A/N: After so long Hiatus, saya kembali dengan remake dari For Glory of Humanity. Pertimbangannya adalah rasanya terlalu mudah kalau kita membuat sebuah OC dalam fiction yang sudah ada dan sangat licik. Jadi saya buat susah sendiri agar menantang. Hajime Isyama sudah membuat sebuah fiksi yang brilian dan sulit untuk diubah, namun dalam ff ini saya buat sedikit lebih mudah bagi para karakter dan mungkin lebih menonjolkan sisi politiknya. Here we go..

BE CAREFULL, VERY BIG SPOILER BELOW! I HAVE TOLD YA!

DISCLAMIRE

Nor Even Wish

Hajime Isyama-Sama

Fic by LONGLIVE AUTHOR

For the Glory of Humanity

*

Dunia ini adalah dunia yang selalu diwarnai dengan peperangan

Sejak berabad-abad lalu manusia selalu berperang

Keserkakahan

Kehormatan

Tahta

Namun sejak dua abad terakhir manusia memiliki musuh yang baru

Para Titan

Meskipun mereka bersatu, namun kekuatan mereka sama sekali tak sebanding

Butuh waktu yang sangat lama untuk memenangkan perang ini

Hingga akhirnya setelah sekian lama para titan itu menghilang

Tahun 857, titan wanita yang memiliki pelindung telah berhasil di tangkap oleh Pasukan Penyerbu dan tak lama kemudian disusul dengan kematian titan kolosal. Reiner sang titan Armour bertemu lagi dengan Eren Jeager jauh diluar dinding. Tak ada yang tahu pasti bagaimana mereka berakhir. Petunjuk menuntun mereka pada titan beast. Pasukan pengintai telah mengorbankan segalanya dalam pertempuran terbesar itu. Sebuah harga yang yang mahal untuk menukar kemenangan umat manusia dengan kematian Komandan Erwin Smith. Komandan terhebat sepanjang sejarah. Butuh waktu cukup lama setelahnya untuk umat manusia mencapai kemenangannya. Para titan tak lagi datang, seolah mereka menghilang begitu saja.

Semua itu takkan terwujud jika tak ada para pasukan penyerbu yang pemberani.

Eren Jeager manusia yang bisa bertransformasi menjadi titan dan memberikan kesetiaannya untuk membantu umat manusia.

Komandan Erwin Smith

Kapten Rivaille

Mayor Hanji Zoe

Mayor Mike Zacharias

Mayor Erd Gin

Mayor Petra Ral

Mikasa Ackerman

Armin Alert

Dan yang lainnya.

Ingatlah nama-nama itu, pahlawan yang telah mengabdikan hidup mereka untuk melawan para Titan. Hingga mereka mencapai kemenangannya.

Selama lebih dari lima puluh tahun umat manusia hidup damai. Zaman telah berganti. Generasi baru telah lahir. Teknologi semakin canggih, dan umat manusia tidak lagi takut untuk keluar dari dinding kokoh itu. Mereka menemukan hal-hal baru di luar dinding. Bahkan mereka tahu kalau diluar sana ada manusia lain yang hidup. Ada sebuah negara lain. Sebuah pemerintahan yang belum pernah mereka tahu sebelumnya.

Tapi hanya sampai sana mereka bertahan.

Mereka kembali.

Titan kolosal baru menjebol dinding

Dan para titan itu kembali masuk

Jauh lebih kuat dan lebih cepat

Dalam hitungan hari mereka mencapai Wall Sina

Jangan mencari para pasukan penyerbu, karena usia mereka tak lagi memungkinkan.

Generasi saat ini, tak pernah dididik menjadi prajurit khusus seperti mereka dulu.

Mereka akan berakhir disini.

Kecuali ada yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan para titan itu...

Dan hanya satu orang yang bisa...

Laboratorium Lama, Wall Sina 902

Mereka berkumpul didalam sebuah ruangan bertuliskan DR. EDWARD JEAGER. Sementara itu terdengar dentuman teredam dari luar gedung.

"Jadi apa rencanamu sebenarnya?" Tanya seorang pria tua berambut hampir seluruhnya memutih dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

"Levi!" Wanita berumur empat puluhan membentaknya. Ia membenarkan kaca matanya yang hampir lepas karena guncangan disana-sini .

"Hanji, mereka semua mati diluar. Jangan sampai kita diam disini untuk sesuatu yang tidak berguna."

"Dengarkan dulu, setidaknya inilah harapan terakhir kita." Jawab Hanji.

Selain Hanji dan Levi masih ada dua orang lain disana. Seorang pria dewasa dengan jas lab nya yang sudah robek dan Profesor Armin Alert. Ia jauh kebih berumur dari kelihatannya, rambutnya yang pirang pun sudah hampir sepenuhnya memutih.

"Edward, jelaskan pada kami caranya." Tanya Armin.

"Kita bisa melakukan ini, aku pernah melakukannya sekali. Tapi tak ada yang tahu. Aku mengirim diriku sendiri ke masa lalu, tapi tidak dalam jarak yang terlalu jauh. Hanya beberapa hari." Kata pria berkaca mata itu. Terlihat jelas meski wajahnya tenang, matanya tak henti-hentinya berkedip. Menandakan kalau dia sedang panik.

"Tunggu, maksudmu kau akan mengirim seseorang ke masa lalu?" Tanya Levi.

"Ya, Edward akan mengirim seseorang ke masa lalu." Jawab Armin.

"Jadi kau tahu?" Tanya Levi.

