REMAKE NOVEL By : Shanty Agatha
Sweet Enemy
Cast : Oh Sehun, Park Chanyeol,and others.
Warn : GS, typo
-ooOoo-
.
.
-oOo-
PROLOG
"Itu dia orangnya baru datang," Jongin menunjuk dari jendela di lantai paling atas mansion itu , "Dia anak miskin itu, yang dipungut oleh mama Chanyeol."
"Mana?" Suho ikut-ikutan mengintip di jendela dan mengernyit, "Sepertinya dia biasa-biasa saja? Apa yang membuat mama Chanyeol memungutnya?"
"Karena dia anak kesayangan di sekolah yang didirikan oleh mama Chanyeol, nilai-nilai pelajarannya paling sempurna, dan otaknya jenius, meskipun dia datang dari keluarga miskin, dengar-dengar ayahnya baru meninggal karena kecelakaan di tempat kerja, dan dia tidak punya siapa-siapa lagi, karena itulah Nyonya Park memutuskan menjadi penyandang dananya."
Suho melirik ke arah Chanyeol yang tampak tidak tertarik, sedang menenggelamkan diri dalam buku bacaannya. Lelaki itu tampak begitu dingin, muram dan tidak tersentuh, hanya beberapa orang yang bisa berdekatan dengannya, Park Chanyeol putera dari konglomerat nomor satu di negara ini. Suho
dan Jongin adalah sebagian yang beruntung. Mereka dekat bukan karena Chanyeol membuka diri, tetapi karena kedua orangtua mereka memang bersahabat dan mereka sudah berkenalan sejak kecil.
Chanyeol bukanlah orang yang dekat dengan kedua orangtuanya. Papanya tidak pernah ada di mansion, sibuk dengan bisnisnya, dan Mamanya lebih senang berkeliaran di luar dengan kegiatan amal dan kebaikan hatinya, merasa bahagia karena dipuja orang sebagai pribadi yang darmawan.
Meskipun Chanyeol sangat menghormati kedua orang tuanya itu. Dan Sehun, orang yang mereka bicarakan itu tentunya menjadi subjek terbaru mamanya untuk menuai pujian dari semua orang. Chanyeol mengernyit kesal. Mamanya selalu membuatnya repot, dan sekarang, dia menampung anak gelandangan itu di sini, di mansionnya. Chanyeol harus selalu berinteraksi dengan anak gelandangan dari keluarga miskin itu.
"Tapi dia cantik," Suho bergumam lagi, kali ini mengamati dengan lebih intens, "Chanyeol, kau benar-benar tidak ingin melihatnya?"
"Tidak." Chanyeol mengangkat kepalanya dari buku, merasa terganggu karena kedua temannya itu mengganggu konsentrasinya membaca, "Toh aku akan bertemu dengannya nanti, dia akan tinggal di mansion ini."
Jongin mengernyit, "Mamamu memutuskan supaya dia tinggal di mansion keluarga Park? Aku pikir dia hanya akan menanggung biaya hidup dan pendidikannya."
"Sehun tidak punya rumah, karena ayahnya begitu miskin dan tidak mampu membayar hutang, rumah mereka disita oleh Bank, karena itu mama memutuskan menempatkannya di sini," Chanyeol mencibir, membayangkan betapa senangnya Sehun mendengar keputusan mamanya. Anak gelandangan itu pasti tidak akan melepaskan kesempatan sekalipun supaya bisa tinggal di mansion mewah, mansion keluarga Park. Tinggal tunggu waktu saja sebelum anak gelandangan itu mencoba menggerogoti harta mamanya. Semua orang sama, semuanya mengincar harta keluarga Park. Begitupun anak gelandangan itu, Davin sangat yakin Keyna punya rencana buruk untuk menggerogoti kekayaan keluarganya.
"Kau tidak menyukainya ya?" Suho menangkap sorot kebencian di mata Chanyeol.
Dengan acuh Chanyeol mengangkat bahunya, "Aku tidak suka semua gelandangan miskin pengincar harta."
Suho dan Jongin saling melemparkan pandangan tahu sama tahu, akan gawat bagi Sehun, kalau Chanyeol tidak menyukainya. Karena Chanyeol terkenal kejam dan tak berbelas kasihan kepada orang-orang yang tidak dia suka.
