Fanfiction
Cast : Jongin, Sehun
Genre : Romance, Drama
Warning : Sexual Content
Summary : Jongin adalah guru pengganti matematika disekolah mewah tempat Sehun menempuh pendidikan. Sehun bukannya anak nakal yang suka membuat onar, ia hanya lemah di pelajaran Bahasa Inggris. Hanya Bahasa Inggris! Beruntunglah guru pengganti ini memiliki cara luar biasa yang membuat Sehun mulai mengerti pelajaran tersebut. KaiHun. Yaoi. One Shot. Rated M.
One Shot.
Part One.
"My name is Kim Jongin and I am an English substitute teacher for two semester to replace the absence of Miss Im whose in maternity leave." Sebuah suara penuh wibawa terdengar dari kelas 11-B. Seorang pria berumur dua puluh lima tahun berdiri didepan kelas dengan senyum ramah namun tegas.
Penghuni kelas 11-B langsung bersorak riang melihat kedatangan Kim Jongin. Terutama para wanita-wanitanya dan juga segelintir pria yang kelihatan sama cantiknya dengan para wanita. Ini adalah minggu pertama semester ganjil bagi mereka dan seluruh penghuni sekolah sedang dihebohkan oleh guru Bahasa Inggris baru yang merupakan guru pengganti Miss Im yang sedang cuti melahirkan.
"Only for a year?" Seorang gadis yang duduk paling depan bertanya dengan senyum genitnya.
"Sayang Mr. Kim, mengajar selamanya saja dikelas ini."
"English please." Suara Kim Jongin terdengar lembut namun tegas.
"Can we have a handsome teacher for the next two year, please?" Gadis lain bertanya dengan senyum yang tidak kalah genit dari gadis sebelumnya.
"I believe Mr. Kim Joonmyeon is also a good looking teacher. He's with you since last year." Jongin tersenyum pada seluruh kelas yang kini bersorak 'boo' ketika mendengar nama Kim Joonmyeon. Guru matematika mereka yang memang tampan namum killer-nya membuat paus pembunuh merasa minder.
"We want a good looking teacher with good heart, Sir." Kini giliran suara seorang pemuda yang terdengar dan seluruh kelas berseru penuh kesetujuan.
"How do you know I have a good heart. I could give you bunch of homework!" Jongin berkata sambil tertawa yang menyebabkan para gadis juga segelintir pemuda manis berseru penuh kekaguman.
"I know you wouldn't!" Seru seseorang dan disambut oleh ocehan riang para penghuni kelas.
"How can you guys are so sure? I have a mean heart." Jongin berkata lagi dan seluruh kelas semakin riuh. Jongin bukan hanya masih muda, tampan dan bersahaja. Namun perangainya yang ramah dan humoris membuat semua orang menyukainya.
"Okay, now. We should get into real business." Seluruh keras berseru tidak setuju. "Why?"
"Introduce yourself, Sir!"
"Yes! Yes! How old are you, Sir?"
"Where do you live?"
"Do you have a girlfriend?"
"Or boyfriend?"
Penghuni kelas itu tentu saja tidak ingin kelas segera dimulai karena minggu pertama sekolah setelah libur panjang itu hanya boleh diisi dengan perbincangan singkat dan juga mungkin perkenalan. Jadi mereka berusaha keras untuk membawa para guru agar tidak segera memulai pelajaran.
"Okay, okay." Jongin memamerkan senyuman penuh kharismanya. "I am twenty five years old. I came from Daegu and been living in Seoul since I graduated from high school. And I don't have a boyfriend, or girlfriend at the moment."
Sorakan gembira terdengar lagi dari kelas 11-B.
"Okay, enough with the introduction. Now, you guys introduce yourself in front of the class. For five minutes at least." Jongin berkata ramah dan mulai membuka buku absen.
"Five minutes?" Anak-anak kelas tersebut mengeluh. Lima menit adalah waktu yang cukup lama untuk memperkenalkan diri. Beberapa anak mulai mengeluarkan kerta dan pensil untuk menulis list apa saja yang akan mereka katakan didepan nanti.
Sedangkan salah seorang murid dikelas tersebut yang memiliki berambut hitam kelam dan kulit seputih Putri Salju menunduk dan keringat dingin mulai mengalir turun ke dahinya. Murid bernama Oh Sehun itu memang sangat lemah dalam pelajaran Bahasa Inggris.
Nilai Bahasa Inggrisnya selalu pas-pasan. Dan itupun sebenarnya bantuan contekan dari teman-temannya. Mana mungkin ia bisa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris selama lima menit didepan kelas?!
