©Masashi Kishimoto©
Aturan pembunuh bayaran, jangan ada yang tersisa, termasuk saksi. Sasuke seorang pembunuh bayaran dari anggota Seven Brothers, justeru melindungi Sakura yang menjadi saksi atas pembunuhan yang di lakukannya. Dan membuat Sasuke harus berdiri sendiri, bertarung melawan anggota Seven Brothers lain dan juga kemungkinan melawan kepolisian/AU/NC-21/
.
.
Hit Men : Seven Brothers
…
…
Chapter 1 : Accident
.
.
.
Sekitar empat orang berpakaian jas hitam-hitam sedang berlarian menuju suatu tempat. Salah satu di antaranya memakai jaket hitam. Karena memakai pakaian yang berbeda, bisa di duga kalau pria bercambang ini adalah pemimpin di antara mereka. Semua berlari dengan masing-masing pistol tergenggam di tangan.
Tidak jauh di depan mereka, terlihat sesorang yang sedang beristirahat di atas kursi dengan posisi kepala mengadah. Ada kemungkinan pria paruh baya tersebut sedang tertidur.
Tap! Tap!
Pemimpin orang yang datang tadi memperlambat larinya, ia mulai menodongkan pistolnya pada orang yang sedang istrahat. Nampak kalau pria itulah yang menjadi target mereka.
Tiga bawahannya itu makin mendekat ke target sambil menodongkan pistol pula.
"Bangun!" bentak pria bercambang atau pemimpin penyergap tadi.
Pria yang menjadi target sontak terbangun. Ia nampak kaget begitu mengetahui dia sudah di todong oleh empat orang.
Dor!
Salah satu penyergap tadi tumbang terkena tembakan dari target mereka.
Dor! Dor!
Pemimpin penyergap juga balas menembak. Pria yang menjadi target terlebih dahulu memutar tubuh sehingga ia menjadi lolos dari peluru penembaknya.
Dor! Dor!
"Aakh!"
Bertambah lagi dua orang bawahan dari pria bercambang yang tumbang. Sehingga kini yang tersisa tinggal pemimpin penyergap dan target.
Keduanya berdiri saling menodong pistol.
Dor!
Keduanya saling menarik pestol, tapi keduanya pun berkelit sehingga tidak ada pistol yang mengenai target.
Nampak kalau pria bercambang lebih berpengalaman dan lebih ahli. Jadi begitu keduanya berkelit, ia lebih cepat mengarahkan mulut pistolnya ke target.
Dor! Dor!
Rupanya kesialan menghinggapi sang target, beberapa peluru dari pemimpin penyergap tadi menembus di tubuhnya. Ia pun tumbang seketika dengan di awali jerit tertahan.
Pria penyergap tadi menendang-nendang tubuh target, memastikan kalau targetnya sudah di lumpuhkan alias mati.
SSS
Di keremangan malam, suara deburan ombak pantai yang sedikit kurang tenang karena hembusan angin malam. Tampak lah seorang pria yang tengah duduk sambil menggenggam gelas yang berisi minumannya.
Ia duduk sambil menghadap pantai. Wajah pria itu tidak terlihat jelas karena memang tempat itu remang-remang dan di sinari sinar rembulan yang redup tertutup awan, kecuali rambutnya yang kelihatan mencuat pada bagian belakang.
Pria itu meletakan gelasnya karena ia merasa ada yang mendekat. Namun ia sama sekali tidak merubah posisi duduknya, ataupun menoleh.
Seorang pria bersetelan jas serba putih datang mendekat sambil menenteng sebuah koper hitam. Ia berjalan dan kemudian duduk di samping pria tadi. Pria yang baru datang itu segera meletakan bawaannya di atas meja. Keduanya kini duduk sambil menghadap ke pantai.
"Sudah beberapa tahun kita menjalankan bisnis ini" suara pria berpakaian putih tadi membuka suara. "Waktu serasa berjalan begitu cepat. Saat itu bahkan sampai sekarang, kita mungkin masih terlalu muda untuk pekerjaan ini" pria bersetelan jas putih itu duduk menyandarkan tubuhnya menikmati hembusan angin malam.
Pria berjas putih itu mulai membuka koper yang ia bawah tadi. Setelah ia membuka koper itu, ia memutar koper dan memperlihatkan isinya pada pria berambut mencuat itu. Ternyata pria berjas putih itu adalah pria tampan berusia sekitar 23 tahun.
