Inspired by song "Dengarkanlah"
Gleen FredlyAmy Mastura
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 1
Seorang gadis berambut indigo baru saja menjejakkan kakinya kembali di tanah kelahirannya setelah 10 tahun meninggalkannya.
"Aku pulang...", gumamnya seraya memejamkan kedua matanya dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Hinata..." gadis berusia 20 tahun itu membuka kembali matanya ketika mendengar seseorang memanggilnya. "Sudah cukup. Ayo kita pulang!" Ajak lelaki bersurai cokelat panjang yang tak lain adalah kakaknya yang bernama Hyuga Neji.
Hinata mengangguk kemudian kembali menghampiri sang kakak. "Aku begitu merindukan kota ini." Ucapnya saat mobil kakaknya kembali melaju membelah jalanan yang terlihat ramai pagi ini.
Hinata terus memperhatikan jalan yang dilewatinya. Semua tampak berbeda dari 10 tahun yang lalu. Konoha kini terlihat semakin ramai saja. Tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah poster yang memajang salah seorang penyanyi kenamaan Jepang. Posenya sedang duduk santai dikursi dengan sebuah gitar dipangkuannya. Memakai celana jeans hitam dengan kaos hitam polos dan dibalut kemeja berwarna maroon yang tidak dikancingkan. Benar-benar terlihat tampan tanpa cela. Rambut hitam mencuatnya semakin menambah keunikan penampilannya.
Hinata tersenyum tipis melihatnya, kemudian menoleh kearah sang kakak yang sedang fokus menyetir.
"Bagaimana kabar'nya', Kak?" Pertanyaan ambigu adiknya ditanggapi sang kakak dengan kernyitan bingung, namun sedetik kemudian dia paham siapa yang ditanyakan sang adik.
"Dia baik, kurasa." Jawab Neji ragu. "Sudah sebulan aku tak bertemu dengannya."
Hinata tersenyum simpul kemudian kembali memperhatikan jalanan.
"Apa kau begitu merindukannya?" Kembali, sang kakak membuka suara. Rona merah menjalari wajah putih Hinata saat mendengar pertanyaan sang kakak.
Perlahan kepalanya mengangguk. "Sudah 4 tahun kami tak bertemu." Ujar Hinata.
"Mau memberi kejutan?" Tanya sang kakak lagi, membuat Hinata sedikit mengernyit. "Kau kenal Yamanaka Ino, kan?" Hinata semakin bingung. 'Apa hubungannya?' Batin Hinata.
Hinata mengangguk. "Lagipula siapa yang tak kenal dengan aktris papan atas itu? Bahkan dia terkenal sampai ke negara tempat aku tinggal." Balas Hinata.
"Nanti malam adalah acara pertunangannya dengan Shimura Sai." Hinata masih tak bisa menebak apa maksud ucapan Neji.
"Pelukis terkenal itu? Aku selalu mengagumi karyanya." Neji menganggukkan kepalanya sebagai respon.
"Mereka adalah teman SMA 'kami'. Aku yakin 'dia' pasti datang." Jelas Neji. Akhirnya Hinata mengerti ucapan sang kakak. "Kau bisa ikut denganku kalau kau mau atau dengan Ayah. Beliau juga diundang." Tawar Neji.
"Apa tak masalah?" Tanya Hinata ragu.
"Tentu saja tidak. Bukankah, Ino juga mengenalmu?"
"Baiklah, aku ikut!" Putus Hinata seraya tersenyum tipis. Neji pun ikut tersenyum melihat adiknya kemudian melajukan mobilnya lebih kencang menuju rumah mereka.
Sebuah ballroom disalah satu hotel paling mewah di Konoha terlihat sangat ramai. Ruangan itu ditata dengan begitu mewah dan elegan. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa yang sedang mengadakan acara ditempat itu bukanlah orang biasa.
Meskipun banyak wartawan dan paparazi yang berkerumun di halaman depan hotel, namun tak seorang pun dari mereka bisa masuk dan meliput ke dalam karena penjagaan yang sangat ketat dan tak sembarang orang bisa masuk.