Ditengah-tengah kebingungannya, salah satu teman sekelasnya sudah maju kedepan. Memperkanlkan dirinya. Lalu satu temannya lagi. Hingga tiga orang lagi. Sementara Sehun baru menulis 'My name is Oh Sehun'.
"Oh Sehun."
Sehun terlonjak dari duduknya.
Tidak…tidak mungkin ia sudah dipanggil sekarang.
Mata seluruh murid penghuni kelas 11-B memandang Sehun, membuat Jongin langsung mengetahui mana murid yang bernama Oh Sehun. Beberapa pasang mata menunjukkan sorot penuh rasa iba, mereka tahu betapa lemahnya Sehun dalam Bahasa Inggris.
"Why are you still sitting there?" Jongin mengerutkan dahinya melihat Sehun yang tidak kunjung bangkit dari tempat duduknya.
"Seonsaengnim.." Sehun dengan gugup berusaha mencari alasan.
"Yes? I think we agreed before that you should call me Mister."
"Uh, Mister..aku..aku.." Sehun rasanya malu sekali. Biarpun sudah rahasia umum jika ia tidak begitu pintar Bahasa Inggris, kan tidak seharusnya juga ia dipermalukan seperti ini. Teman-temannya hanya bungkam dan memandangi Sehun yang dipermalukan oleh si guru pengganti.
"Fine, you'll be the last one." Jongin kembali membaca buku absen untuk memanggil nama anak yang lain. Sehun menghela nafas lega namun rasa takut kembali menggerayangi punggungnya. Jika dia giliran terakhir, bisa-bisa nanti si guru pengganti tampan ini akan mempermalukannya habis-habisan didepan kelas!
Sial! Sial! Sial!
"Baek, aku tolong buatkan dong!" Sehun meminta tolong teman sebangkunya yang sudah maju kedepan untuk memperkenalkan diri.
"Hah, kau memang selalu jadi target guru bahasa Inggris manapun." Baekhyun, teman sebangku Sehun menghela nafas panjang. Mengasihani nasib pemuda cantik itu. Sepertinya semester ini akan jadi semester yang berat untuk teman sebangkunya.
—
Dua minggu.
Ini baru dua minggu setelah tahun ajaran baru dimulai yang berarti sudah empat kali pertemuan mata pelajaran Bahasa Inggris dikelas 11-B. Yang berarti pula sudah enam jam Sehun berada dalam satu ruangan yang sama dengan Kim Jongin, guru pengganti Bahasa Inggris yang digandrungi banyak kauh hawa dan segelintir kaum adam.
Sehun rasanya ingin pindah sekolah saja kalau seperti ini.
Ini adalah hari Rabu dan hari Rabu berarti ada mata pelajaran Bahasa Inggris selama satu setengah jam lamanya dijam pelajaran terakhir. Sehun yang dari awal sudah benci sekali dengan pelajaran itu jadi semakin benci karena si guru pengganti sialan itu selalu membuatnya menderita.
Bukan hanya menderita tapi juga dipermalukan! Sekarang seluruh sekolah tahu tentang kebodohan Sehun dalam berbahasa Inggris. Atau tentang Sehun yang tidak bisa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris atau Sehun yang tidak tahu arti kata-kata sederhana dalam Bahasa Inggris seperti kick, give, hug, break..
Akkk!
Dan dihari Jumat nanti Sehun masih harus menghadapi si kejam Kim Jongin lagi!
Mommy! Hunnie mau nikah aja Mom!
Kalau Sehun perhatikan sepertinya Jongin itu punya dendam tidak wajar pada Sehun. Murid lain jika tidak bisa akan dibimbing dan diajari dengan sabar sedangkan dirinya? Akan dicibir dan dipermalukan didepan seluruh kelas.
Dengan setengah hati Sehun masuk kedalam area sekolahnya yang sudah dipenuhi oleh murid-murid. Seumur hidupnya ia belum pernah merasa semalas ini masuk sekolah. Dalam hati ia berjanji nanti sepulang sekolah akan meminta pada ibunya agar ia diperbolehkan kursus Bahasa Inggris.
Jam dinding menunjukkan pukul dua lebih lima belas menit.
Kelas Bahasa Inggris sudah dimulai sejak lima belas menit yang lalu namun tempat duduk disamping Baekhyun masih kosong. Sehun memang tadi saat pergantian pelajaran berkata akan ke toilet namun sampai sekarang tidak juga kembali.