"Bagaimana, Sasuke? Kau mau memeriksanya. Terutama pistol itu" ujarnya lagi pada pria yang di depannya.
Isi koper itu tenyata berisi sejumlah uang dan sebuah pistol.
Pria yang berambut mencuat di belakang tadi yang di panggil Sasuke, mengambil pistol itu dan mulai memeriksa. Dia juga pria yang sangat tampan dan kelihatan berusia sama dengan pria yang berbaju putih tadi. Ia meraih dan mulai memeriksa pistol itu.
"Bila perlu, kau bisa mencobanya" imbuh pria berjas putih tadi pada pria yang ia panggil Sasuke.
"Aku percaya padamu, Shino" balas Sasuke sambil menatap pada Shino.
Pria berjas putih yang di panggil Shino, cuma terkekeh mendengar ucapan Sasuke.
"Ini poto targetnya" ujar Shino mengembalikan wajah seriusnya sambil memeperlihatkan selembar poto. Sasuke segera menyambut poto tersebut.
Setelahnya ia meletakan poto itu beserta pistolnya kembali kedalam koper, sasuke lalu menutupnya. Selanjutnya Sasuke berdiri sambil meraih koper dan melangkah melewati Shino tanpa berbicara apa-apa.
Melihat Sasuke sudah pergi, Shino juga bangkit dari duduknya dan mengambil arah yang berlawanan dengan Sasuke.
SSS
Di tempat yang tampak kalau itu adalah toko bunga. Gadis bermahkota merah muda nampak masih sibuk menata beberapa bunga di atas meja. Nampak sekali kalau ia sedang asyik dengan pekerjaannya sampai-sampai ia lupa kalau seorang remaja pria datang mendekatinya.
Remaja pria berwajah imut berambut merah datang sambil mengendap-endap. Di tangannya terdapat bingkisan.
"Hey" ia tiba-tiba menepuk gadis cantik yang sedang sibuk tadi.
"Ah!" tentu saja gadis itu sangat kaget, ia pun segera menoleh, "Nakal kamu ih!" serunya sambil mengacak-acak rambut pria yang baru datang.
Si pria menanggapi dengan tertawa, "Ini, aku bawain kesukaan Kak Sakura" sahutanya masih dengan tawanya.
"Apaan" tanya gadis cantik yang di panggil Sakura
"Lihat aja" ujar pemuda itu sambil menyerahkan bingkisan.
Si gadis membuka bingkisan. Tentu saja ia begitu berbinar karena itu adalah kesukaannya.
"Iya deh" gadis itu meraih bingkisan itu dan berjalan menuju meja dan membuka bingkisan.
"Ayo dong, di makan" karena melihat Sakura tidak langsung memakan pemberiannya, maka pria itu sendiri yang segera menyuapi gadis yang ia panggil kakak itu. Dengan wajah yang nampak senang ia memakan apa yang di suapkan kemulutnya oleh adiknya.
"Enak nggak?" tanya sang adik
"Uhm..hm" ia cuma mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Sana. Kerja" imbuh gadis itu ketika sudah menelan sebagian makanan. Sakura masih sempat melihat adanya tamu yang berdatangan. Maklum ini sudah agak sore, belum lagi, ini juga malam minggu. Banyak yang datang ke tokonya untuk membeli bunga yang mungkin di persembahkan buat orang spesial.
"Ok" jawab adiknya yang nampak sangat senang itu. Ia pun segera menuruti permintaan sang kakak untuk melayani tamu.
"Eits.." gadis itu segera meraih makanan yang masih di pegang adiknya.
"Jadi lupa" sahut pria itu sambil tertawa, ia segera meninggalkan kakaknya menuruti permintaan kakaknya.
Sepeninggal sang adik, si gadis langsung melahap sisa yang masih ada di tangannya. Setelahnya, ia beranjak dari tempatnya melayani tamu yang hendak membeli bunga.
Tidak jauh dari toko bunga tersebut, tampaklah Sasuke yang sedang berjalan agak terburu-buru. Namun ia melangkah perlahan ketika ia lewat di depan toko tersebut. Ia menoleh ke arah gadis penjual bunga. Nampak kalau ia tertegun sesaat sambil memandang gadis penjual bunga yang sedang melayani beberapa pembeli. Bahkan Sasuke sampai menghentikan langkahnya.
"Selamat malam" sapa salah satu pelanggan pada gadis penjual bunga.
"Bunga pesanan saya yang mana?" ujar pelanggan itu lagi.