Tak hanya tamu dari kalangan selebriti yang hadir dalam acara pertunangan Ino dan Sai, tapi juga dari kalangan pebisnis dan pejabat. Ayah Ino adalah salah seorang petinggi negara. Dia adalah seorang menteri pertahanan Jepang. Sedangkan Sai merupakan putra bungsu salah satu konglomerat yang juga merupakan seorang pelukis muda terkenal dan berbakat. Maka tak heran acara ini dihadiri para tamu penting dan dijaga begitu ketat.
Hinata turun dari mobil limousine hitam mengkilat milik sang ayah. Dia menggandeng lengan ayahnya. Terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna soft peach dengan potongan one shoulder yang pas badan membentuk tubuhnya yang tinggi semampai. Rambut panjangnya dibuat ikal dibagian bawahnya kemudian disampirkan untuk menutupi bahunya yang terekspos. Sepatu high heels berwarna senada dengan gaunnya membalut kaki jenjangnya. Tak lupa sebuah tas tangan berwarna hitam dengan hiasan kristal swarovsky melengkapi penampilannya. Terlihat sederhana namun tetap elegan dengan riasan make up yang natural. Sangat cantik hingga tak heran Hinata langsung menjadi pusat perhatian dari saat dia baru turun dari mobil. Apalagi tangannya menggandeng salah satu pengusaha terkaya di Jepang dari klan Hyuga.
Hinata memasuki ballroom mewah itu bersama sang ayah. Dia memutuskan untuk datang bersama ayahnya agar Neji bisa berangkat bersama kekasihnya, Tenten, seorang designer keturunan Cina. Neji sudah terlebih dulu berangkat sebelum Hinata. Semua orang terpesona dengan penampilan Hinata malam ini. Mereka bertanya-tanya siapakah gerangan gadis cantik yang digandeng oleh Hyuga Hiashi.
"Selamat Inoichi, Danzo-san!" Hiashi menyapa sang empunya pesta, Yamanaka Inoichi, ayah Ino dan Shimura Danzo, ayah dari Sai.
"Terima kasih, Hiashi." Ucap Inoichi mewakili besannya.
"Apa ini Hinata?" Danzo bertanya sambil mengamati gadis yang berada disamping Hiashi.
Hiashi mengangguk. "Ya. Dia Hinata." Ucap Hiashi seraya melirik putrinya.
"Kau sudah besar sekarang. Cantik dan mirip sekali mendiang ibumu." Lanjut Danzo.
"Ya. Aku seperti melihat Hikari saat masih muda." Tambah Inoichi. Hiashi hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan rekannya. Kemudian mereka mengobrol ringan. Tak lama beberapa rekan ikut bergabung bersama.
Hinata celingak celinguk memperhatikan sekitar. Dia mencari seseorang yang mungkin dia kenal, karena dia tak begitu mengenal banyak tamu yang datang kesini. Apalagi sebagian besar dari mereka adalah selebriti papan atas Jepang.
"Hinata-chan..." Terdengar suara lembut wanita paruh baya yang memanggilnya dengan sedikit ragu. "Astaga...!! Ternyata benar kau. Kapan kau sampai? Kenapa tidak memberitahu kami?" Ujar wanita paruh baya yang terlihat masih cantik itu. Kemudian mereka sedikit menjauh dari kerumunan rekannya.
"Aku baru datang tadi pagi. Maaf belum sempat menghubungi kalian!" Ucap Hinata menyesal kemudia memeluk wanita itu. "Bagaimana kabarmu, Ibu?" Bisiknya disela pelukan mereka.
"Aku sangat baik, sayang!" Balas wanita itu. "Kau juga tak memeberitahu kami, Hiashi." Protesnya.
"Aku juga baru tahu tadi pagi, Mikoto. Dia hanya memberi tahu Neji." Ujar Hiashi membela diri.
"Apa kabarmu, Ayah?" Hinata menoleh pada pria seumuran ayahnya yang berada disamping wanita bernama Mikoto itu. Dia kemudian memeluk pria itu.
"Ayah baik-baik saja, nak! Bagaimana denganmu?" Tanya balik pria bernama Fugaku yang dipanggilnya 'ayah' tadi.
Hinata tersenyum lembut. "Aku sangat baik dan juga sangat merindukan kalian." Ucap Hinata.