Sudah tahu si guru Kim ini sensitif dengan Sehun kenapa pula bocah itu pakai acara terlambat segala. Bisa dicecar habis-habisan kan teman sebangkunya itu? Aduh, Baekhyun sungguhan cemas dengan teman sebangkunya yang manja dan cantik.
"Baekhyun, where is Sehun? Is he absent today?" Baekhyun terlonjak ditempat duduknya. Baru saja ia memikirkan Sehun, Jongin sudah menanyakan keberadaan pemuda itu.
"Uh, n-no Mister. He went to toilet. Do you want me to check him out?" Baekhyun bertanya dengan senyum gugup.
"Yeah, go look for him."
Baekhyun dengan secepat kilat menuju toilet sekolah dan mencari keberadaan Sehun. Tidak ada. Baekhyun mencoba toilet dibagian lain sekolah tidak ada juga. Baekhyun mencoba menghubungi Sehun tidak juga diangkat.
Setelah hampir dua puluh menit mencari diseluruh penjuru sekolah, Baekhyun kembali dengan pipi memerah karena kepanasan setelah berlarian. Baekhyun melapor pada Jongin jika ia tidak bisa menemukan Sehun dimana-mana dan ia hanya disuruh duduk kembali ke bangkunya. Lalu pelajaran pun dilanjutkan.
"—we only use these words when.."
Tok! Tok!
Sebuah ketukan pintu mengejutkan seluruh penghuni kelas 11-B.
"Permisi, saya mengantarkan Oh Sehun kembali ke kelasnya." Seorang guru yang sudah cukup umur dengan wajah galak. Dibelakang guru tersebut berdiri sosok Oh Sehun yang menghilang hampir selama satu jam.
"Besok-besok kalau membolos jangan disamping ruang guru." Si guru galak memandang Sehun sambil menggelengkan kepalanya, heran dengan murid lugu, pendiam dan manis seperti Sehun bisa membolos. Guru galak tersebut adalah guru konseling yang memang sering patroli ketika jam pelajaran, mengecek anak-anak yang menghabiskan waktu dikamar mandi terlalu lama atau murid-murid yang berkeliaran tidak jelas.
Sehun menunduk dan berjalan menuju tempat duduknya dengan berpasang-pasang mata memandangi dirinya. Sudah malu karena tidak pintar Bahasa Inggris, kini ia harus tambah malu lagi karena ketahuan bolos dan digeret guru konseling kembali ke kelasnya.
"Sehun, temui aku diruang guru sepulang sekolah." Jongin berkata datar dan Sehun hanya menganggukkan kepalanya kecil. Si cantik ini tahu jika ia akan mendapat masalah besar.
Ruang guru sudah sepi.
Hanya ada Kim Jongin, Oh Sehun serta dua guru lain yang kini sedang bersiap-siap untuk pulang. Memang waktu sudah menunjukkan hampir pukul lima sore. Kebanyakan murid sudah pulang dan guru-guru pun begitu. Hanya beberapa murid tingkat akhir yang masih belajar diperpustakaan.
Dan juga Oh Sehun yang sedari tadi menunggu guru Bahasa Inggrisnya untuk mengatakan sesuatu.
"Seonsaengnim.." Sehun memberanikan berbicara setelah satu jam mereka saling diam. Jongin tadi hanya memberikan perintah pada Sehun untuk merapikan tumpukan kertas tugas yang berantakan dan bercampur baur antara kelas sepuluh dan sebelas.
"Hm?"
"Uh.." Sehun tidak tahu harus mengatakan apa. Minta maaf karena sudah membolos kelas Bahasa Inggris? Entahlah, Sehun tidak begitu merasa bersalah karena hal itu.
"Apa kau membenciku Oh Sehun?" Jongin meletakkan bolpoinnya dan mengangkat wajahnya dari kertas-kertas tugas yang sedang ia koreksi.
"Eh..tidak.." Sehun menjawab ragu. Memang ia kesal sekali dengan Kim Jongin tapi membencinya? Uh, tidak juga sih.
"Lalu?"
"Lalu apanya?" Sehun mengerjapkan matanya bingung.
"Kenapa kau membolos kelasku? Aku yakin tadi adalah pertama kalinya kau membolos pelajaran." Jongin menatap mata Sehun dalam-dalam dan itu membuat Sehun salah tingkah. Bukan hanya karena si guru pengganti ini sangat tampan tapi juga karena ia malu karena alasan membolosnya sangat kekanakan.
