[ SONGFIC ]
Moment - Davichi
LeoN
VIXX
T
Agst & Romance
.
.
.
.
.
Special edisi songfic. Jadi isinya cuma cerita yang terinspiransi dari sebuah lagu. Entah kenapa dari dulu aku kalau denger lagu, tiba – tiba langsung nemu aja cerita #curhat.
Jadi disini akan ada banyak chapter, tapi ceritanya beda – beda, pasangannya juga bisa berubah – ubah. Tergantung ceritannya yang nongol kaya gimana.
Btw, klw ada yang mau request lagu buat dibikin cerita boleh. Tapi kalau bisa lagu yang aku tau hehehe, biar feelnya dapet, dan ceritanya langsung terlintas.
.
.
.
.
HAPPY READING !
.
.
.
.
Aku tidak tau moment ini berharga.
Setelah berbagi 1 menit dan 1 detik.
Aku tidak berpikir akan melihatmu lagi.
Kita tidak bisa melepaskan tangan kita yang berpegangan erat.
.
.
.
Seorang namja tinggi nan tampan dengan mantel tebalnya, tengah memperhatikan namja lain yang sedang asik berlari – lari ditepian pantai. Dia mengukir senyumnya, senang melihat seseorang disana yang tampak sangat bahagia.
Terlihat sekeliling pantai sangat sepi, hanya ada mereka berdua. Bukan hal aneh jika malam – malam begini tak ada yang datang ke pantai. Mereka pasti lebih memilih tinggal dirumah, bersembunyi didalam selimut atau menghangatkan diri didekat perapian.
Tapi tidak untuk mereka. Sepasang kekasih yang saling menyayangi.
"Hakyeonie, kemari. Udara semakin dingin" ucap namja tadi, yang hanya berdiri mengamati sang kekasih yang dipanggilnya Hakyeon. Namun sekarang dia telah melangkahkan kakinya menghampiri kekasihnya.
"Sebentar lagi, Taekwoonie", saut Hakyeon dengan cengiran khasnya
Taekwoon hanya menggelengkan kepalanya menghadapi tingkah sang kekasih yang kekanak – kanakan.
GREEB
"Kau tidak dingin, hm?"
Taekwoon memeluk Hakyeon dari belakang. Memberikan kehangatan agar pujaan hatinya ini tidak kedinginan.
Hakyeon mengelus tangan Taekwoon yang mendekapnya. Diraihnya telapak tangan Taekwoon, dan menggenggamnya.
"Kau hangat", ucap Hakyeon manja.
"Kau dingin"
Hakyeon menoleh kepalanya kebelakang, mereka saling berpandangan.
Ada raut kesedihan terpancar dari kedua sorot mata itu, sesuatu yang tidak ingin mereka lepaskan. Pancaran mata yang tak ingin kehilangan.
CUP
"Taekwoon mengecup bibir pucat Hakyeon. Tidak lama, hanya beberapa detik.
"Ayo masuk"
Hakyeon tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Mereka beranjak dari pantai dan berjalan menuju apartemen mereka yang hanya berjarak beberapa meter.
Mereka berpegangan tangan sangat erat. Seakan tak ingin melepaskan tangan itu. Setiap 1 menit dan 1 detik kenangan yang mereka lakukan, sangatlah berharga bagi mereka.
.
.
.
Momen sekarang ini seperti sebuah keabadian.
Kita mengukirnya didalam hati masing – masing.
Kita tidak bisa menghentikan matahari terbit.
Katakan padaku, ini bukanlah saat terakhir kita.
.
.
.
"Hakyeonie, makan dulu"
Taekwoon membawakan nampan berisi makanan dan susu hangat untuk Hakyeon yang tengah berbaring lemas di kamarnya.
Sejak kepulangan mereka dari pantai tadi, Hakyeon menjadi sangat lemas dan pucat.
Taekwoon terus menyalahkan dirinya yang menerima ajakan Hakyeon untuk bermain di pantai seharian.
Taekwoon meletakkan nampan dinakas dekat kasur. Dia melihat Hakyeon yang menatap dirinya dengan seulas senyum yang sangat manis.
"Makan ya?, Kau sangat pucat, Hakyeonie"
Hakyeon hanya menggelengkan kepalanya lemah.
"Taekwoonie, kesini" panggil Hakyeon sambil menepuk – nepuk tempat disebelahnya.
"Kau harus makan dulu" rayu Taekwoon. Dia menatap Hakyeon memohon.
Hakyeon kembali menggeleng.
"Aku mohon, Taekwoonie"
Akhirnya Taekwoon naik keatas kasur dan berbaring disebelah Hakyeon. Mereka saling merapatkan diri.
"Aku ingin terus seperti ini", Hakyeon menutup matanya, menikmati saat – saat berharga yang hanya mereka berdua rasakan. Saat – saat yang tidak akan bisa didapatkan Hakyeon lagi.
"Jangan pergi. Aku mencintaimu" Taekwoon memeluk erat Hakyeon dan sesekali dia mencium sayang kepala Hakyeon.
.
.
.
Keinginanku hanya dirimu.
Mari kita bersama – sama untuk terakhir kalinya,
seperti saat pertama kali.
