bisa terasa lebih dekat dengannya. Tapi itu semua tidak bisa terjadi lagi sekarang. Semenjak kelas sebelas, ada kabar simpang siur bahwa dia menyukai Karin. Perlu kalian ketahui, walaupun aku dekat dengan Ino dan yang lainnya, aku tetap masih menjalin hubungan yang erat dengan Karin. Dan itulah yang membuatku risih. Walaupun tempat dudukku dengan Sasuke masih berdekatan.

Apalagi baru-baru ini, katanya Karin juga menyukai Sasuke. Walaupun malu mengakuinya, aku menangis saat itu. Ya, menangis seperti di drama-drama yang kutonton. Rasa sakitnya benar-benar... ugh. Dan parahnya, katanya mereka pacaran. Aku hanya bisa... yah, seperti itulah. Mencurahkan isi hati kepada teman pun, tak ada gunanya. Selama ini aku selalu menyimpan semuanya rapat-rapat. Tak ada satupun yang tahu bahwa aku menyukai sudahlah. Aku selalu membisikkan pada diriku sendiri, 'biarkan lah semuanya berlalu. Nanti pasti akan ada saatnya.' Ya, akan ada saatnya. Entah kapan aku pun tak tahu.

"Sak, Sak!" Ino menyikut lenganku.

Aku mengerjap beberapa kali. "A-ah... ya? Ada apa Ino?"

Ino menatapku bingung. "Kau menangis?" Bisiknya. Aku melihat kedepan. Kurenai-sensei masih mengatur denah kelas.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali lagi dan mengusap air mata yang tanpa kusadari turun. "Oh ya? Aku tak tahu. Hey, aku tak menangis tahu. Itu mungkin dikarenakan terlalu lama melototi Kurenai-sensei hingga lupa berkedip. Ya pantas saja mataku terasa perih. Hehehehe..." Aku menyengir guna menutupi kesedihanku.

Ino memutar matanya. "Oh, iya ya? Secantik apa Kurenai-sensei, hingga kau pelototi?" Sindirnya. "Lagian kau ini perempuan! Apa jangan-jangan kau tidak normal ya?" Lanjut Ino.

Sakura memukul kepala Ino pelan. "Aku masih normal." Kataku pelan. Setelah Ino meringis, tidak ada lagi percakapan diantara kami.

.

.

Saat ini sedang jam istirahat yang pertama. Tadi aku sudah menitip makanan kepada Sasuke. Hey! Bukan maksudku ingin modus. Itu dikarenakan Ino, Hinata, Tenten, Hanabi maupun Temari, tidak mau membelikanku makanan.

"Kalau malas turun ke kantin, tidak usah makan saja kau." Kata mereka saat aku minta menitip makanan. Dan berhubung Sasuke dan teman-temannya mau ke kantin, ya sudah aku minta tolong saja dengan Sasuke. Untung saja dia baik.

Aku melihat Sasuke dan teman-temannya berjalan seperti boy band, memasuki pintu kelas XII IPA 3. Hah, ini adalah salah satu moment yang kusuka. Yaitu saat mereka berjalan seperti boy band dan Sasuke akan terlihat dua kali lebih keren saat itu. Berjalan dengan lengan baju digulung. KYAA... itu bisa membuatku fangirlingan. Ya, aku memang lebay. Mau apa?!

Sasuke meletakkan bunkusan makanan yang kutitip di meja. "Ini makanan yang kau titip. Lain kali kalau malas turun ke kantin, kau tidak usah makan aja sekalian." Katanya.

Aku menyerngitkan alisku. "Mengapa ucapanmu sama dengan ucapan mereka?" Kataku sebal.

"Karena itu memang benar." Balasnya pelan. Ia terlihat tenang makan dengan Naruto.

Aku mengangkat bahuku dan memakan makananku. Ah, kalau dulu kami pasti makan sambil mengobrol. Kursiku akan kuputar mengarah ke mejanya. Namun sekarang tidak. Sebenarnya aku mau saja sih, memulai pembicaraan. Namun aku tak tahu topik apa yang harus kubicarakan. Cuaca? Terlihat seperti orang sibuk saja. Gosip terkini? Dia tak akan tahu. Film? Musik? Kurasa lebih baik kami tidak mengobrol.

"Saku-chan..." Aku menoleh kearah orang yang memanggilku dengan sendok yang tergigit di mulutku.

Oh, ternyata itu Shion dan Rin. Tumben. "Hmm..." Jawabku seadanya. "Mana Karin-chan?" Lanjutku. Biasanya mereka sudah seperti trio macan. Kemana-mana bersama. Apa mereka sedang bertengkar?

"Karin? Karin kan DI HATI SASUKE! Hahaha..." Jawab Shion meledek Sasuke.

Aku tertawa palsu. "Hahaha... CIEEEE...!" Yang kukatakan itu ada makna tersendiri. CIE. Cause I am Envy. Toh mereka tak tahu.

"Ck, aku tak suka dengannya. Terserah mau bilang apa." Aku tahu itu fake Sasuke.