Sementara gadis berambut merah muda tadi masih sibuk melayani pelanggan. Sasuke justeru malah seperti asyik menatap gadis itu.
Tanpa sengaja, gadis penjual bunga itu melihat ke arah Sasuke. Ia juga nampak tertegun begitu keduanya beradu pandang. Karena merasa ketahuan sedang menatap gadis cantik tadi, Sasuke segera menoleh kearah lain lalu melanjutkan langkanya.
"Kalau sekalian dengan kartu ucapannya bisa kan? Sakura"
Gadis surai merah muda yang disapa pelanggannya belum menanggapi.
Sakura juga menjadi tidak memperhatikan pelanggannya gara-gara tadi ia sibuk menatap Sasuke yang sudah pergi dari tempatnya.
"Nona" panggil pelanggan itu lagi.
Sakura masih kelihatan mencari-cari sesuatu sambil menatap keluar.
"Oh ya, kenapa?" Sakura malah menjadi kelabakan.
"Oh ya, bisakah Nona mengantarnya ke sini?" ujar pelanggan lain sambil menyodorkan kertas yang berisi alamat, "Kalau bisa sekalian dengan kartu ucapan", imbuh si pelanggan mengulangi.
"Tentu. Saya dan adik saya nanti yang akan mengantar" jawab gadis itu dengan senyum ramah. Sedetik kemudian ia kembali menoleh sambil menatap arah kepergian Sasuke, yang sebenarnya sudah menghilang dari pandangan.
"Baiklah, Terimakasih Nona" ujar pelanggan itu, pamit.
"Hayooo… melamun aja, ada pangeran berkuda putih yang lewat ya" suara mengagetkan Sakura si gadis penjual bunga.
"Kamu ini" serunya sambil mencolek hidung pria yang mengagetkan dirinya, "Sudahlah! Segera temani kakak mengantar bunga ke tempat kafe langganan kamu itu", selanjutnya ia meninggalkan adiknya, menyiapkan bunga yang telah di pesan oleh pelanggan tadi.
SSS
Sasuke melangkah dengan tenang menaiki anak tangga. Restoran itu memang sudah di Booking, sehingga terlihat sepi pengunjung.
Sementara di lantai dua restoran itu, sebenarnya berkumpul puluhan orang yang berseragam sama yakni dengan setelan jas hitam.
Mereka sepertinya sedang menunggu sambil membuat kesibukan masing-masing. Dan jika di lihat dari ciri-ciri pakaiannya yang juga telah di selipi senjata di balik jas, bisa di duga kalau mereka adalah kriminal papan atas.
Dari dalam kamar yang sedang di jaga oleh para pria itu, terdengarlah suara desahan. Sebenarnya mereka bertugas mengawal pria yang sedang berusaha meraih kenikmatan bersama salah satu wanita penghibur yang bekerja di tempat kafe tersebut.
Seorang pria tampak mulai menciumi pasangan wanitanya. Si wanita itu cuma mengerang perlahan ketika pria itu sudah mulai menjejali bagian leher dan dadanya dengan ciuman.
Perlahan si pria membuka pakaian gadis itu sehingga tampaklah bukit kembar yang kelihatan naik turun. Melihat hal itu, si pria tidak ingin menyia-nyiakan momen itu.
"Ah" gadis itu hanya mendesah ketika pucuk putting payudaranya di hisap dengan lembut oleh si pria.
Si pria sudah tidak sabaran lagi. Ia juga membuka semua pakaiannya. Sebentar saja, pria itu sudah telanjang bulat.
Si wanita tidak tinggal diam, begitu senjata pamungkas pria itu sudah mengacung di depannya. Jari-jarinya yang lentik segera membelai dan memainkan batangan itu membuat si pria menggelinjang hebat.
Sedang asyik memainkan permainan mereka, seorang pria berpakaian pelayan masuk ke tempat itu.
"Wow… lagi asyik nih!" ujar pelayan itu iseng. Mungkin karena sudah terbiasa. Yang jelas tidak ada satu pun yang merasa terganggu. Padahal pasangan itu sudah sama-sama nyaris telanjang bulat.
Usai menggoda pasangan yang sedang kenikmatan itu, si pelayan meninggalkan mereka dengan tenang.
Sementara itu, Sasuke melangkahkan kaki dengan tenang melewati koridor.
"Selamat malam, Tuan" sapa pelayan tadi ketika ia berpapasan dengan Sasuke di koridor ketika meninggalkan ruangan yang memang sudah sengaja di order.
