About Love

Genre : Romance, Angst

Pairing : Gray x Erza

Disclimer : Fairy Tail bukan punya saya…

Rate : T

A/N : Oke… Setelah sekian lama hiatus dari dunia perfictionan, akhirnya saya kembali. Tadinya cerita ini mau dibikin one-shot, cuman ternyata kepanjangan… Jadinya nanti saya bagi jadi sekitar 3-4 chapter deh~ XD Enjoy!

Erza's POV

"Aku tidak mengerti apa itu cinta."

"Aku tidak tahu apa itu cinta."

"Aku…"

"Erza-chan!" Seru seseorang. Aku tersadar dari lamunanku dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Lucy.

"Lucy. Ada apa?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Kau lihat Natsu? Aku tidak melihatnya seharian ini…" Kata Lucy. Aku mengerutkan dahi.

"Tumben. Biasanya kau bersama dengannya sepanjang waktu…" Jawabku. Lucy diam sebentar, lalu mengulang pertanyaannya.

"Bagaimana? Apa kau melihatnya?" Tanyanya. Aku menggeleng.

"Maaf, Lucy-san, tapi aku belum melihatnya seharian ini..." Jawabku. Lucy tampak kecewa.

"Ooh… Begitu ya…" Gumamnya. Untuk sesaat wajahnya terlihat sedih. Namun ia kembali tersenyum.

"Terima kasih ya, Erza-chan! Jangan terlalu murung ya~" Katanya.

"Iya…Eh?" Kataku kaget. Sejak kapan ia tahu aku punya masalah?

"Dadah~!" Seru Lucy. Lalu ia berbalik dan berjalan kembali ke arah pintu guild.

Aku menghela napas.

Masalah? `Ini` bukan masalah. Ini sama sekali bukan masalah. Aku hanya sedang melamun, itu saja. Itu saja…

Namun…

Apa benar ini bukan sebuah masalah bagiku? Atau aku hanya menipu diri?

"Aah! Sudahlah…"

"Sudahlah apa?" Tanya seseorang. Aku terlonjak kaget.

"G, Gray!" Seruku kesal. Ia menatapku.

"Ada apa Erza? Tumben. Biasanya kau akan menyadari kehadiranku…" Tanyanya heran. Aku mendengus kesal.

"Itu bukan urusanmu, kan?" Kataku. Ia menatapku, kali ini lebih tajam.

"Erza, katakan padaku sebenarnya ada apa. Sudah berhari-hari kau seperti ini! Ada apa sebenarnya?" Kata Gray dengan nada memaksa. Aku memalingkan muka, lalu menjawabnya dengan nada dingin.

"Sudah kubilang, Gray, itu bukan urusanmu." Jawabku.

"….Hmph. Baiklah. Kalau kau tidak mau jujur padaku, tidak apa-apa." Kata Gray. Lalu kudengar suara langkah kaki menjauhiku. Gray pergi.

Aku kembali menghela napas.

Mengapa aku tidak bisa menatap mata Gray? Apa-apaan ini?

Lalu, soal itu… `Cinta`…

Aku tidak mengerti cinta. Mungkin lebih tepat kalau aku tidak lagi mengerti apa itu cinta. Tidak setelah Gerard…

"Hentikan pikiran itu, Erza… Hentikan saja.." Batinku. Rasanya hatiku sakit…

Aku menopang dahiku dengan tangan dan menatap keluar jendela. Langit senja berwarna kemerahan terlihat jelas. Warna merah yang sama dengan rambutku.

"Scarlett…" Gumamku tanpa sadar. Ingatanku melayang ke hari dimana Gerard masih bersamaku dan yang lainnya.,,

Aku mengingat semuanya.

Saat ia memberiku nama Scarlett…

Aku menatap langit kemerahan itu dengan sendur. Aku terus memikirkan Gerard tiap kali melihat langit kemerahan itu, maupun rambut merah panjangku.

"Aku tidak boleh begini terus…" Gumamku.

Aku bangun dari bangkuku dan berlari keluar guild.

"Erza-chan, mau kemana?" Tanya master. Aku masih berlari saat menjawabnya.