.
.
.
"Nnnggh", Taekwoon meregangkan otot – ototnya. Sinar pagi membuatnya terpaksa harus terbangun.
Ditengoknya kesamping kanan, dan benar dugaanya. Sang kekasih masih terlelap, Hakyeon tidur sangat damai sekali.
"Kau pasti kelelahan"
Di usapnya wajah manis Hakyeon penuh sayang. Disentuhnya tiap inci wajah Hakyeon.
Mata itu, yang selalu berbinar bahagia, yang akan mengeluarkan bening – bening Kristal saat dia menangis.
Hidung ajaib itu, yang selalu dapat mencium aroma khas Taekwoon.
Pipi itu, yang selalu merona ketika dia malu, dan yang selalu menggembung ketika dia marah.
Dan bibir itu, yang selalu tersenyum indah setiap saat. Yang selalu mengeluarkan kata – kata menggemaskan, yang selalu mengerucut ketika marah. Dan bibir yang akan selalu jadi milik Taekwoon.
Tapi ..
Kini bibir itu tak semerah terakhir kali Taekwoon melihatnya, bibir Hakyeon tampak kering dan sangat pucat.
"Hakyeonie?", Taekwoon mencoba membangunkan Hakyeon. Dia berusaha menampik apa yang ada di pikiranya.
"Hakyeonie, bangun." Digoyang – goyankan tubuh Hakyeon pelan, tetapi tak ada respon sama sekali.
Jantung Taekwoon berdebar sangat kencang, nafasnya memburu, matanya mulai berair.
"Tidak… ini belum saatnya" ucap Taekwoon meyakinkan.
GRAAB
Dibopongnya Hakyeon, dan dia berlari cepat menuju mobil.
Taekwoon memasukan Hakyeon hati – hati kedalam mobil. Setelah sabuk pengaman terpasang, Taekwoon langsung menancapkan gasnya dan berlalu menuju Rumah Sakit.
TAP TAP TAP
Taekwoon dan beberapa suster berlarian mendorong Hakyeon menuju UGD. Taekwoon menggenggam erat tangan Hakyeon.
Sesampainya di UGD, salah seorang suster langsung menutup pintu dan melarang Taekwoon masuk.
Taekwoon hanya berdiri diam dan terus menatap ruang UGD. Menantikan sang kekasih kembali.
.
.
.
Ketika momen berlalu lagi hari ini.
Aku tidak bisa pergi tanpa rasa takut.
Di penghujung hari, aku menangis.
Aku tidak tahu ini sungguh akan menjadi akhir.
.
.
.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD. Dokter itu menghampiri Taekwoon yang masih tetap berdiri di depan ruangan itu. Taekwoon menatap dokter penuh harap. Sang dokter menepuk bahu Taekwoon dan menggeleng pelan.
"Kankernya stadium akhir. Anda pasti tau ini akan terjadi. Relakanlah dia"
Buliran air mata jatuh membasahi kedua pipi Taekwoon. Dia berjalan lunglai memasuki ruangan.
Dilihatnya sang kekasih tengah tertidur lelap.
Diamatinya namja manis itu dari atas sampai bawah. Walaupun dia tertidur seperti ini, dia tetap terlihat cantik.
"Hakyeonie, bangun. Sampai kapan kau tertidur?"
Masih dengan air mata yang mengalir perlahan – lahan. Taekwoon tetap berusaha menampik fakta bahwa sang kekasihnya ini sudah tak bernyawa.
"Bangun Hakyeonie, kenapa diam saja"
"…"
"Kau sudah berjanji padaku"
"…"
"Kita masih harus membuat banyak kenangan"
"…"
"Kenapa diam saja, kau marah?"
"…"
"Bicaralah, kumohon"
Taekwoon menggenggam tangan Hakyeon erat, tubuhnya bergetar. Air matanya tumpah begitu deras.
"Tidak..hiks ini belum..hiks Kumohon bangun…"
"…"
"Kumohon, kumohon, kumohon hiks hiks. kau tidak boleh mati" Taekwoon menagis terisak.
"Hiks .. Tidak… hiks. HAKYEOOON BANGUUUN.. .., JANGAN TINGGALKAN AKU !... kumohon.. kumohon Hakyeonie"
Taekwoon menumpahkan seluruh kesedihanya. Rasa sakit dan sedihnya ditinggalkan seseorang yang sangat berharga baginya, yang sangat mengerti dirinya, dan sangat teramat dia cintai.
Ruangan itu penuh dengan suara isak tangis Taekwoon.
Kepergian seseorang memang harus meninggalkan kenangan berharga terakhirnya, walau itu tak berarti apapun. Tetapi setiap hal yang mereka lalui selalu tersimpan erat di hati mereka masing – masing.
.
.
.
Momen sekarang ini seperti sebuah keabadian.
Kita mengukirnya didalam hati masing – masing.
Kita tidak bisa menghentikan matahari terbit.
Katakan padaku, ini bukanlah saat terakhir kita.
.
.
.
.
.
.
.
.
END
Terima kasih yang telah membaca. Project songfic pertama saya.
Silahkan yang ingin request, dan review.
Nnnnyeooong~~~