Sasuke sama sekali tidak peduli dengan sapaan pelayan tadi. Dan bagi si pelayan tadi, sikap yang di tunjukan oleh Sasuke adalah sikap yang biasa ia temui.
Sasuke mencabut pistolnya ketika ia sudah berada di depan pintu yang tertutup rapat.
Tok! Tok! Tok!
Sasuke mengetuk pintu. Tidak menunggu lama seorang salah satu pria yang bersetelan jas hitam, yang merupakan anggota kriminal tadi muncul di depan pintu.
Dor! Dor!
Tanpa basa-basi lagi Sasuke langsung menembak. Begitu korban pertamanya tumbang, Sasuke langsung merangsek masuk kedalam.
Dor! Dor!
Sasuke langsung membagi-bagi tembakannya pada para.
Duk! Dess!
Sebagian dari pengawal itu juga mendapat tendangan keras dari Sasuke. Usai menghadiahi beberapa tendangan, Sasuke kembali menembaki sehingga menawatkan riwayat yang menjadi sasaran tembak Sasuke.
Sementara pria yang sedang meraih kenikmatan itu, segera bangkit. Tanpa berpakaian lagi, ia meraih pistolnya dan langsung menembak ke arah Sasuke.
Sasuke memutar tubuh sebelum pria yang menjadi targetnya itu menembak, sehingga yang menjadi Sasaran adalah anak buah si penembak sendiri.
Dor! Dor!
Sasuke kembali dengan cepat membagi-bagi tembakannya ke beberapa pengawal yang masih hidup.
Usai menumbangkan semua pengawal, Sasuke maupun targetnya saling menodong pistol.
Dor!
Sasuke mendahului menembakki kepala pria yang sudah telanjang itu.
Desk!
Sasuke menambah dengan tendangannya sehingga pria yang sebenarnya sudah tewas itu terlempar dan tepat jatuh di atas pangkuan wanita teman kencannya tadi.
"Aaawww" wanita itu memang dari tadi sudah menjerit ketakutan karena dari tadi menyaksikan orang-orang saling membunuh di depan matanya.
Sasuke menatap tajam pada wanita penghibur yang terlihat ketakutan.
Dor!
Peluru dari pistol milik Sasuke melubangi kepala wanita itu.
Karena suara berisik dari tembakan, membuat para pengawal lainnya datang. Pengawal itu muncul satu persatu dan masuk melalui satu-satunya jalan, yaitu pintu masuk.
Dess!
Sasuke memutar tubuh dan melayangkan tendangannya ke dada orang pertama kali masuk dan yang terdekat dengannya
Dor! Dorr!
Sasuke menyusuli tendangannya dengan beberapa tembakan.
Dor!
Sasuke menjatuhkan diri sambil menggulingkan tubuh karena yang lawannya yang lain menjejali tubuhnya dengan tembakan.
"Hiyaa!"
Sebuah teriakan dari orang yang hendak menyerang Sasuke dengan tangan kosong. Tidak hanya itu, si penyerang tadi di dukung oleh rekannya yang hendak menembak Sasuke.
Sasuke menggulingkan tubuh kearah penembaknya, dan begitu mendekat ia bangkit lalu membagi tendangan dan pukulannya ke arah yang terdekat. Dan yang diluar jangkauannya, ia menembaki sehingga mereka semua berakhir dengan peluru yang melubangi tubuh.
Dess!
"Aah!"
Sasuke melompat dan kembali melayangkan tendangan ke arah belakang. Orang itu hanya menjerit tertahan. Orang itu terjatuh tepat di depan pintu keluar. Selanjutnya nyawa orang itu terputus setelah Sasuke menghantam dan menjepit kuat lehernya dengan pintu.
Sasuke memperhatikan korbannya satu persatu. Setelah ia memastikan semuanya sudah meregang nyawa, ia pun melangkah pergi.
Sasuke masih melangkah tenang menyusuri koridor menuju tangga. Tapi begitu ia melewati belokan, tiba-tiba saja di kembali berhadapan dengan pengawal pria yang baru saja ia bunuh.
"Hup!" Sasuke menjejakan kaki di dinding sambil melayangkan tendangannya pada orang yang tiba-tiba keluar dari salah satu pintu yang akan ia lewati.
Lawan yang baru muncul itu kembali terpental kedalam kamarnya.
Di lorong depan Sasuke bermunculan sekelompok orang yang datang dengan senjata api di tangan.