"Kau tak merindukanku?" Seorang pemuda tampan yang tadi datang bersama Mikoto dan Fugaku menyela.
"Tentu saja aku juga sangat merindukanmu, Nii-san." Bergantian, Hinata memeluk pemuda itu.
"Apa kau sedang berencana membuat kejutan?" Tebak pemuda itu lagi.
Hinata mengangkat bahunya. "Mungkin." Ujarnya singkat.
"Kau sudah bertemu dengan'nya'?"
Hinata menggeleng. "Belum. Apa dia datang kesini?"
Itachi mengangguk. "Tadi aku melihatnya. Dia sedang berkumpul bersama teman-temannya. Ada Neji juga disana. Kau mau kesana?" Tanyanya.
"Apa tak mengganggu?" Hinata balik bertanya.
Itachi mengangkat bahunya. "Bagaimana jika kita lihat reaksinya saja?" Tawarnya.
Hinata menoleh pada ayahnya. Hiashi menganggukkan kepalanya. Kemudian dia memandang pada Mikoto dan Fugaku, mereka hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Kalau begitu, mari kita buat kejutan untuknya, tuan putri!" Ujar Itachi kemudian menyodorkan lengannya untuk digandeng. Hinata hanya terkekeh geli melihat tingkahnya.
Itachi dan Hinata berjalan anggun. Mereka tampak serasi sehingga membuat orang-orang menoleh untuk memperhatikan mereka.
"Wooww...siapa yang kau gandeng itu, Itachi-nii?" Naruto yang pertama kali melihat mereka berkomentar. Sontak orang-orang yang sedang berkumpul disana menoleh pada arah pandang Naruto. Mereka terkesima dengan penampilan Hinata yang begitu mempesona malam ini.
Salah satu dari mereka begitu terkejut saat melihat gadis yang digandeng oleh Itachi. Namun dengan sekejap dia bisa menguasai kembali rasa terkejutnya dengan raut wajah datar dan tenang meskipun saat ini jantungnya berdetak tak karuan. Itachi dan Hinata yang menyadarinya hanya berdengus geli, sementara Neji dan Tenten hanya menyeringai tipis.
"Eh...Hinata-chan! Benarkah ini kau?" Ino, sang pemilik acara membuka suara.
"Kau mengenalnya, Ino?" Tanya Sakura, gadis berambut merah muda.
"Tentu saja! Dia adik Neji." Jawab Ino menjawab pertanyaan Sakura, kemudian memeluk Hinata. "Apa kabarmu? Kapan kau datang? Aku senang sekali kau bisa hadir diacara pertunanganku. Kau datang dengan siapa?" Berondong Ino.
Hinata tersenyum manis sampai membuat beberapa pria disana tak berkedip, membuat seorang pria bersurai raven berdecak kesal.
"Aku datang bersama ayah. Aku juga sangat baik dan baru datang tadi pagi." Jawab Hinata.
"Jadi, siapa namamu?" Tanya seorang pria tampan berambut maroon dengan tato kanji 'Ai' didahinya. Sabaku no Gaara.
"Dia Hyuga Hinata, adikku." Neji yang menjawab seraya merangkul bahu Hinata.
"Cih...!! Hyuga?" Gumam si raven ambigu sembari berdecih kesal membuat seringai diwajah Neji semakin lebar. Itachi dan Hinata menahan senyum mereka. Sementara teman-temannya mengerutkan kening tak mengerti.
"Adikmu cantik sekali, Neji." Puji seorang wanita berambut hitam dan bermanik emerald yang bernama Shizuka.
"Tentu saja!" Ucap Neji bangga.
"Apa dia masih single?" Tanya pria berambut putih dengan mata birunya.
Itachi menarik pinggang Hinata, membuat pria raven yang sedari tadi menatap Hinata intens serasa ingin mengubur Itachi hidup-hidup.
"Sayang sekali, dia sudah ada yang memiliki." Ucap Itachi, ekor matanya melirik si raven sekilas kemudian melempar tatapan disertai senyuman pada Hinata. Hinata pun membalas senyumannya.
"Tck...sayang sekali! Jika dia masih single, aku akan mendaftar untuk menjadi calon kekasihnya." Ucap Toneri, pria berambut putih tadi dengan wajah lesu.