"Serius, Karin-chan dimana?" Tanyaku dengan muka serius.

"Karin-chan sedang makan dengan kakak kelas. Wajar, dia kan famous semenjak menolak pernyataan cinta Sasori-senpai." Jawab Rin.

Aku mengangguk mengerti. "Aaa... Souka."

Aku menyuap dimsum-ku. "Tumben kalian mendatangi tempat dudukku. Ada apa?" Tanyaku.

"Memangnya tidak boleh?" Canda Shion.

Aku mendengus pelan. "Aku tak ada bilang."

"Emm... kau sudah siap makan?" Tanya Shion.

"Yang kau lihat?" Aku memutar mataku.

"Be-belum sih. Kalau sudah siap, temui kami di mejaku. Oke?" Kata Rin.

Aku mengangguk. Mereka pergi, dan aku melanjutkan makananku. Lalu aku berpikir, apa yang ingin mereka tanyakan? "Hmm..." Gumamku.

Setelah siap makan, aku membuang bungkusnya di tempat sampah dan pergi ke meja Shion dan Rin. "Ada apa?" Tanyaku langsung. Mereka memberiku isyarat untuk mendekat.

"Apakah penting?" Bisikku. Mereka mengangguk. "Sangat penting."

Shion mendekatkan mulutnya ke kupingku. "Kau berteman dengan Karin di Line tidak?" Tanya Shion.

Aku menggeleng. "Ponselku hilang saat liburan kemarin." Jawabku polos.

Mereka mendesah kecewa. "Sudahlah tak apa. Jadi begini, bio Line Karin, adalah huruf 'S' dan ada emoticon Love."

"Masalahnya?" Tanyaku bingung.

Mereka memutar mata. "Menurutmu?"

"Apanya?" Pertanyaan mereka tidak jelas.

"Tidakkah kau berfikir bahwa 'S' adalah inisial pacar barunya?"

Mataku melebar. "Ah iya! A-aku tidak terfikir kearah sana." Entah mengapa aku merasakan firasat buruk.

"Kira-kira 'S' itu siapa ya?" Kata Rin dengan pose berfikir.

"Sasuke!" Seru Shion pelan.

Rin berseru 'Aha!' dengan wajah gembira. Begitu pula Shion. Sepertinya mereka sangat senang mengetahui arti dari inisial 'S' itu, tanpa tahu itu benar atau tidak. Sedangkan wajahku pucat.

Dadaku terasa sangat sesak. Ayolah Sakura, kau adalah gadis yang sangat kuat. Aku memasang muka gembira juga. "Ya! Mungkin Sasuke!" Kataku gembira. Kalau masalah acting, tidak usah ditanya, akulah jagonya. Saat SD aku pernah mengikuti pengembangan diri drama. Dan saat ada lomba drama, tim sekolah kami menang. Oke, mungkin itu hasil kerja sama. Namun tetap saja, jika aku tidak pandai beracting, aku tidak akan menjadi salah satu yang terpilih di tim drama kami.

Mereka berdua saling berpandangan. Dengan melihat mata mereka yang berkilat jahil saja, aku sudah merasa tidak enak. "Hey Sakura-chan! Mau tidak, membantu kami?" Tanya Rin manis.

Aku mengangguk ragu. "Y-ya. Tapi jika aneh-aneh aku tidak mau."

Mereka mengangguk. "Tenang saja, kami tidak akan meminta tolong yang aneh-aneh. Jadi kau mau kan Saku-chan."

"Ya, baiklah." Jawabku pasrah.

"Dulu kau dengan Karin -chan dekat kan?" Tanya Shion yang kujawab dengan anggukan. "Coba kau tanyakan dengan Karin-chan, dia benar-benar berpacaran dengan Sasuke atau tidak? Tolong ya, ya?" Mereka berkata dengan mata berbinar.

Aku mengangguk terpaksa yang tak terlalu kentara. "Baiklah. Tapi... kenapa tidak kalian saja yang tanya?" Ini aneh. Mengapa mereka tidak mau bertanya langsung. Kenapa harus aku yang bertanya kepada Karin? Padahalkan mereka sahabat Karin yang sekarang.

"Itu karena, dia masih tidak percaya dengan kami sampai sekarang." Kata Rin kesal.

"Iya! Katanya, itu karena kami tidak bisa menyimpan rahasia. Padahal 'kan kami bisa..." Sambung Shion.

Aku memutar mata. "Karena itu memang benar." Kataku sambil berlalu

.

.

To Be Continued

.

.


A/N :

Yak, ini fict saya republish :D /digeplak. Karenakan, ini fict romance galo galo gimana getoh, kan agak aneh kalo pake 'lo-gue-end' /plak. Maksudnya, kalo pake, 'Lo-gue'. Sebenernya kemaren mau di hapus aja seh, but kawan saya suka sama fict ini. So saya mutusin buat nge-republish sajaa...

Eh, jangan lupa ikut di partisipasi IFA 2015 yak. Bisa cek di akun twitter IFA- IFA2015_

Mind to Review?