"Karena…karena…aku tidak bisa Bahasa Inggris." Sehun menjawab dengan suara sangat pelan nyaris tidak terdengar.
"Hanya karena itu?" Jongin menaikkan alisnya dan memandang Sehun meremehkan.
"Iya hanya karena itu!" Sehun memandang Jongin jengkel. "Aku tidak bisa Bahasa Inggris dan aku selalu stress setiap kali ada pelajaran itu! Dan Seosaengnim malah membuatku merasa lebih buru karena selalu mempermalukanku, menyusahkanku, mengataiku! Bagaimana mungkin aku betah berada dikelas?!"
Jongin menatap tajam Sehun yang terengah-engah setelah menjerit dan mengeluarkan kemarahannya. Sehun semakin kesal karena tatapan menusuk Jongin, dengan langkah kasar Sehun beranjak dan meninggalkan ruang guru.
"Kalau kau keluar, kau tidak lulus kelasku." Jongin berkata dingin dan Sehun langsung menghentikan langkahnya. "Duduklah kembali."
Sehun menghentak-hentakkan kakinya kembali ketempat duduk didepan Jongin. Tidak peduli jika Jongin adalah gurunya, sikap Jongin yang mengesalkan sama sekali tidak menunjukkan jika pria itu adalah seorang guru.
"Seonsaengnim membenciku ya? Kenapa Seonsaengnim suka sekali menyiksaku? Apa Seonsaengnim senang melihatku berdiri didepan kelas selama jam pelajaran cuma karena aku tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan? Apa Seonsaengnim senang bisa menghukumku?" Sehun tidak peduli lagi jika ia nanti akan dapat nilai C atau bahkan tidak lulus mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang penting sekarang melampiaskan seluruh kekesalannya pada si guru pengganti sok-sokan ini.
"Kau tahu Sehun, dalam dunia pendidikan sering dilakukan riset mengapa setiap murid memiliki output yang berbeda-beda walaupun diberi input yang sama." Jongin berkata tenang, tidak mengindahkan letupan kemaran Sehun padanya. "Karena setiap murid itu spesial, seperti dirimu."
Dahi Sehun berkerut mendengar ucapan Jongin.
"Ada murid yang tidak bisa membaca buku terlalu lama namun ada murid yang suka duduk dan menyerap ilmu dari bacaan. Menjadi tugas seorang guru untuk bisa mengenali setiap muridnya dengan baik dan memberikan ilmu pada si murid dengan cara terbaik agar mereka meresap materi pelajaran dengan baik."
"Seonsa—" Sehun berusaha memotong ucapan Jongin yang menurutnya hanyalah omong kosong.
"Aku rasa aku tahu metode pembelajaran apa yang cocok untukmu. Jadi aku ingin kau belajar Bahasa Inggris bersamaku seminggu tiga kali seusai sekolah. Jika kau tidak berusaha lebih keras dalam mata pelajaranku, bisa-bisa kau tidak naik kelas."
"Hah? Belajar Bahasa Inggris tambahan dengan Seonsaengnim?!" Sehun berteriak keras. "Tidak mau! Sudah cukup aku bertemu Seonsaengnim seminggu dua kali! Aku tidak mau!"
Nyali Sehun besar sekali memang.
Well, baru sekali ini Sehun membentak orang yang lebih tua darinya. Terlebih orang itu adalah gurunya sendiri. Sehun sudah terlalu jengkel pada Jongin yang menurutnya sangat sok.
"Lalu? Kau mau tidak naik kelas?" Jongin menaikkan alis kirinya.
"Aku akan mengambil kursus ditempat kursus yang paling mahal! Aku pasti akan langsung pintar!"
"Sehun, disini ada gurumu yang menawarkan mengajarimu secara cuma-cuma dan kau malah ingin mengambil kursus diluar." Jongin memandang Sehun tidak percaya.
"Seonsaengnim tidak minta bayaran?"
"Tentu saja tidak!" Jongin melotot mendengar pertanyaan Sehun. "Aku merasa bertanggung jawab untuk membantumu. Lagi pula kenapa kau sangat membenciku?" Jongin mengerutkan dahinya dan memandang Sehun lekat-lekat.
Sehun menggigit bibirnya gugup.
Kenapa pula Jongin harus memandangnya seperti itu.
"Ka-karena Seonsaengnim…se-sering membuatku malu dikelas, memarahiku dan memberiku tugas yang aneh-aneh." Sehun menjawab sambil menundukkan kepalanya.
"Tugas yang aneh-aneh?" Jongin bertanya bingung.