-oOo-
Sehun turun dari Limousine yang dikirimkan Nyonya Park kepadanya, dan tertegun menatap Mansion yang begitu indah di depannya. Astaga. Mansion ini besar sekali, seperti istana di negeri dongeng. Ini adalah mansion terbesar yang pernah Sehun lihat, yang bisa Sehun bayangkan. Tetapi
kemudian Sehun mengernyit, mansion ini terlalu besar, terlalu mewah dan Sehun merasa tidak nyaman kalau harus tinggal di sini. Dia sudah berusaha menolak ketika Nyonya Park memintanya tinggal di Mansion keluarga Park yang terkenal itu, setelah Sehun tinggal sebatang kara karena kematianayahnya.
Tetapi Nyonya Park bersikeras, dan Sehun tidak bisa menolaknya, Nyonya Park sudah membiayai sekolahnya, Sehun sangat berhutang budi kepadanya. Saat ini, sebatang kara di dunia ini Sehun sepenuhnya tergantung kepada kebaikan hati Nyonya Park. Dia masih ingin sekolah, dan menyelesaikan pendidikannya. Itulah impian ayahnya, supaya Sehun menjadi anak pintar dan berpendidikan, sehingga bisa hidup lebih baik daripada ayahnya yang tidak mengenal bangku sekolahan. Digenggamnya kalung perak dilehernya, kalung itu sederhana, dengan liontin bulat yang bisa dibuka, di dalamnya ada foto Sehun bersama ayahnya. Kalung perak itu adalah benda miliknya yang paling berharga, satusatunya peninggalan ayahnya, hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dan dibeli ayahnya dari seluruh uang tabungannya selama bekerja sebagai buruh bangunan.
Seorang pelayan menjemputnya ke depan pintu dan membungkukkan tubuhnya dengan formal.
"Selamat datang, Nyonya Park sudah menginformasikan kedatangan anda, silahkan masuk, kamar anda sudah disiapkan."
Sehun menatap pelayan itu dengan gugup,"Eh… Apakah Nyonya Park ada di mansion?"
Pelayan itu menggeleng, "Beliau tidak ada di mansion jam-jam segini, biasanya di malam hari beliau baru ada, itu pun kalau tidak ada undangan-undangan jamuan makan malam penting, tetapi saat ini Tuan Muda ada di mansion. Mari saya antar anda ke kamar anda."
Sehun mengangguk gugup, membiarkan pelayan itu mengambil kopernya, sejenak Sehun merasa malu karena koper bututnya tampak tidak pantas berada di dalam mansion semewah ini. Tetapi pelayan laki-laki itu tampaknya tidak memperhatikannya. Dengan ragu Sehun mengikuti pelayan itu melangkah menaiki tangga lingkar dengan pegangan keemasan yang berkilau menuju lantai dua.
"Ini kamar anda, semoga anda betah di sini." pelayan itu membukakan sebuah pintu besar dan mempersilahkan Sehun masuk.
Sehun masuk, lalu terpesona. Astaga. Luas kamar ini mungkin sama dengan luar mansion kecil yang dia tinggali bersama ayahnya dulu, bahkan mungkin lebih besar. Interiornya mewah, bergaya Eropa dengan nuansa keemasan. Karpet yang melingkupi seluruh lantainya juga begitu tebal, sampai-sampai Sehun merasa malu karena sepatu jeleknya tampak tidak pantas untuk menginjak karpet kamar itu.
"Silahkan anda beristirahat dulu, kalau anda butuh sesuatu tinggal tekan intercom di samping ranjang, kami akan menyediakannya. Oh ya, nanti malam silahkan turun ke bawah untuk makan malam, Nyoya Park ingin bercakap-cakap dengan anda nanti."
Sehun mengangguk, dan pelayan itu melangkah pergi setelah meletakkan koper Sehun di kamar, meninggalkan Sehun sendirian, berdiri ditengah ranjang dan terpana, seolah-olah sedang berada di negeri dongeng. Suara pintu terbuka mengagetkan Sehun dari lamunannya, dia menoleh ke pintu dan terpana. Sosok yang berdiri di depannya adalah sosok yang paling tampan yang pernah Sehun lihat. Lelaki itu bersandar di pintu kamarnya yang sudah ditutup dan menatap Sehun dengan pandangan penuh penghinaan.
"Kuharap kau nyaman di kamar ini," suara yang keluar begitu dingin, dan tanpa sadar Sehun memundurlan langkah menjauh.
"Kau… Kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa permisi?"
Chanyeol mengangkat alisnya jengkel, "Kenapa aku harus meminta permisi kepadamu? Ini mansionku."