Si raven mendeathglare Toneri, yang tentu saja tak mendapat respon karena Toneri tak melihatnya.
"Jangan memandanginya dengan wajah mesum seperti itu, Sasuke! Kau seperti ingin menerkamnya saja." Tenten yang sedari tadi memperhatikan si raven berkomentar. Sontak semua orang yang ada disana menoleh pada Sasuke.
Sasuke meneguk wine dalam gelas yang dipegangnya. Semburat merah tipis yang tak terlalu kentara menghiasi wajah tampannya. "Urusai..." ujarnya datar dan singkat, menutupi kegugupannya. Jantungnya semakin berdetak cepat. Teman-temannya memandang heran Sasuke. Sementara Hinata, Itachi, Neji, dan juga Tenten sedang berusaha menahan tawa mereka.
Acara utama sudah berlangsung sejak setengah jam yang lalu. Hinata ikut bergabung bersama Neji dan teman-temannya. Sementara Itachi kembali bergabung dengan orang tua mereka untuk membicarakan bisnis dengan para kolega yang juga hadir disana. Mereka kembali bercengkrama sembari menyantap beberapa hidangan yang disediakan. Hinata hanya diam mendengarkan. Dia tak terlalu mengerti dengan apa yang dibicarakan teman-teman Neji yang sebagian besar selebriti itu. Begitu pun Sasuke. Dia juga hanya diam sambil memperhatikan. Memperhatikan Hinata yang duduk dihadapannya lebih tepatnya. Tatapannya begitu sulit diartikan. Hinata yang mendapat tatapan seperti itu mencoba mengalihkan pandangannya sambil sesekali menanggapi jika ada yang bertanya padanya.
Beberapa rekan selebriti Ino ikut memeriahkan acara dengan menyumbangkan beberapa lagu. Seperti Sakura, aktris cantik yang berduet dengan kekasihnya, Sasori, yang juga merupakan seorang penyanyi papan atas. Naruto dan Shizuka, sepasang kekasih yang notabene seorang aktor dan aktris pun ikut menyumbangkan suara mereka yang cukup merdu.
"Sasuke kau tidak mau menyumbangkan suara emasmu untuk kami?" Tanya Ino
"Mereka sudah melakukannya." Sasuke mengendikkan dagunya pada Naruto dan Sasori.
"Hey...kau ini kan penyanyi yang sekarang paling digandrungi. Pelit sekali! Anggap saja itu kado darimu untuk kami." Pinta Sai.
"Bagaimana kalau kau berduet dengan Hinata-chan?" Usul Tenten. Sontak Hinata tersedak minuman yang baru saja masuk ke mulutnya. Semua orang yang ada disana menatap Hinata dan Sasuke bergantian.
"Uhuukk...uhuukk..." Sasuke melihat Hinata dengan raut wajah yang sedikit cemas.
Neji menyodorkan air mineral kehadapan adiknya. "Hati-hati, Hinata!" Ujarnya.
"Bagaimana Hinata-chan? Kau mau kan?" Tenten kembali bertanya setelah Hinata sedikit tenang.
"A-aku ti-tidak bisa bernyanyi, Tenten-nee." Jawab Hinata malu-malu.
"Aiisshh...kau itu selalu merendah. Suaramu bahkan lebih bagus daripada Shion." Protes Tenten.
"Benarkah itu?" Tanya Ino tak percaya. Tenten mengangguk.
"Tenten-nee terlalu berlebihan." Hinata mengibaskan kedua tangannya seraya tersenyum canggung.
"Berlebihan bagaimana? Aku bahkan sangat yakin jika kau berduet dengan Sasuke dan membuat album, maka album kalian akan meledak dipasaran." Ujar Tenten berlebihan. Rona merah diwajah Hinata kembali menghiasi.
"Waahh...aku jadi penasaran." Komentar Gaara.
"Aku juga." Timpal Sakura.
"Kalau begitu bernyanyilah! Kau mau kan? Kumohon! Sebagai kado untuk kami!" Pinta Ino seraya menangkupkan kedua tangannya didepan dada sebagai tanda permohonan.
Hinata melirik Sasuke sekilas melihat reaksinya yang ternyata masih memandang Hinata sedari tadi. Ino yang melihatnya kemudian ikut melirik Sasuke.