"Iya, tugasku sering berbeda dengan tugas teman-teman yang lain. Masa aku disuruh mencatat nama benda-benda didalam kelas tapi yang lain disuruh membuat dialog." Sehun berkata dengan bibir cemberut.
Jongin tertawa.
Sangat keras sampai Sehun takut jika Jongin ternyata orang gila.
"Sehun, Sehun.." Jongin mengusap air mata yang keluar dari matanya. "Aku memberimu tugas itu karena aku tahu kemampuanmu. Kosa katamu saja masih sangat terbatas bagaimana kau bisa membuat dialog?"
"Tapi…tapi…aku kan jadi malu.." Sehun menggigit bibirnya. Ia pikir waktu itu Jongin sengaja mempermalukannya jadi diberi tugas seperti itu. Ternyata gurunya itu sangat baik hati dan memberikan tugas yang sesuai dengan kapasitasnya.
"Baiklah, aku minta maaf. Aku selama ini mencoba menekanmu supaya kau banyak melakukan improvisasi tapi setelah aku perhatikan kau memang sangat lemah dalam Bahasa Inggris. Aku heran kenapa kau bisa lulus Bahasa Inggris tahun kemarin."
"Eh, itu karena…karena…aku mencontek waktu ujian." Sehun dengan malu mengakui hal tersebut.
"Astaga." Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Maaf Seonsaengnim. Aku takut tidak naik kelas jadi aku selalu mencontek waktu ujian."
"Baiklah, mulai sekarang jangan mencontek lagi karena aku akan membantumu belajar."
"Baik Seonsaengnim!" Sehun tersenyum cerah. Ternyata Jongin tidak hanya guru yang tampan, pintar dan humoris tapi juga sangat baik hati.
"Dan jangan membolos kelasku lagi."
"Hehe, tidak akan Seonsaengnim."
—
Bisa dibilang Jongin kini sedang memanfaatkan jabatan yang ia miliki. Mendekati orang yang ia sukai dengan cara seperti ini sebenarnya tidak salah-salah amat tapi tidak benar juga.
Jongin menyukai Sehun.
Ya, anak didiknya yang manis dan sedikit lemah-eh tidak hanya sedikit sih—dalam Bahasa Inggris itu. Jongin tahu sebagai guru memang sudah wajib baginya untuk membimbing muridnya yang kesulitan namun sayangnya itu bukanlah satu-satunya niat Jongin.
Entah sejak kapan Jongin menyukai Sehun.
Mungkin karena ia sering memperhatikan Sehun yang selalu gugup setiap pelajarannya. Memperhatikan bagaimana Sehun selalu ingin menangis setiap kali dipanggil maju kedepan kelas atau bagaimana wajah cantik muridnya itu cemberut jika ia memarahinya.
Sehun itu cantik dan sangat menggemaskan.
Hanya dalam dua minggu Jongin sudah tergila-gila dengan Sehun.
Ketika ia memutuskan untuk memberi tutor Sehun, ia berjanji untuk tidak melewati batas. Ia berjanji hanya akan mengajari Sehun belajar saja tidak memberi gombalan-gombalan murahan yang sering ia dengar ketika dulu kuliah. Atau berusaha menyentuh Sehun seperti yang sering ia bayangkan sebelum tidur.
Bukan Jongin seorang guru mesum—well, tidak sepenuhnya karena Jongin harus mengakui jika ia terkadang suka melihat pantat-pantat seksi murid-muridnya—yang suka melecehkan muridnya tapi ia adalah pria normal dengan gairah seksual. Terlebih ia masih muda! Wajar saja jika pikirannya terkadang kemana-mana jika melihat pria semanis dan semolek Sehun.
Tapi janji hanyalah tinggal janji.
Menghabiskan waktu berdua dengan Sehun membuat Jongin mengenal murid cantiknya dengan lebih baik. Sehun itu pribadi yang sangat amat menggemaskan. Cara berbicara, cara ia memandangnya bahkan hingga cara Sehun berpikir membuat Jongin semakin menyukai Sehun.
Bibir tipis merah muda Sehun juga berkali-kali membuat Jongin harus menahan nafas agar sesuatu diantara pahanya tidak tiba-tiba bangun. Rambut hitam Sehun yang berantakan membuat pemuda itu terlihat sangat seksi. Yang lebih parah, Jongin bisa melihat lekuk tubuh ramping Sehun dibalik seragam putih yang dipakai Sehun.