Sehun tertegun, jadi inilah dia, Park Chanyeol, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Park yang terkenal itu. Sehun sering mendengar namanya disebut-sebut di berita atau di tabloid-tabloid. Park Chanyeol putera mahkota kerajaan bisnis Park yang berkepribadian buruk dan sering bertengkar dengan wartawan. Sehun dulunya tidak pernah tertarik dengan berita-berita itu, dia terlalu sibuk belajar di pagi hari dan kerja sambilan di malam harinya, tetapi satu yang pasti. Park Chanyeol yang asli jelas lebih tampan dari apa yang ditayangkan di televisi atau di tabloid-tabloid.
"Aku kesini untuk memperingatkanmu." Chanyeol melemparkan pandangan mencemooh kepada Sehun, "Kau pasti merasa beruntung sekali karena mamaku mengizinkanmu tinggal di mansion kami. Tapi kau jangan terlalu berbesar hati, aku akan menendangmu langsung dari mansion ini segera setelah kau lulus sekolah nanti, karena tempat yang pantas untukmu bukanlah di mansion ini, tetapi di tempat kumuh, bersama para gelandangan sejenismu!" Chanyeol mengernyit menatap Sehun, lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi meninggalkan kamar Sehun, dengan pintu berdebam di belakangnya.
-oOo-
"Sepertinya kalian sangat rukun," Suho tertawa geli ketika dia dan Chanyeol berpapasan dengan Sehun di lorong mansion, lalu Sehun hanya menganggukkan kepalanya dan bergegas menjauh, sementara Chanyeol hanya menatap dengan pandangan dingin.
Chanyeol melemparkan pandangan marah kepada Suho, "Jangan bercanda, aku benar-benar terganggu dengan kehadirannya di mansion ini."
"Tapi kau tidak berbuat apa-apa untuk mengusirnya dari sini."
"Hmmm…" Chanyeol tampak berpikir, "Jangan salah, aku sedang membuat sebuah rencana."
"Rencana apa?" Suho menatap Chanyeol dengan pandangan tertarik.
"Rencana yang bisa membuat mama mengusirnya dari mansion ini."
-oOo-
Mansion itu heboh, ketika di pagi harinya Nyonya Park berteriak marah karena salah satu kalung rubi favoritnya hilang. Kalung itu adalah benda yang berharga, selainkarena harganya yang tak ternilai, kalung itu adalah kalung warisan yang diturunkan secara turun temurun kepada pengantin keluarga Park. Seluruh isi mansion begitu heboh, seluruh pelayan ribut mencari kalung itu, dan ketika tak juga ditemukan, mereka mulai saling menuduh.
"Dulu tidak pernah ada barang yang hilang di mansion ini."
"Iya dulu mansion ini sangat aman."
"Atau jangan-jangan karena anak itu? Kau pernah lihat kan? Anak angkat Nyonya Park yang ditempatkan di lantai dua itu, kemarin dia datang dan kalung Nyonya hilang, sungguh suatu kebetulan."
"Betul juga, sebelum kedatangan anak itu, mansion ini tidak pernah terdengar ada kejadian pencurian apapun." Chanyeol kebetulan lewat dan mendengar percakapan para pelayan yang saling berbisik-bisik itu. Dia tersenyum. Bagus. Bara sudah dinyalakan, tinggal menunggu angin menghembus supaya apinya membakar Sehun. Dengan langkah tenang Chanyeol melangkah memasuki ruang kerja mamanya yang kebetulan sedang ada di rumah.
"Aku dengar kalung mama hilang," Chanyeol langsung menyapa dan duduk di kursi, di seberang meja kerja mamanya.
Nyonya Park mengangkat kepalanya dari berkas dihadapannya dan mengerutkan alisnya, "Benar-benar kecerobohan luar biasa, kalung itu warisan turun temurun keluarga Park , kalau para pelayan itu tidak bisa menemukannya, mama akan memecat mereka semua."
"Mama sudah lapor polisi?"
"Belum," Nyonya Park bersedekap, "Mama ingin para pelayan mencarinya dulu, kalau sampai malam mereka tidak bisa menemukannya, mama akan menghubungi polisi."
Chanyeol mengangkat bahunya, "Bukankah ini suatu kebetulan?"
"Kebetulan apa?"
"Bahwa kalung mama hilang setelah anak gelandangan itu masuk ke rumah ini."