"Ayolah Sasuke! Kau mau ya berduet dengan Hinata-chan?!" Mereka semua menunggu reaksi Sasuke.
"Hn." Ujarnya singkat kemudian beranjak dari duduknya dan menuju panggung. Hinata menatap horor Sasuke. "Apa lagi yang kau tunggu?" Sasuke menoleh saat mendapati Hinata hanya diam di kursinya. Hinata pun terpaksa beranjak mengikuti Sasuke.
"Yosh...hadirin sekalian. Kali ini kita akan menyaksikan penampilan ekslusif Uchiha Sasuke, penyanyi papan atas yang paling populer saat ini." Suara dari sang MC kembali menggema memenuhi seluruh ruangan.
"Namun, kali ini Sasuke akan berduet dengan seorang wanita cantik..." sang MC berhenti sejenak untuk mengamati wajah gadis yang berdiri disamping Sasuke. "...waahh...kau benar-benar sangat cantik, nona. Ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya sang MC.
"Namaku Hyuga Hinata." Sasuke menatap Hinata malas saat gadis itu menyebut nama beserta marganya. Hiashi, Itachi, Mikoto, dan Fugaku sontak menoleh kearah panggung dengan wajah terkejut.
"Oh...apakah anda putri dari Hiashi-sama?" Tanya sang MC lagi. Siapa yang tidak mengenal pengusaha besar sekaliber Hyuga Hiashi di negeri ini? Hinata hanya mengangguk menanggapi pertanyaan si MC.
"Waahh...aku tidak menyangka, beliau memiliki putri secantik ini. Beliau pasti sangat bangga padamu." Puji sang MC. "Baiklah! Kalau begitu bagaimana jika kita langsung saja mendengarkan duet mereka?" Ucap MC itu dengan semangat. "Silahkan!" Lanjutnya kemudian turun dari panggung.
Sasuke memberitahukan lagu yang akan mereka nyanyikan pada para pemain musik yang akan mengiringinya. Para pemain musik itu mengangguk paham kemudian mulai memainkan lagunya. Hinata tersenyum tipis saat mengenali intro lagu itu.
Ho...(Hinata)
Suara lembut Hinata mulai terdengar.
Ho..o...(Sasuke)
Sasuke pun mulai mengeluarkan sedikit suaranya.
Ho..o..o..o...(Hinata)
Kasihku hanya kau saja dihatiku
Hanya kau satu yang kurindu
Setiap waktu tak pernah rasa jemu oh...(Sasuke)
Sasuke memulai bait pertama lagunya. Suaranya yang merdu dan khas membuat para tamu mulai terbuai, terutama para wanita muda yang memandangnya dengan tatapan memuja.
Saat kau tiba terasa sungguh bahagia
Jalinan indah mesra bersamamu
Seindah cinta yang pertama (Hinata)
Hinata pun tak mau kalah mengeluarkan suara merdunya. Semua orang terpesona dan kagum mendengar suara lembutnya. Mereka semua tak menyangka jika Hinata benar-benar memiliki suara yang sangat merdu. Para pria single menatap Hinata dengan tatapan mendamba.
Dengarkanlah bicara cintaku (Sasuke Hinata)
Sasuke dan Hinata mulai menyanyikan reff-nya. Mereka saling menatap dalam dengan kedua manik masing-masing, saling menghipnotis dan menarik satu sama lain agar jatuh dalam pesonanya.
Aku ingin selalu disisimu (Hinata)
Dengarkanlah bicara rinduku (Sasuke Hinata)
Terpancar raut kerinduan yang tertahan dari kedua manik yang berbeda warna itu.
Pinta hati ini yang ingin bersamamu...(Hinata)
Selamanya...(Sasuke Hinata)
Para tamu yang hadir seolah terhipnotis dengan penampilan dan suara merdu dari lagu yang dilantunkan Sasuke dan Hinata. Entah mengapa lagu itu begitu pas dinyanyikan oleh mereka berdua. Seolah mereka memiliki chemistry yang kuat.
Senyum tawamu terbawa s'lalu dalam mimpi (Sasuke)
Sasuke menatap Hinata penuh cinta dan rasa rindu yang membuncah didadanya. Jantungnya bertalu-talu dengan irama yang menghentak jiwa.