Jika Sehun kepayahan karena tambahan jam belajar Bahasa Inggris seusai pulang sekolah maka Jongin kepayahan karena selama tambahan jam belajar tersebut ia harus berkali-kali menahan dirinya agar tidak menyerang muridnya yang kadang sering tidak tahu jika kelakuannya bisa membangkitkan gairah.
"Seonsaengnim, ibuku menyuruhku memberikan ini pada Seonsaengnim!" Sehun meletakkan sekotak besar kimchi didepan Jongin yang sedang merapikan kertas-kertas tugas. Ini adalah hari kedua Jongin memberi tutor untuk Sehun dan tingkah Sehun sudah begitu menggemaskan membuat Jongin ingin sekali melupakan etika antara guru dan murid.
"Kata ibu ini ucapan terima kasih karena sudah mau membantuku belajar!" Sehun duduk dengan riang didepan Jongin.
"Ah, kenapa ibumu repot-repot sekali.." Jongin terpana melihat ukuran kotak yang dibawa Sehun. "Sudah tugasku untuk membantumu."
"Pokoknya diterima saja! Aku tidak mau membawa kotak sebesar dan seberat ini pulang kembali kerumah!" Sehun berkata galak dan mengeluarkan buku pelajaran Bahasa Inggris untuk anak sekolah menengah pertama—memang memalukan tapi kenyataannya Sehun memang sangat tidak bisa Bahasa Inggris.
"Baiklah, katakan terima kasih pada ibumu." Jongin tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat Sehun. "Nah, ayo kita mulai pelajaran sore ini."
Baru lima menit mereka belajar tiba-tiba langit mengeluarkan bunyi gelegar yang mengejutkan Jongin dan Sehun. Keduanya memandang keluar jendela kelas kosong yang sedang mereka gunakan untuk belajar.
"Seonsaengnim, sepertinya akan hujan deras."
"Ya, sepertinya seperti itu." Benar saja, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya disertai kilat dan juga guntur.
"Se-seonsaengnimm…" Sehun memandang ngeri langit diluar yang berwarna abu-abu gelap.
"Kau takut?" Jongin bertanya dan tanpa menunggu jawaban Sehun ia sudah tahu apa yang Sehun rasakan. Pemuda itu tanpa malu pindah duduk disebelahnya dan menggeret kursi mereka menjadi sangat dekat.
"Aku benci kilat dan guntur." Sehun bergumam pelan.
"B-baiklah, duduk disini jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik." Jongin memandang gugup Sehun yang duduk begitu dekat dengannya. Lengan mereka menempel dan Jongin bisa melihat jelas wajah cantik Sehun dari samping. Bulu mata lentik pemuda itu sangat indah dan berkedip-kedip manja.
"Kita teruskan pe—"
"AAA!" Sehun meraih dan meremas tangan Jongin ketika suara guntur terdengar memecah langit.
"Sshh, tenanglah. Aku ada disini. Tidak akan terjadi apa-apa." Jongin membalas remasan tangan Sehun kemudian membelai bahu muridnya berusaha menenangkan. Bagaimana bisa Jongin menahan diri jika Sehun seperti ini? "Mengobrol dengangku agar kau tidak terlalu memikirkan hujan diluar."
Sehun mengangguk-angguk dan memandang gurunya yang ternyata jauh lebih tampan dari jarak kurang dari lima belas senti meter. Sehun menundukkan kepala berusaha menyembunyikan rona merah yang muncul dipipinya.
Aduh, Jongin Seonsaengnim tampan sekali. Kenapa juga aku pindah kesini? Aku jadi seperti sedang menggoda Jongin Seonsaengnim kaaan. Tapi aku benar-benar takut petir…
"Apa yang kau lakukan sepulang sekolah biasanya Hun?" Jongin membuka pembicaraan untuk membantu Sehun melupakan rasa takutnya.
"Uh, pulang dan bermain bersama Vivi." Sehun menjawab masih dengan kepala menunduk.
"Vivi?"
"Iya, Vivi itu peliharaanku." Sehun mendongakkan kepalanya dan menatap Jongin dengan senyum lebar. Membicarakan Vivi dan kelucuan anjing itu memang bisa membuat Sehun ceria. "Apa Seonsaengnim juga punya peliharaanku?"
"Tentu saja punya. Namanya Monggu. Lalu ada dua lagi yang ada dirumah." Jongin menjawab riang. Senang karena Sehun sudah terlihat lebih santai. Jongin terus bertanya-tanya tentang peliharaan Sehun hingga entah bagaimana mereka bicara tentang pacar.