"Park Chanyeol! Jaga bicaramu." suara Nyonya Park meninggi, "Kau tidak tahu apa yang kau tuduhkan. Sehun adalah anak baik di sekolah, dan dia jenius dengan nilai tertinggi, bagaimana mungkin kau mencurigainya mengambil kalung itu?"
"Aku tidak mencurigainya, aku hanya berpikir bahwa itu suatu kebetulan." Chanyeol menatap mamanya dengan penuh perhitungan, "Kalung itu tidak ketemu sampai sekarang, dan kamar anak gelandangan itu adalah satu-satunya tempat yang belum diperiksa pelayan, tidak ada ruginya kan mama memeriksa kamar anak itu?"
Nyonya Park termenung mendengar perkataan anak tunggalnya itu. Benar juga, tidak ada ruginya kan kalau dia memerintahkan pelayannya memeriksa kamar Sehun?
-oOo-
Sehun sedang belajar dan mencoba memecahkan soal aritmetika yang rumit ketika pintu kamarnya terbuka dan beberapa pelayan masuk, diikuti Nyonya Park sendiri dan Chanyeol yang menatapnya dengan sinar kebencian yang aneh di belakangnya.
"Nyonya Park?" Sehun langsung berdiri dari kursi belajarnya.
Nyonya Park hanya menatapnya datar, "Kau tidak keluar ya seharian ini?"
"Iya Nyonya Park, sepulang sekolah saya langsung belajar di kamar." Sehun menatap wajah-wajah yang menatapnya itu dengan bingung. Ada apa? Kenapa semua orang menatapnya dengan aneh.
Nyonya Park berdeham sebentar dan menggumam, "Kalau begitu kau mungkin belum dengar, kalung rubiku hilang entah kemana pagi tadi, dan seluruh penjuru rumah sudah dicari, tinggal kamar ini yang belum."
Tiba-tiba pandangan Nyonya Park tampak malu, "Maafkan aku Sehun, mungkin kami terpaksa memeriksa kamarmu, aku harap kami tidak akan menemukan kalung itu disini."
Wajah Sehun pucat pasi antara perasaan terhina dan sedih. Kalung Nyonya Park hilang, dan dia sebagai pendatang yang datang dari kelas miskin, harus menghadapipenghinaan karena dicurigai. Dengan pedih Sehun mengangkat dagunya, "Silahkan periksa kamar ini."
Ketika para pelayan bergerak memeriksa seluruh bagian kamar, Sehun sungguh yakin bahwa mereka tidak akan menemukan apapapun di kamar ini. Sehun sungguh tidak mengambil kalung rubi itu, bahkan dia tidak terpikirkan sama sekali akan bentuk kalung rubi itu.
Tetapi kemudian, seorang pelayan membuka laci pakaian Sehun dan terkesiap. Semua menoleh ke arah suara itu dan tertegun. Di laci baju itu, dibawah pakaian-pakaian Keyna, ada kalung rubi itu tergeletak di sana.
Wajah Nyonya Park berubah-ubah antara kekecewaan dan kemarahan, "Aku sudah berbuat baik kepadamu, aku tidak menyangka kau melakukan perbuatan yang begitu tidak terpuji."
Sehun pucat pasi, sungguh tidak menyangka kenapa kalung itu ada di sana, dia sungguh tidak tahu. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Kemudian dia menangkap sinar kemenangan dan seringai menghina sekilas dari Chanyeol dan dia sadar. Lelaki itu pernah mengancam akan mendepaknya keluar dari mansion ini.
Sehun sangat yakin ini adalah pekerjaan Chanyeol untuk memfitnahnya. "Nyonya… Saya sungguh-sungguh tidak mengambil kalung itu." suara Sehun bergetar karena semua pelayan dan Nyonya Park menatapnya dengan menuduh, "Saya tidak tahu bagaimana bisa kalung itu berada di sana."
"Apa kau pikir kalung itu bisa jalan sendiri?" gumam Chanyeol dengan pandangan menghina.
Nyonya Park menghela nafas panjang. "Kita bicarakan ini nanti, Sehun, kau ikut ke ruanganku, aku harus mengevalusi kebijakanku memberikan bantuan kepadamu, kau sungguh-sungguh mengecewakanku!" dengan marah Nyonya Park membalikkan badannya dan pergi, para pelayan langsung mengikutinya.