"hih" Sasuke memutar tubuh dan menembak ke arah lorong yang ada di belakang, sepertinya Sasuke sudah di hadang dari dua arah. Mau tidak mau Sasuke harus menggunakan keahlian bertarung dan menembak, dalam menghadapi kelompok kriminal itu.
Dor! Dor!
Sasuke menembak ke dua orang yang nampak kalau mereka adalah musuh terakhir. Tapi belum sempat Sasuke menarik nafas, insting dan pendengarannya yang tajam, merasakan kalau ada yang berjalan di belokan lorong yang ada di belakangnya.
Sasuke menoleh, dan ia melihat bayangan yang kemungkinan bergerak menuju ke arahnya. Maka Sasuke segera berlari dan menyambut orang yang baru datang yang kemungkinan adalah lawan-lawannya.
Begitu orang itu muncul, Sasuke segera menarik orangnya.
"Aaaww" Mata Sasuke membelalak, ia hampir saja salah melepaskan tembakannya.
"Gadis penjual bunga" Desis Sasuke, setelah tahu siapa yang kini ia todong. Keduanya masih saling tatap. Gadis itu cuma tersenyum meringis.
Sasuke menatap tajam pada Sakura, kenapa gadis itu tetap di sini, bukannya suara bising dari suara baku tembak, seharusnya bisa di dengarkan oleh Sakura. Barulah Sasuke sadar, kalau ternyata ruangan tempat Sasuke menghabisi targetnya itu di lapisi dengan peredam suara. Tentu saja tidak di dengar oleh Sakura yang baru datang.
Karena sibuk memikirkan itu, Sasuke kehilangan kewaspadaannya.
Dor! Dor!
"Ukh!" gadis itu mengeluh, beberapa butir peluru telah menembus tubuhnya.
Sasuke kaget, reflex saja ia menangkap tubuh Sakura agar gadis itu tidak jatuh dan kepalanya membentur lantai.
"Kakak…!" suara seorang laki-laki muncul lagi dibelakang Sasuke.
Dor!
Pria berambut merah yang baru saja muncul hendak menolong si gadis, naas, ia juga tumbang, sebutir peluru telah menembus batok kepalanya. Sasuke tidak sempat lagi menangkap tubuh si rambut merah tadi.
Sasuke dengan cepat membalas tembakan lawannya.
Dor! Dor!
Sasuke akhirnya melubangi leher dan juga batok kepala orang yang menembak barusan.
"Hey…" Sasuke mengguncang tubuh gadis yang sudah ambruk dari tadi.
Sasuke menatap kedua korban yang sama sekali tidak bersalah itu dengan tatapan rasa bersalah, "Maafkan aku" desisnya
SSS
Sasuke dari tadi duduk di atas balkon rumahnya. Tatapannya lurus kedepan. Bahkan ia mengabaikan ketika sebuah mobil telah memasuki pekarangan rumah mewah itu.
Pengendara mobil yang ternyata adalah Shino, keluar dari mobilnya sambil melambaikan tangan pada Sasuke.
Shino segera melangkah menuju Sasuke yang masih setia duduk di balkon, "Aku baru saja dari rumah Sakit. Gadis itu bernama Sakura dan adiknya, bernama Sasori" Shino mulai membuka suara ketika ia sudah berdiri di samping Sasuke.
Sasuke belum menanggapi, ia masih menunggu kelanjutan dari berita yang akan di sampaikan sahabatnya itu.
"Menurut kepastian dokter, Sakura sudah bisa melewati keadaan kritis. Pengangkatan peluru dari dalam tubuhnya pun sudah di lakukan. Yah! Dia juga sudah siuman, meski kondisinya masih lemah, pasca pembedahan" Shino melanjutkan.
Sasuke mengalihkan pandangannya dari Shino. Ia kembali menatap lurus kedepan.
"Lalu, bagaimana dengan adiknya?"
Shino terdengar menghembuskan nafas berat, "Kasihan dia. Dia masih dalam kondisi kritis. Di juga masih koma. Menurut dokter pula, harapan hidupnya tipis. Kalaupun ia masih bisa hidup, ia akan cacat mental. Peluru menembus tepat di tempat syaraf vital"
Sasuke mendesah nafas berat sambil memejamkan matanya. Ia benar-benar merasa bersalah pada gadis yang bernama Sakura itu.
Sasuke menganggap kalau Sakura sama sekali tidak pantas mendapat musibah itu.
"Kapan dia bisa di temui" tanya Sasuke kemudian setelah agak lama diam.