"Aku belum pernah punya pacar tapi sebelum aku lulus SMU ingin sekali merasakan yang namanya berkencan." Sehun bicara sambil memainkan pensil ditangannya.
"Kau belum pernah punya pacar? Kau kan sangat manis." Jongin berkata tanpa banyak berpikir.
"Menurut Seonsaengnim aku manis?" Sehun bertanya dengan mata membesar dan bibir digigit. Sial, untuk apa Sehun menggigit bibirnya? Tidak tahu apa jika Jongin membayangkan jika bibirnya yang digigit Sehun?
"U-uh, yeah. Aku pikir semua orang menganggap kau manis." Jongin mengalihkan pandangannya dari wajah menggemaskan Sehun.
"Tapi rasanya berbeda jika yang mengatakannya guru tampan seperti Jongin Seonsaengnim.." Sehun berkata lirih dengan pipi bersemburat merah muda. Jongin mengangkat wajahnya dan memandang Sehun dengan mata terbelalak.
Apa Sehun baru saja menyebutnya tampan?
"Errr, ka-kalau begitu…kita lanjutkan saja belajarnya." Jongin berusaha untuk menutupi rasa gugupnya karena ucapan Sehun barusan. Padahal ini bukan pertama kalinya ia mendengar seseornag memujinya tampan.
"Eh, baiklah." Sehun yang lugu dan naif tentu saja mengiyakan ucapan Jongin. Beruntung langit diluar sudah tidak mengeluarkan kilat dan guntur meskipun hujan deras masih mengguyur tanah Seoul.
"Sampai mana kita tadi?" Jongin berdeham dan menatap halaman terakhir dimana ia mengajari Sehun tadi. "Kita sampai wajah."
"Uh, sudah sampai mata." Sehun menarik bukunya yang tadi berada diseberang Jongin sampai beberapa peralatan tulis jatuh disebelahnya. "Aduh, tunggu sebentar Seonsaengnim."
Dan Jongin pun menyesal sudah mengangkat pandangannya dari buku.
Sehun menungging mengambil peralatan tulisnya yang terjatuh memberikan pemandangan yang selama ini hanya bisa ia lihat secara diam-diam, Sehun's booty. Fuck, sungguh indah dua bongkahan yang masih terlindung celana seragam itu. Bulat sempurna dan bergoyang menggoda setiap pemiliknya bergerak.
Jongin jadi teringat akan khayalannya semalam, Sehun menungging sementara ia menciumi bulatan sintal itu dan mendengarkan desahan merdu Sehun memintanya untuk terus melecehkan daging kenyal tersebut.
"Seonsaengnim?"
Jongin tersentak ketika suara Sehun memanggilnya.
"Hm?" Jongin menatap ke arah antara kedua kakinya, untung saja celana yang ia pakai hari ini longgar jadi penisnya yang sudah setengah ereksi tidak terlihat.
"Kenapa melamun?"
"Eh tidak, hanya memikirkan pan-pan…panda di Cina." Jongin mengutuk dirinya karena jawaban bodoh yang ia lontarkan.
"Panda?" Sehun mengerutkan dahinya bingung.
"Sudah lanjutkan saja pelajaran kita." Jongin mengibaskan tangannya dan mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. "Jadi sebutkan bagian-bagian wajah kita."
"Hair!" Sehun menyentuh rambutnya.
"For…fro..for.." Sehun meraba dahinya sendiri sambil berusaha mengingat-ingat Bahasa Inggris dari dahi.
"Forehead."
"Ah iya forehead!" Sehun memekik. "Eyebrow, eyelashes, eyes, nose, ear.." Sehun terus menyebutkan seluruh organ diwajahnya hingga ketika sampai ia menyentuh bibirnya Jongin mulai tidak bisa konsentrasi lagi.
Sungguh, Sehun sebenarnya tidak melakukan hal aneh apapun. Sehun hanyalah pemuda lugu yang bahkan tidak sadar jika Jongin sedari tadi memandangi tubuhnya dengan tatapan penuh nafsu. Pemuda itu hanya menyentuh bibirnya sendiri tapi Jongin bisa merasakan sesuatu diantara kakinya mulai mengeras.
"Seon…Seonsaengnim…" Kesadaran Jongin kembali saat Sehun memanggilnya. Sehun terlihat bingung karena….karena…tangan Jongin tiba-tiba menyentuh bibirnya. Ya, entah bagaimana jemari Jongin tiba-tiba sudah berada diatas bibir merah muda Sehun dan menyentuhnya lembut.