Sementara itu Chanyeol tetap tinggal di sana, bersedekap dan menatap Sehun dengan santai, "Well sepertinya kau akanlebih cepat didepak dari sini, tidak perlu menunggu sampai kau lulus sekolah," gumamnya mengejek.
Mata Sehun berkaca-kaca antara perasaan malu dan marah luar biasa, "Kau sungguh jahat!" desisnya penuh emosi. Tanpa perasaan Chanyeol terkekeh dan kemudian matanya berubah kejam ketika melangkah mendekati Sehun, membuat Sehun memundurkan langkahnya setengah takut.
Chanyeol terus mendekat sampai Sehun terjebak di tembok, "Tempatmu bukan di sini, tempatmu di sana di tempat kumuh bersama para gelandangan, aku sudah pernah bilang kan? Jadi jangan bermimpi kau bisa tinggal dan menikmati kemewahan di mansion ini." tatapan Chanyeol tiba-tiba tertarik ke kilatan cahaya dari dada Sehun, matanya beralih dan menemukan kalung perak yang sangat bagus di sana.
"Kalung apa itu?" tangannya meraih kalung itu dan Sehun dengan defensif berusaha melindungi kalung peninggalan ayahnya, tetapi Sehun memaksa sehingga rantai kalung itu lepas, dan Sehun merenggut kalung itu dalam genggaman tangannya.
Chanyeol menatap kalung itu, lalu dengan jahat mengantonginya, "Sepertinya kalung itu sangat berharga ya? Aku akan mengambilnya, sebagai hukuman karena kau mencuri kalung ibuku."
"Aku tidak mencuri kalung itu, aku tahu kau yang memfitnahku!" Sehun berteriak, berusaha mengejar Chanyeol, "Kembalikan kalungku!"
"Tidak, aku memutuskan akan memilikinya," dengan kejam Chanyeol membalikkan langkah dan meninggalkan Sehun yang menangis di belakangnya.
-oOo-
Sore sudah beranjak malam ketika Sehun turun dari bis. Dia diusir dari mansion itu karena di tuduh mencuri, dan Nyonya Park mengatakan akan mencabut semua bantuannya kepada Sehun, serta Sehun harus berterima kasih kepadanya karena Nyonya Park memutuskan tidak akan melaporkan Sehun kepada polisi, karena kalau tidak, Sehun akan dipenjara. Sekarang Sehun berdiri di dekat kompleks rumah kumuh, rumahnya yang dulu. Dan bingung harus berbuat apa.
Dia tidak punya rumah karena rumahnya bersama ayahnya dulu sudah disita, dan dia tidak punya siapa-siapa. Dan… Perutnya lapar, tapi dia juga tidak punya uang, yang dia bawa ketika
keluar dari mansion Nyonya Park hanyalah pakaian pakaiannya.
Sambil menekan perutnya yang mulai terasa perih, Sehun melangkah ke emperan sebuah toko yang sudah tutup. Dan duduk di sana. Seperti melengkapi kepedihannya, hujan turun dengan derasnya, meniupkan hawa dingin dan cipratan air yang mulai membasahinya, emperan toko itu ternyata tidak
cukup melindunginya.
Lapar dan sakit hati, Sehun teringat akan ayahnya dan menangis. Diingatnya ketika ayahnya pulang sambil membawa jatah makan siang di proyek bangunannya untuk Sehun, ayahnya berpuasa tidak makan siang supaya bisa membagi jatah makan siangnya dengan Sehun, mereka lalu makan sepiring berdua, meskipun hanya makanan sederhana, tetapi karena dimakan dengan penuh rasa syukur dan bahagia, terasa begitu nikmat.
Ayahnya adalah sosok malaikat dalam hidup Sehun, meskipun mereka tidak beruntung dalam hal keuangan, tetapi mereka berbahagia dalam kesederhanaan, bisa memiliki satu sama lain. Sehun selalu mengingat pesan ayahnya supaya dia selalu menjaga hatinya.
"Kita ini orang miskin Sehun, tetapi jangan sampai kita juga miskin hati. Isilah hatimu dengan kebaikan, maka kau akan menjadi orang kaya di hadapan Tuhan."
Dan sekarang ayahnya sudah tiada. Kecelakaan di tempat kerja, ayahnya tertimpa batu ketika sedang mengopernya ke atas, ayahnya berkerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek pembangunan apartment, dan ayahnya meninggal seketika. Di tengah hujan deras ini, hati Sehun hancur mengingat ayahnya, dan kalung liontin kenangan ayahnya sudah direnggut oleh Chanyeol yang jahat itu. Air mata Sehun mengalir deras. Rasanya lebih baik dia mati saja.