"Mungkin sekitar dua minggu lagi. Kau berencana ingin menemuinya?"
Sasuke menggeleng, "Aku hanya ingin melihat dia dan adiknya. Aku tidak berani bertatap muka dengannya"
Shino sebagai sahabat Sasuke, ia seperti bisa membaca pikiran dan hati Sasuke saat ini. Meski Sasuke adalah pembunuh bayaran, tapi Shino tahu, Sasuke tidak pernah asal mencabut nyawa. Dan Shino juga tahu kalau Sasuke sedang di liputi rasa bersalah. Shino menatap Sasuke. Shino cuma sedikit tersenyum, mengetahui kalau rasa bersalah Sasuke kali ini terasa sangat berbeda
SSS
Setelah menjalani perawatan Sakura sudah di izinkan untuk bergerak dan meninggalakan tempatnya di rawat.
"Bagaimana keadaan adikku, Tsunade Sensei" tanyanya pada seorang dokter cantik yang rambutnya di kepang bawah. Ketika ia tertembak, ia masih sempat mendengar suara jerit kesakitan adiknya. Dan itu juga di perkuat oleh ucapan salah satu dokter yang bertugas kalau adiknya juga sudah menjadi korban penembakan
"Nona tenang saja, adik Nona masih dalam penanganan kami" sahutnya menghibur.
"Nona Sakura, tenanglah" Suara seorang pria bercambang menyela, "Saya Letnan Asuma Sarutobi, dari divisi Buru Sergap dan reserse kriminal kepolisian" lanjutnya sambil memperkenalkan diri.
"Apakah Nona masih mengenal si pembunuh?" tanya pria yang mengaku Asuma.
Sakura tidak langsung menjawab, ia kembali mengenang peristiwa penembakan, yang mengakibatkan dirinya dan adiknya tertembak.
Ia juga masih sangat mengingat rupa pria itu.
"Saya takut! Saya ingin menemui adik saya" itulah tanggapan Sakura sambil menunjukan wajah ketakutan.
"Shizune, tolong bantu" pinta Tsunade.
"Baik, Sensei" jawab suster cantik yang di panggil Shizune. Ia pun segera mengajak Sakura ke ruang perawatan lain.
Asuma tidak mencegah, ia bisa maklumi kalau Sakura masih syok.
"Sasori" Sakura segera menuju Hospital Bed tempat pria berwajah imut berambut merah yang masih terbaring tidak sadarkan diri.
"Sasori… Hiks..hikss… sungguh malang nasibmu" Sakura tidak bisa membendung lagi air matanya ketika ia sudah duduk di samping ranjang tempat adiknya berbaring.
SSS
Setelah Sakura sudah di pastikan oleh dokter kalau kesehatannya sudah pulih. Kini Sakura memilih mengambil kerja sebagai penyanyi di sebuah kafe, karena ia tak sanggup mengenang memory kebersamaan dengan adiknya jika ia masih berada di toko bunga.
Suara merdu dari Sakura yang sedang melantunkan lyric lagu dengan lembut terdengar di sebuah kafe.
Dik, aku pinta kau akan slalu setia
Dik, aku mohon, kau slalu menemani
Saat ku tengah terluka
Kala ku tengah gundah
Di sinilah Sakura sekarang, mencoba mengambil kesempatan yang di berikan tamu untuk menyanyi dengan band pengiring dari kafe tersebut. Tanpa sakura ketahui sepasang mata onyx menatapnya dengan penuh perhatian.
Ku akan menjagamu
Di bangun dan tidurku
Di semua mimpi dan nyataku
Demikianlah sepenggal lyric lagu yang di dendangkan oleh Sakura. Dan suara merdu itu terdengar sedikit serak. Bagi pengunjung lain, Sakura sangat menghayati kandungan dari lyric lagu yang ia nyanyikan.
Namun bagi Sasuke, itu adalah curahan hati gadis itu yang di persembahkan untuk adiknya.
Seorang pelayan datang sambil mengantar pesan yang telah di pesan sebelumnya. Tatapannya tidak beralih dari pelantun suara merdu di atas panggung.
Ku akan menjagamu di bangun dan tidurku
Di semua mimpi dan nyataku
Pada lyric ini, nampak kalau Sakura sudah mulai meneteskan air matanya.
Ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku
Tak ingin… tak ingin kau rapuh
Suara serak dari Sakura tapi malah makin terasa merdu, membuat Sasuke tiba-tiba saja terkenang ketika melihat Sakura sedang menata bunga di toko tempat ia bekerja. Sasuke mengenang bagaimana cantiknya gadis itu ketika tersenyum melayani para pelanggannya.
Bagaimana kebahagiaan gadis itu ketika sedang bercanda dengan adiknya. Dan yang terakhir, Sasuke masih ingat debaran jantungnya ketika beradu pandang dengan Sakura.
Kini gadis itu dilanda kesedihan karena sang adik kini terbaring tak berdaya, sedang berjuang antara hidup dan mati.
Sasuke terus menyaksikan Sakura yang menyanyi di atas panggung dengan air mata yang mengalir.
Dan tanpa Sasuke juga sadari, air matanya juga sudah menetes. Ada rasa perih, sama yang di alami oleh Sakura, juga di alami oleh Sasuke. Mungkin rasa kasihan, rasa bersalah atau mungkin ada alasan lain.
Lamunan Sasuke buyar ketika terdengar suara sorakan dan applaus dari para pengunjung kafe. Rupanya Sasuke terlalu lama memikirkan atau menyesali, sehingga ia telah ketinggalan lagu.
Sasuke segera beranjak dari tempatnya, sesaat ia melihat bagaimana senyum miris Sakura yang di tujukan buat pengunjung yang lain.
SSS
Sasuke melangkah melewati lorong rumah sakit. Ia hanya menatap sekilas pada seseorang yang sedang membelakanginya. Ia melewati meja resepsionist begitu saja.
"Selamat pagi Shizune" sapa pria yang baru saja di lewati Sasuke. Dia adalah Letnan Asuma Sarutobi.
"Pagi" jawab Shizune sambil menoleh, "Oh! Letnan Sarutobi. Bagaimana? Kunjungan rutin?" Shizune sambil berdiri dari tempatnya.
"Yah! Seperti biasa" jawab Asuma.
"Yuhuu… selamat pagi cantik, semua surat sudah tiba hari ini" seorang remaja belasan tahun tiba-tiba datang dengan suara riang.
"Konohamaru. Kalau kerja, bisa tidak, yang rapi sedikit" Shizune segera meraih topi yang di pakai Konohamaru. Selanjutnya Shizune memukulkan pada kepala Konohamaru dengan wajah agak kesal.
"Weee… sesuka ku, bawel" balas Konohamaru sambil mencibir dan kemudian berlari meninggalkan meja tempat ia menaruh surat-surat tadi. Shizune cuma bisa menggeleng melihat remaja tanggung itu berlari.
Surat-surat itu memang biasa di tinggalkan untuk pihak rumah sakit, baik dari para keluarga pasien yang sengaja meninggalkan pesan, ataupun berisi keluhan untuk para pihak rumah sakit.
"Tolong jaga sebantar ya" ujar Shizune pada rekan yang ada disampingnya. Ia mulai merapikan surat-surat yang tadi di letakkan oleh Konohamaru yang memang agak sedikit berantakan.
Asuma sedikit menggumam sembari mengamati amplop warna hijau yang terletak di paling atas tumpukan surat kiriman tersebut.
"Ayo Pak Letnan" Ujar Shizune sambil meraih amplop yang tadi di pegang oleh Asuma.
Di ruang perawatan Sasori.
Tampak dengan perlahan dan penuh kelembutan, Sakura sedang menyelimuti Sasori yang baru saja ia ganti dengan selimut yang baru.
Tampak ia membelai surai merah itu dengan penuh rasa sayang.
Selanjutnya Sakura melangkah dan meraih kaleng soft drink dan meminum isinya hingga habis setengahnya.
"Bagaimana perkembangan terakhir pasien yang bernama Sasori" tanya Asuma ketika sedang melewati tangga bersama Shizune.
"Belum ada kemajuan, tapi kondisi tubuhnya cukup stabil" jawab Shizune.
"Apa ilmu kedokteran belum menemukan cara?"
"Kita harus bisa percaya pada kebesaran Tuhan" jawab Shizune melangkah mendahului Asuma, "Lagi pula Sasori tertembak di kepala yang paling vital".
Asuma menggumam menanggapi, tanpa mau bertanya lebih. Selain itu karena mereka memang sudah berada di depan ruang rawat Sasori
Tanpa mereka ketahui, percakapan mereka di dengar jelas oleh Sasuke. Tampak ekspresi Sasuke berubah begitu mendengar percakapan sang Letnan dan dokter yang bertugas tadi.