"Aku mau ke kota!" Seruku, dan terus berlari.

"Tapi-"

Kata-kata master selanjutnya tidak dapat kudengar. Aku sudah terlanjur keluar dari guild dan terus berlari ke kota.

Kurasakan angin menerpaku, membuat rambut merahku berkibar. Aku terus berlari, dan berlari…

Matahari hampir tenggelam sepenuhnya saat aku sampai di pusat kota. Lampu-lampu sudah dinyalakan, membuat seluruh kota gemerlap akan cahaya.

Pusat kota tampak ramai. Sepertinya ada sebuah perayaan. Semua orang tampaknya berada di pusat kota. Bahkan Mira dan Lucy ada disini, bersama dengan madoushi lainnya. Gray ada di stand buah disebelah sana. Tapi, aku tidak melihat Natsu disini.

Aku baru akan pergi saat Mira dan Lucy menyapaku.

"Erza-chan! Akhirnya kau datang juga!" Seru Lucy.

"Hah?" Tanyaku bingung. Mira menjawab sambil tersenyum senang.

"Perayaan ulang tahun kota! Master telah mengatakannya kemarin kan? Kami kira, kau tidak akan datang~" Kata Mira.

"Aku tidak… Aku…"

"Selamat bersenang-senang, Erza-chan! Cerialah!" Kata Lucy. Lalu ia dan Mira pergi ke tempat Gray. Aku menatap mereka semua.

"Ceria..ya?" Gumamku. Aku tersenyum kecil.

Keadaannya benar-benar bising disini. Aku butuh tempat tenang…

Aku menoleh ke sekitarku. Kulihat sebuah bukit tak jauh dari sini. Bukit itu tempat aku dan yang lainnya bermain saat kami masih kecil. Bahkan sampai sekarang pun, beberapa dari kami masih sering kesana.

Lagipula, suara di pusat kota tidak akan mencapai bukit itu. Berarti bukit itu sunyi.

Aku tersenyum kecil, dan kembali berlari, kali ini menuju bukit itu.

Suara bising perlahan-lahan mengecil selama aku berlari.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku sampai di bukit itu. Bintang sudah terlihat jelas saat aku sampai. Suasananya memang sepi seperti dugaanku. Udara yang sejuk mengalir ringan.

Sempurna.

Aku duduk di samping pohon yang biasa dipanjat Natsu dan yang lainnya dulu. Kusandarkan kepalaku pada batangnya yang kokoh.

Kota terlihat indah dan menabjubkan dari sini, begitu juga dengan jutaan bintang yang bergemerlap di langit. Cahaya bulan bersinar lembut.

"Indahnya.." Gumamku.

"Ya… Aku suka tempat ini karena keindahannya, Erza!" Kata seseorang. Aku tahu suara itu. Itu…

"Nat..su?" Tanyaku ragu-ragu.

"Yep! Sedang apa kau disini?" Tanyanya. Aku menoleh ke sekitarku.

"Kau dimana?" Tanyaku. Natsu menjawab.

"Di atas sini…" Katanya. Aku mendongak. Ia sedang duduk di salah satu dahan pohon yang kusandari. Ia lalu meloncat turun dan duduk disampingku.

"Jadi, Erza… Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak di kota?" Tanya Natsu. Aku menatapnya.

"Kau sendiri? Bukannya kau semestinya bersama Lucy?" Tanyaku balik. Ia mengangkat bahu.

"Aku… Sedang ada pikiran." Jawabnya. Aku mengangkat alis.

"Ia mencarimu seharian ini, tahu. Kemana saja kau? Happy mana?" Tanyaku.

"Hei, Erza, satu-satu dong. Happy di kota bersama Lucy dan yang lainnya. Aku disini dari tadi kok." Jawab Natsu.

Aku meggelengkan kepala tidak percaya.

"Kenapa kau ini?" Tanyaku. "Ia sudah mencarimu seharian. Kenapa kau menghindarinya?"

"Jangan aku duluan dong. Bagaimana dengan kau? Mengapa kau tidak di kota?" Tanya Natsu sambil menatapku.