-oOo-
"Mama masih kecewa dengan Sehun, mama tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu." Nyonya Park mendesah sedih sambil menatap makan malamnya, hujan deras turun di luar, dan dia hanya berdua dengan Chanyeol di meja makan yang besar itu. Tuan Park sedang dalam perjalanan
bisnisnya di luar negeri.
Chanyeol mendengus kesal, "Yah, mama seharusnya tahu, orang miskin biasanya memang tergoda menjadi pencuri ketika mereka dihadapkan pada barang-barang berharga."
Nyonya Park menggelengkan kepalanya, "Dulunya mama berpikir Sehun akan berbeda," Nyonya Park mendesah, "Kau tahu, kita berhutang budi kepadanya."
Hutang Budi? Chanyeol mengernyit Nyonya Park menatap Chanyeol dan tersenyum lembut, "Kau masih kecil waktu itu, mungkin kau lupa." Nyonya Park mulai bercerita, "Dulu ada seorang pemain biola terkenal, namanya Kris, dia berasal dari keluarga miskin, tidak mengenal sekolah, tetapi sangat berbakat, dia sahabat papamu."
Chanyeol tidak mengingatnya, tetapi entah kenapa ada dorongan samar-samar ingatan di benaknya. "Suatu hari, ada penculik, kau waktu itu sedang berumur 5 tahun, kau bermain-main sendirian di lorong kantor papamu. Di saat yang sama, Kris sedang mengunjungi papamu untuk persiapan kunjungannya ke Austria, dia menerima kontrak kerja untuk tampil di konser-konser besar di seluruh dunia, masa depannya sangat cerah."
Tatapan mata Nyonya Park menerawang, mengenang masa lalu, "Dan dia menemukan penculik itu sedang berusaha menculikmu, penculik itu sudah menyekap dan membawamu, tetapi Robert mencegahnya…"
Nyonya Park menghela nafas panjang. "Penculik itu membawa pisau…dan melukai Kris… Tetapi dia berhasil menyelamatkanmu, petugas keamanan datang dan penculik itu ditangkap, kau selamat, kembali dalam pelukan kami."
"Dimana Kris sekarang ma?" Davin mengernyit, dia tidak pernah mendengar pemain biola terkenal bernama Kris sampai sekarang. Kalau dia memang berbakat dan bermasa depan saat itu, pasti sekarang dia sudah di elu-elukan dan terkenal sampai penjuru dunia.
Nyonya Park menyusut air matanya, "Kris… Penculik itu mencabik tangan kirinya dengan pisau, dan mengenai saraf yang paling penting, luka itu membuat Kris tidak akan pernah bisa bermain biola seumur hidupnya. Karirnya hancur dan seluruh masa depannya hancur, papamu sebenarnya berusaha menolongnya, tetapi dia menolak semua bantuan dari papamu, dia menghilang." Nyonya Park menatap Chanyeol sendu, "Dua puluh tahun kemudian, tanpa sengaja aku bertemu dengan Sehun dan melihat kemiripannya dengan Kris…"
"Apakah maksud mama…?" wajah Chanyeol memucat ketika berhasil menarik kesimpulan.
"Ya Chanyeol, Sehun adalah anak perempuan Kris, dan kita punya hutang budi yang begitu besar kepada keluarga mereka, karena menyelamatkanmulah Kris kehilangan masa depannya, membuatnya dan anak perempuannya hidup miskin selama ini." Tiba-tiba tatapan mata Nyonya Park berubah tajam, "Mama tahu bukan Sehun yang mencuri kalung mama."
Wajah Chanyeol yang sudah pucat mendengar informasi itu semakin memucat, "Apa?"
"Kau yang melakukannya." Nyonya Park menatap tajam, "Mama tahu Sehun tidak akan berbuat begitu, dia terlalu jujur dan polos untuk mencuri."
"Kalau begitu kenapa mama mengusirnya dari mansion ini?" suara Chanyeol berubah cemas. Dia telah salah paham selama ini, dia telah membuat Sehun terusir dari rumah ini, karena pandangan jahatnya pada kemiskinan Sehun. Padahal semua penderitaan yang menimpa Sehun, semuanya berakar kepadanya! Karena ayah Sehun berusaha menyelamatkannya!