Shizune segera memberikan amplop hijau kepada Sakura.
"Tunggu dulu" Sebelum amplop hijau itu sampai pada tangan Sakura, Asuma terlebih dahulu menyambut, sehingga amplop hijau tadi kini berada di tangannya.
"Menurut informasi dari direksi, dalam beberapa bulan terakhir, Nona selalu menerima kiriman amplop hijau seperti ini".
"Boleh saya tahu isinya?" tanya Asuma lagi sambil mengangkat amplop hijau di tangannya.
"Uang" jawab Sakura singkat.
"Tampaknya, jumlahnya cukup besar. Mungkin dari saudara atau keluarga Nona?" Asuma melangkah mendekati Sakura.
"Kami hanya tinggal berdua. Dan tidak punya siapa-siapa" jawab Sakura jujur.
"Lalu, boleh saya tahu siapa pengirimnya?"
"Saya tidak tahu. Tapi yang jelas, orang yang mengirimnya pastilah orang baik. Dan bantuannya sangatlah berarti bagi saya yang cuma pegawai toko penjual bunga, dan sekarang menjadi penyanyi kafe, saya tidak mampu menanggung biaya rumah sakit ini. Jika suatu saat nanti, saya tahu siapa yang membantu kami. Saya akan menghadiahinya sekuntum bunga"
Sasuke yang dari tadi diluar kamar, mendengar penuturan ikhlas dari Sakura, nampak kalau wajah Sasuke mengeras. Ia benar-benar menyesal dengan kejadian yang menimpa Sakura. ia seperti kesulitan menelan. Nafasnya terasa memburu. Ia menarik nafas dalam-dalam melonggarkan isi dadanya yang terasa sesak, dan menghembuskan perlahan.
"Saya tidak bermaksud meremehkan si pengirim" Suara Asuma kembali terdengar dari dalam, "Minimal saya sudah cari tahu. Ada kemungkinan ini ada keterkaitan yang terjadi di kafe itu"
"Saya tidak ingin mencampuri urusan penyidikan".
"Maaf Nona Sakura. Mengenai kejadian di kafe, memang meninggalkan duka untuk Nona. Tapi kemungkinan pengirim ini adalah si penembak itu"
Sasuke kembali mengangkat wajah sesalnya. Ia tak kaget jika dugaan seorang reserse seperti Asuma tidak meleset.
"Dan Saya yakin, Nona tentu ingin penembak itu di tangkap. Kami dari pihak kepolisian akan berusaha maksimal" imbuh Asuma tegas.
"Pengirimnya tidak pernah meninggalkan sepotong surat pun" jawab Sakura tenang.
Sasuke menarik nafas mendengar ucapan Sakura. Entah lega atau karena satu hal lain. Yang pasti, Sakura memang saat ini tidak mengatakan yang sebenarnya, padahal Sasuke memang pernah meninggalkan pesan yang ia tulis. Dan Sasuke sendiri tidak tahu, kenapa Sakura membohongi petugas penyidik itu.
Asuma memicingkan matanya menatap Sakura dan memastikan tidak ada kebohongan. Tapi sebagai seseorang yang bekerja sebagai penyidik, ia sudah belajar mendeteksi kebohongan. Dan ia tahu kalau Sakura sedang menyimpan rahasia. Tapi kali ini Asuma tidak ingin memaksa.
"Mungkin…"
"Maaf Tuan, saya mau istirahat. Tuan boleh membawa amplop itu sebagai bahan penyelidikan" potong Sakura sambil kembali membenahi selimut Sasori.
Asuma bangkit dari duduknya, ia begitu saja meletakan amplop hijau di samping Sakura. ia kemudian melangkah ke arah pintu keluar.
"Sepertinya Nona tidak ingin bekerjasama. Apakah Nona keberatan jika penembak itu di tangkap?" ucap Asuma sambil menghentikan langkahnya.
Sakura sama sekali tidak menanggapi. Ia malah membelai lembut kepala Sasori.
Asuma yang tidak mendapat respon, ia segera melangkah keluar.
…
…
…
TO BE CONTINUE
..
..
Sorry yak... lyric lagunya nggak sampai selesai.. :D
Nggak tahulah, ketika menulis bagian Sasori yang terbaring tak berdaya. Tiba-tiba saja keingat sama lagu dan video klipnya Dik milik Wali band. Jadi deh nulis bagian Sakura nyanyi.
Special Thank's To Wali Band, karena video klipnya memberi inspirasi untuk chap ini
See ya…