"Yah… Aku—"

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu ya?" Tanya Natsu memutus perkataanku. Aku mengangguk kecil.

"Sudah kuduga.." Gumamnya. Aku diam saja. Sejak kapan ia berubah menjadi seperti ini? Ia lebih… Dewasa?

BWOSH.

Sekerlip api muncul dari tangan Natsu. Ia mengambil beberapa ranting kayu, lalu menyusunnya, membentuk susunan kayu untuk api unggun. Lalu dengan api tadi ia membakar kayu-kayu tersebut, menghasilkan api unggun kecil dengan cahaya lembut.

Aku menatapnya. Ia menatapku balik, dahinya berkerut.

"Kenapa?" Tanyanya. Aku menyelipkan rambutku ke telinga. Aku mendongak, menatap bintang-bintang.

"Entahlah, Natsu. Akhir-akhir ini aku aneh…" Gumamku pelan.

Natsu hanya diam. Ia lalu ikut menatap bintang.

"Aku terus memikirkan hal ini… Natsu, kau pernah mengalami hal seperti ini?" Tanyaku. Ia menoleh.

"Hal apa?" Tanyanya. Aku membuka mulutku, berusaha menjawab pertanyaannya.

"Yah… Itu…"

"Ya?"

"…..Tidak jadi deh." Kataku, menyerah. Susah…

"Tidak apa-apa kalau kau belum bisa bilang, Erza..." Katanya. Lalu ia memandang jauh ke kota. Pandangannya, entah mengapa, agak sedih.

Aku hanya diam. Ia benar-benar berubah…

Gray juga… Ia lebih perhatian sekarang.

Lucy juga… Ia lebih tegar dari yang dulu.

Mengapa hanya aku yang tidak berubah?

Aku menulis secara asal di rerumputan. Semua ini memusingkan saja…

"E, Erza?" Panggil Natsu tiba-tiba. Aku menoleh.

"Ya? Ada apa?" Sahutku. Ia diam sebentar.

"Menurutmu… Apa Lucy bahagia?" Tanyanya gugup. Aku mengerutkan dahiku, entah kesekian kalinya dalam hari ini.

"Maksudmu?" Tanyaku bingung. Ia bermain-main dengan apinya sekarang.

"Yah.. Apa menurutmu Lucy bahagia bersamaku?" Tanya Natsu, suaranya memelan. Aku menatapnya.

"Tentu saja dia bahagia. Kau kan pacarnya. Berarti dia mau dan senang bersamamu dong?" Tanyaku balik. Natsu mengangguk.

"Ya, aku tahu itu…" Katanya pelan. Lalu ia menatap api unggun itu dengan murung.

"Lalu? Mengapa kau berpikir Lucy tidak bahagia?" Tanyaku. Natsu menghela napas panjang.

"Akhir-akhir ini aku sering mendapat misi yang berbahaya. Kau ikut di beberapanya kan?" Tanya Natsu. Aku mengangguk.

Ia lalu melanjutkan ceritanya.

"Yah.. Kau ingat misi kita yang terakhir?" Tanya Natsu lagi. Aku kembali mengangguk. Misi itu memang berbahaya.

"Ya. Saat kita pergi bertiga dengan Gray kan?" Tanyaku memastikan. Natsu mengangguk.

"Nah… Sebenarnya Lucy juga mau ikut." Kata Natsu. Aku mengangkat alis.

"Lalu? Kenapa dia tidak bersama kita?"

Hening.

Hanya terdengar suara semilir angin yang dingin.

Natsu membuka mulutnya.

"Karena aku melarangnya…."

.

.

.

-TBC-

Okeh! XD

Yah, setelah sebegitu lama bikin fic ini, akhirnya chapter 1 pun jadi.

Di fic ini, Natsu saya bikin jadi dewasa dan tenang, berkebalikan banget sama karakter aslinya. Pada awalnya, saya mau bikin karakternya semirip mungkin sama yang asli. Cuman ternyata malah jadi begini karakter Natsu-nya…

Chapter 2-nya sebentar lagi~!

No Flame please! XD

_Kuro-Rena_