"Mama ingin kau belajar dari kesalahanmu, supaya kau tidak gegabah bertindak, dan menilai orang dari kaya dan miskinnya…Chanyeol, mau kemana kau."
Chanyeol bahkan tidak menoleh ketika tergesa meninggalkan ruangan, "Aku akan mencariSehun!" Dan Nyonya Park duduk di ruang makan itu, melap bibirnya dengan elegan dan tersenyum, Chanyeol rupanya telah belajar menjadi dewasa.
-oOo-
Chanyeol mengumpat-umpat sepanjang perjalanan, hujanderas ini menghalangi perjalanannya mencari Sehun ke daerah perumahan kumuh, tempat rumah Sehun dulu berada, Chanyeol tahu alamat ini dari mamanya. Ketika sampai, Chanyeol makin frustrasi, karena lokasi perumahan kumuh itu sangat jelek, dan penuh dengan gang sempit yang saling berdesak-desakan, dan tidak bisa dimasuki mobil. Dengan marah Chanyeol keluar dari mobilnya, membiarkan tubuhnya diterpa hujan, lalu berdiri mengitarkan pandangan ke sekeliling. Bagaimana dia bisa menemukan Sehun di sini? Bagaimana dia bisa menemukan alamat lama rumah Sehun?
Chanyeol yakin Sehun pasti kembali ke sini, dia tidak punya siapa-siapa, bekas rumahnya bersama ayahnya dulu pasti menjadi tujuan utamanya. Sejenak rasa cemas dan bersalah menyesaki dadanya. Tuhan, kalau sampai Sehun kenapa-kenapa, maka Chanyeol akan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya.
Matanya menyipit ketika menemukan sesuatu yang bergerak-gerak di emperan toko di sudut sana, dengan penuh harapan, Chanyeol berlari menembus hujan ke sana. Di temukannya Sehun sedang duduk meringkuk kedinginan di emperan toko itu, bekas-bekas air mata ada di pipinya.
Semula Sehun tidak mengenali lelaki yang tiba-tiba berdiri menjulang di depannya, seolah muncul begitu saja dari tirai hujan, tetapi begitu mengenali bahwa lelaki itu adalah Chanyeol, tatapannya berubah waspada.
"Kenapa kau kemari?"
Chanyeol langsung berlutut sampai kepala mereka hampir sejajar, "Maafkan aku."
Sehun mengernyit, "Apa?"
"Aku sungguh menyesal, maafkan aku, kuharap kau mau pulang kembali ke mansion bersamaku."
Pulang ke mansion? Untuk kemudian disiksa oleh Chanyeol kembali dengan kebenciannya? Tidak!
"Tidak! Aku tidak mau!" wajah Sehun berubah keras kepala, "Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang-orang kaya seperti kalian, aku akan mencari pekerjaan sambilan dan rumah sementara besok, kau… Kau tidak akan pernah bisa menyakiti dan menghina orang-orang miskin seperti aku lagi!"
Hati Chanyeol terasa dirobek oleh perkataan Sehun yang penuh kepedihan itu, "Sehun, aku minta maaf." bisiknya lembut, "Aku telah salah paham selama ini, Mama sudah menjelaskan semuanya kepadaku, dan aku menyesal, ini…" Chanyeol mengeluarkan liontin Sehun dari tangannya, "Ini liontinmu, aku lihat ada foto ayahmu di sana, ini pasti sangat berharga untukmu, kukembalikan kepadamu," dengan tak kalah lembut Chanyeol menggenggamkan liontin itu di jemari Sehun.
Sehun langsung menerima kalung itu dan menggenggamnya erat-erat. Oh Terima kasih Tuhan! Kalung itu akhirnya kembali kepadanya.
Tetapi dia tetap menatap Chanyeol dengan waspada, "Ke…kenapa kau berubah pikiran secepat itu?" pikiran buruk berkecamuk di benak Sehun, apakah Chanyeol punya rencana jahat yang lain untuknya.
"Sehun, percayalah, aku sungguh menyesal, kumohon kau ikut aku pulang kembali ke mansion, akan aku ceritakan semuanya, aku bersumpah akan memperlakukanmu dengan baik sekarang." Chanyeol mulai frustrasi, berusaha meyakinkan Sehun.
"Kalau begitu… Kau tidak akan berbuat jahat kepadaku lagi?"
"Aku berjanji, kau bisa pegang kata-kataku."
Sehun menghela nafas panjang. "Aku… Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan keluarga kalian."
