Diligence memang rajin, tapi dia bodoh! Dan gak ada peka-pekanya sama sekali!

.

.

.

Noticeable?

DESIME (Deadly Seven Inside Me) by Deruu

High School AU

.

.

.

Sloth duduk di salah satu bangku barisan belakang bis dekat jendela, sendirian. Tadinya Sloth ingin pulang bersama Diligence, rival dari kecil sekaligus gebetannya itu. Tapi, saat hendak menghampiri lelaki ber-google itu, cewek kelas sebelah bernama Honesty malah duluan yang menghampiri. Mana tadi akrab banget lagi. Dengan jengkel, Sloth lebih memilih untuk berbalik dan pulang duluan.

Sekarang, Diligence dan Honesty pasti masih ngobrol akrab. Well, Honesty emang cantik sih, dan masuk dalam geng-nya Diligence. Diligence juga pasti, bakal milih Honesty daripada Sloth. Memikirkan hal itu, membuat Sloth kesal.

Diligence bodoh, gak peka!

Diligence sadar gak sih, apa yang sudah dilakukan Sloth buat menarik perhatian si rajin itu? Sloth rela bermain game, menambah skillnya, biar bisa bermain game bareng Diligence. Rela berjalan jauh menuju arcade, biar bisa main bareng Diligence. Rela bangun pagi-pagi, jadi bisa pergi berangkat sekolah bareng.

Sloth juga sudah mengorbankan jatah tidur siangnya, biar bisa belajar bareng sama Diligence, yang sebenarnya Sloth gak butuh juga buat belajar (Sloth selalu juara satu dari sd, bahkan walau yang Sloth lakukan dikelas hanya tidur).

Sloth bahkan ikut latihan taekwondo, walau semua orang tahu, Sloth paling benci olahraga dan sejenisnya.

Sepertinya, apapun yang Sloth lakukan, Diligence takkan pernah melihatnya. Takkan memperhatikannya.

Sloth menghela napas. "Mungkin sebaiknya aku menyerah aja, udah malas."

"Eh, jangan dong!"

Sebuah suara yang sudah sangat Sloth kenali membuat Sloth tersentak dan menoleh pada lelaki yang duduk disampingnya. "Ka-kau... sejak kapan ada disini?"

Diligence tersenyum... puas? Alih-alih menjawab pertanyaan Sloth, Diligence memiringkan kepalanya. "Aku tak tahu kalau kau bisa mengatakan apa yang kau pikirkan, biasanya kau kan malas bicara."

Sloth terdiam memikirkan kata-kata Diligence.

Satu detik

Dua detik

Tiga Detik

Wajah Sloth memerah dengan sempurna, menyadari kalau dia yang memikirkan soal dirinya cemburu dan punya perasaan sama Diligence, tanpa sadar ia katakan, dalam monolog. Tapi... Diligence tak mungkin dengar semua... kan?

"Ah, tenang saja, aku dan Honesty cuma teman. Lagipula Honesty sudah punya pacar." Kata Diligence santai dengan seringai diwajahnya.

Shit! Pikir Sloth. Sloth memalingkan wajahnya dan menunduk, sebisa mungkin tidak melihat kearah Diligence. Bagus! Sekarang dia akan mentertawakanku, Stupid Sloth! Batin Sloth.

"Kau benar-benar berpikir aku tidak memperhatikanmu, huh?" Diligence tersenyum tipis. "Apa kau tahu, sangat sulit untuk tidak memperhatikanmu, Sloth. Bisa dikatakan, dari awal aku sudah melihatmu. Bahkan saat kau tidak memperhatikan." Kata Diligence. "Aku memperhatikanmu saat kau tersenyum lebar saat, saat kau menang dalam game. Aku memperhatikanmu saat kau berjalan disampingku. Aku memperhatikanmu saat kau berlatih Taekwondo bersamaku. Aku memperhatikanmu yang mencoba untuk tidak tertidur saat kita belajar bareng. Aku memperhatikanmu bahkan saat kau tertidur di kelas, disampingku."

Sloth mengangkat wajahnya dan melirik sedikit kearah Diligence, walau masih tetap tidak mau menatap mata berwarna jingga senja itu.

"Aku bahkan memperhatikan saat kau memilih pergi meninggalkanku, walau aku sudah menunggumu untuk pulang bareng." Diligence bersandar disandaran kursi. "Aku tidak suka orang yang mudah menyerah, tahu." Diligence menoleh dan menatap Sloth dengan senyum lebar diwajah. "Dan kau tahu... Perasaan kita mutual."

.

.

.

Happy ending? ;)