"Maaf Laksamana, aku yang memberinya izin untuk membuat proyek ini. Itu sudah sangat lama sekali dan ini untuk kepentingan penelitian." Jawab Armin. Perasaaan bersalah terukir di wajahnya yang keriput.

"Ya, alat ini akan memproyeksikan alam bawah sadar dan mengirimnya ke bertahun-tahun yang lalu dan memperingatkan kita tentang masa depan hingga kita bisa menghindari semua ini." Jelas Edward.

Kening Levi berkerut tak mengerti.

"Kita akan mengirim alam bawah sadar seseorang untuk memperingatkan kita tentang semua ini. Kita tidak bisa mengirim tubuhnya karena teknologi kita belum sampai kesana. Tapi dengan alat ini seseorang akan mengalami tidur yang dalam bisa dikatakan dia mati suri. Tapi dalam tidurnya alam bawah sadarnya akan melakukan perjalan ke masa lalu." Kata Edward lagi. Mereka semua terdiam.

"Namun sekarang masalahnya siapa yang akan dikirim? Hanya ada kita disini." Tanya Levi.

"Kau bisa mengirimku." Kata Profesor dengan tubuh pendek itu mengajukan diri.

"Tapi Sir, ini adalah perjalanan yang sangat jauh sekali. Otak kita tidak bisa menahannya. Kau bisa terbunuh. Maaf." Ujarnya.

"Lalu?" Tanya Levi.

Semua orang akhirnya menatap wanita berambut kecoklatan yang sedari tadi diam. Gadis itu pasrah dilempari tatapan memohon dari ketiganya.

"Bagaimana jika orang yang dikirim adalah orang yang bisa sembuh dengan cepat?" tanya Hanji.

"Profesor Hanji, kami berharap banyak padamu." Kata Armin memandang wanita yang seharusnya tampak jauh lebih tua darinya.

"Lihat Levi, sekarang siapa yang membutuhkanku? Kau menghajarku habis-habisan waktu itu karena aku melakukan uji coba pada diriku sendiri. Sekarang ada untungnya juga." Hanji masih saja melemparkan humor buruk disaat genting seperti ini.

"Diam bodoh, kau pikir kita sedang main-main." Ia memaki benar-benar khas orang tua. Ada nada khawatir yang teramat samar yang bisa Hanji tangkap. Ia tak percaya setelah semua ini mereka kini berada di ambang kepunahan lagi. Pikirannya tiba-tiba saja teringat Erwin. Jika saja sahabatnya itu masih ada bersama mereka, apa yang aka ia lakukan? Apakah ia akan masih segila dulu?

"Sudahlah, ada aku. Semuanya akan baik-baik saja."

Akhirnya mereka semua setuju. Sang gadis berbaring disebuah ranjang dan Edward mulai menempelkan beberapa alat pada tubuh Hanji.

"Armin, aku akan terbangun entah dimana. Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Hanji.

"Kau selalu bersama kami Prof, ini adalah hal yang harus kau lakukan, aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak. Tapi kita telah melakukan kesalahan. Titan Beast tidak mati begitu saja. Zake Jeager pasti telah melakukan sesuatu dengan memanipulasi kematiannya."Jelas Armin, wajahnya tampak putus asa.

"Jadi aku harus membujuk kalian untuk menagkap Titan Beast lagi dan memastikannya bahwa kita benar-benar membunuhnya?" Tanya Hanji tidak mengerti.

"Tidak, ada sesuatu yang pasti kita kewatkan, tugasmu adalah mencari tahu apa itu. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa kesalahan terbesar kita adalah membunuh Reiner, Annie, dan Berthold. Kau harus meyakinkan kami untuk menawarkan kebebasan. Bimbing kami, kau tahu cara untuk mengalahkan titan, kau jauh lebih pintar Prof, gunakan semua pengetahuanmu. Hari itu adalah titik balik dimana titan beast menyerang kita. Kau harus membujuk Annie, Reiner, dan Bertholdt berpindah ke pihak kita." Jelas Armin.

Kau harus ingat, kami adalah orang yang sangat berbeda pada masa itu. Kau harus bisa membimbing kami." Ujar Levi.

"Oke."

"Levi, apa menurutmu aku akan berhasil meyakinkanmu?" Tanya Hanji ragu.

"Semoga kau berhasil." Balas Levi.

"Umm.. ada satu hal. Dengarkan aku baik-baik, kau akan bangun di tubuhmu lima puluh dua tahun yang lalu dan hanya kau yang tahu tentang masa depan. Apapun yang kau lakukan akan menjadi sejarah." Ujar Edward.

"Oke."

"Dan, Kau tahu kan resikonya sangat berbahaya jika bermain-main dengan waktu. Bisa saja kau membuat masa depan jauh lebih buruk." Jelas Edward.

"Hah? Bagaimana aku memperingatkan kalian?" Pekik gadis itu.

"Intinya kau harus hati-hati."

"Baiklah."

"Oke, kau harus tenangkan pikiranmu." Ujar Edward.

"Apa yang terjadi jika aku tidak tenang?" Tanyanya.

"Aku takut kau terjebak antara masa lalu dan masa depan." Wajah Hanji jadi pucat.

"Oke akan kucoba."

"Kau siap? Ini akan sedikit sakit." Katanya.

"Sampai jumpa lagi." Ujar Levi, dan itu adalah hal terakhir yang ia dengar.

*TBC*

A/N: For God's sake...Any comment? Saya seperti Tinker Bell yang butuh kepercayaan untuk hidup. Saya butuh reader buat hidup, review, fav, comment, critics, anything...anything.