"Aku tidak akan mengizinkanmu melakukannya!" suara Chanyeol meninggi, "Kumohon Sehun, apakah kau ingin menyiksaku dalam penyesalan? Kumohon ikutlah pulang ke mansion bersamaku, izinkan aku membalas budi dan menebus kesalahanku." Sehun termenung. "Kumohon Sehun." Nada frustrasi mulai mewarnai suara Chanyeol, lelaki itu tampak benar-benar tersiksa.
Ahkirnya Sehun menganggukkan kepalanya yang langsung disambut dengan desahan lega Chanyeol, lelaki itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya di kepala Sehun.
"Tapi kau akan basah…"
"Tidak apa-apa, aku lebih kuat daripada kau," dengan lembut Chanyeol menghela Sehun dan mereka berlari menembus hujan masuk ke mobil.
Aku akan memperlakukanmu dengan baik Sehun. Mungkin aku tidak bisa mengucapkan terima kasih secara langsung kepada ayahmu, tetapi ayahmu akan tenang di sana, karena kau ada dalam penjagaanku. Janji Chanyeol dalam hati.
-oOo-
"Bukan begitu caranya." Chanyeol mengerutkan alis, dan dengan tidak sabar meraih tangan Sehun lalu memposisikan jemari Sehun dengan benar memegang garpu dan pisau itu, "Begini cara memegangnya, kalau kau salah memegang. Tuan dan Nyonya besar yang terhormat itu akan menyadarinya dan mempermalukanmu."
"Aku tidak akan mempermalukan Sehun, meskipun aku termasuk di golongan Nyonya besar yang kau maksud Chanyeol." Nyonya Park yang sedang duduk membaca di sudut ruangan menyeletuk, sedari tadi dia hanya duduk di sana, geli memperhatikan Chanyeol yang dengan tidak sabaran mengajari Sehun tata cara makan resmi di jamuan makan malam terhormat.
Chanyeol menoleh ke arah mamanya dan mengerutkan kening, "Mama mungkin tidak akan melakukannya. Tetapi teman-teman mama akan berbisik-bisik dengan hidung mereka yang angkuh dan memuakkan." Lelaki itu lalu menatap Sehun lagi, "Coba pegang garpu itu dengan lebih elegan, Sehun!"
Chanyeol tampak tidak sabaran, pemarah dan kaku sedangkan Sehun lebih tampak ketakutan dengan sikap Chanyeol. Nyonya Park tersenyum, anak laki-lakinya ini memang terbiasa bersikap kasar, bahkan meskipun tujuannya baik, Chanyeol tetap membungkusnya dengan sikap kasar. Semoga saja Sehun menyadari dan terbiasa dengan sikap Chanyeol.
Chanyeol sudah membuatnya terkejut dengan bersikap baik kepada Sehun selama ini, meskipun masih kaku dan kadang sinis, anak lelakinya itu tampak sudah menerima kehadiran Sehun sebagai bagian dari mansion ini. Dari malam itu, sejak Sehun menjemput Sehun dengan penuh tekad pada malam berhujan itu, anak lelakinya benar-benar memegang teguh pendiriannya bahwa dia akan menjaga Sehun dan menjadi kakak yang baik.
Meskipun mereka berdua tampak begitu serasi lebih daripada kakak dan adik. Ditatapnya Chanyeol yang begitu tampan, berdiri dan menggenggam jemari Sehun mengatur cara jemari Sehun menggenggam dengan baik, kemudian ditatapnya Sehun yang begitu cantik dibalik penampilan rapuhnya yang menyimpan kekuatan tersembunyi itu. Mereka begitu cocok bersama, Nyonya Park membatin, lalu tersenyum sendiri. Mungkin kalau tentang hal itu, lebih baik diserahkan kepada yang muda-muda saja untuk memutuskan.
.
.
.
END/TBC
Haiiii aku balik lagi dengan FF Remake (lagi) dari novel Kak Shanty Agatha (lagi). Aku tau ini udah ada yang remake juga namun dengan cast yang berbeda. Karena aku sukanya Sehun ya jadi aku buat Sehun sebagai ukenya.
Aku kasih rahasia yaa. Kalian ga akan menemuka cast lain di ff aku. Karena aku akan menaruh Sehun sebagai ukenya wkwk
SO...jika ingin ini dilanjut silahkan tulis di REVIEW yaaa. Hmm ±20 review udah cukup kok biar bisa lanjutin ff remake ini
RnR