"Uh, ma-maaf.." Jongin segera menarik tangannya dan meminta maaf dengan wajah merah padam. Bagimana bisa ia lepas kendali seperti itu? Astaga ingat Kim! Kau ini seorang guru!
Tapi…
Pemuda seperti Sehun ini sangat langka.
Sepertinya mengambil kesempatan sedikit tak apa kan?
Sedikit saja.
Ya, hanya sedikit.
"Ehem, lalu sekarang kita akan belajar bagian tubuh yang lain." Jongin berkata sambil lalu seraya membuka halaman buku selanjutnya. Sehun hanya menurut dan membuka halaman selanjutnya, melupakan sikap aneh Jongin dalam sekejap.
"Nah, sekarang ini adalah neck." Jongin memandang Sehun seraya menyentuh leher jenjang Sehun dengan telunjuknya.
"Leher itu neck." Sehun mengulangi. "Lalu?"
Jongin tidak melepaskan jarinya dari leher Sehun malah ia mengelus kulit halus itu dengan punggung tangannya. Perlahan tangannya bergerak turun menuju bahu Sehun yang masih dibungkus seragam.
"Ini shoulder." Jongin meremas lembut bahu Sehun.
"Bahu itu shoulder." Sehun masih tidak sadar dengan tindakan pelecehan Jongin. Bibirnya terus bergumam mengulangi kata-kata Bahasa Inggris yang ia pelajari.
"Angkat tanganmu." Mata Jongin sudah ditutupi kabut birahi, pikirannya sudah tidak lurus lagi. Tidak peduli dengan statusnya sebagai seorang guru yang penting ia bisa mencicipi sedikit saja pemuda manis yang kini duduk menghadap dirinya.
Sehun tentu saja menurut dan mengangkat tangannya.
"Ini adalah armpit." Jongin mengelus ketiak Sehun lembut.
"A-armpit…a-aahhh..ge-geli Seonsaengnim jangan disana.." Sehun mendesah kecil merasakan tangan Jongin meraba ketiaknya. Sementara Jongin yang mendengar desahan itu seolah merasa nafsunya yang sudah terbakar dituang bensin.
"Se-seonsangenimmhh…he-hentikaaannhhh…ahhh…hahaha..geliiii…" Sehun menurunkan tangannya berusaha mendorong Jongin agar berhenti menyentuh ketiaknya. Jongin tentu saja tidak berhenti malah ia sengaja menggelitik Sehun sekaligus meraba ketika, lengan dan juga dada Sehun.
"Sekarang yang ini…" Jongin menahan seringai diwajahnya ketika jarinya menemukan tonjolan kecil didada Sehun.
"Mhhmm..ja-janganhh.." Tubuh Sehun mengejang merasakan sentuhan lembut jari Jongin dibagian tubuh tersebut. Rasanya geli…tapi bukan hanya geli saja. Ada sesuatu yang lain dan Sehun tidak bisa menjelaskan hal tersebut.
"Kenapa ini keras Sehun?" Jongin sudah tidak lagi menahan seringainya. Bahkan tangannya yang satu lagi sudah mengelus perut rata Sehun dari luar seragam.
"Nghhh…Seonsaengnimhhh…" Pipi Sehun memerah dan pemuda itu tidak tahu kenapa ia harus merasa malu.
"Ini adalah nipple." Jongin memilin puting kanan Sehun dan mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Sehun.
"Ni-nipp—aaahhhhhh!" Sehun mengerang keras. Entah bagaimana jari Jongin bisa menyelinap masuk kedalam seragamnya dan mencubit puting tegang Sehun kencang. "S-seonsaengnim!"
Jongin menarik Sehun berbaring ke atas meja dan membuka kasar seragam Sehun hingga kancingnya lepas melenting ke berbagai arah. Jongin menjilat bibirnya melihat tubuh molek Sehun yang siap ia nikmati.
"A-apa yang Seonsaengnim lakukan?"
To Be Continue
Halooooooooo!
One shot ini Author persembahkan sebagai permohonan maaf karena kemarin final chapter My Cutest Neighbor kelamaan updatenya.
Sebenernya mau dibikin satu chapter tapi belum sampe enaena udah 4k lebih hahahaha.
Chapter selanjutnya maljum depan ya kalo engga molor lagi wkwkwk
Mohon maaf kalo ceritanya standar banget…
Gara-gara liat Knowing Bros jadi terinspirasi bikin cerita disekolah hehehe.
Mohon review, kritik dan sarannya yaaaa^^
Gomawooooo^^