Hingga tak mampu untuk kulupakan
Kau sering didalam ingatan (Hinata)
Hinata pun menatap Sasuke dengan tatapan yang sama. Mereka kembali menyanyikan reff lagu itu dengan penuh penghayatan. Seolah lagu itu memang benar-benar menggambarkan perasaan mereka berdua. Para tamu pun semakin terbuai dengan chemistry yang dibangun Sasuke dan Hinata.
Biar dimana berada (Sasuke)
Biar simpankan saja (Hinata)
Rasa percaya (Sasuke)
Menjadi indah (Hinata)
Akan tiba menyatu akhirnya (Sasuke Hinata)
Hinata dan Sasuke begitu menikmati duet mereka. Terus saling menatap dengan intens tanpa sekalipun mengalihkan tatapan mereka satu sama lain. Mengabaikan tatapan para tamu seolah tak ada orang lain disekitar mereka. Hal itu tak luput dari pengamatan orang-orang terdekat mereka. Hiashi, Mikoto, Fugaku, Itachi, Neji, dan Tenten melihat Sasuke dan Hinata dengan senyum tipis diwajah mereka. Sementara teman-teman Sasuke menatap mereka dengan pandangan heran.
Bagi teman-teman Sasuke, yang sudah mengenal dekat dengannya, mereka melihat ada yang berbeda dari tatapan sahabat ravennya pada sang Hyuga. Baru kali ini mereka melihat Sasuke menatap lawan duetnya dengan pandangan berbeda, seperti pandangan penuh cinta.
Sebagai sesama selebriti, mereka tahu bagaimana cara Sasuke bekerja. Namun kali ini benar-benar berbeda. Mereka merasa Sasuke benar-benar bernyanyi dengan hatinya. Bukan berarti selama ini Sasuke bernyanyi tanpa penghayatan. Sebagai seorang penyanyi papan atas mereka tak pernah meragukan keprofesionalan Sasuke. Entahlah, mereka sendiri tak mengerti apa yang ada dipikiran teman raven mereka yang memang sedikit misterius itu.
Pinta hati ini yang ingin bersamamu...
Selamanya...(Sasuke Hinata)
Sasuke dan Hinata mengakhiri lagu mereka dengan sempurna. Masih saling menatap, hingga suara gemuruh tepuk tangan menyadarkan mereka. Sasuke kemudian menggenggam tangan Hinata, menghadap pada para tamu dan sedikit membungkuk memberi hormat. Lalu mereka pun turun dari panggung, kembali ke tempat teman-teman mereka berkumpul.
"Waahh...Teme, kau tahu? Aku begitu terpesona melihat kalian berdua. Kalian seperti sepasang kekasih saja." Naruto langsung berkomentar saat Sasuke dan Hinata sudah duduk kembali di kursi mereka masing-masing. "Kau juga hebat, Hinata-chan! Suaramu benar-benar merdu." Naruto melirik Hinata serta memberikan kedua jempol tangannya.
"Aku setuju dengan Tenten. Suaramu bahkan lebih bagus daripada Shion." Sakura ikut berkomentar.
"Aku juga setuju." Timpal Shizuka. Yang lain pun mengangguk setuju.
"Aku benar-benar merasa beruntung bisa mendengar suara merdumu, Hinata-chan! Benarkan, Sai-kun?" Ino pun tak mau kalah, ikut berkomentar.
Sai tersenyum tulus dan mengangguk. "Chemistry kalian juga sangat bagus, seperti kalian sudah saling mengenal lama dan sedang jatuh cinta." Ucap Sai.
"Itu benar sekali! Aahh...kenapa tadi tidak aku saja yang berduet denganmu, Hinata? Aku merasa iri dengan Sasuke." Kali ini Toneri pun buka suara.
"Seperti kau bisa bernyanyi saja." Cibir Gaara. Toneri hanya mendengus sebal. Gaara memperhatikan raut wajah Hinata dan Sasuke bergantian.
"Apa kau tak berminat menjadi penyanyi, Hinata-chan?" Tanya Sasori yang sedari tadi hanya diam.
"Aku tidak percaya diri." Ujar Hinata kalem.
"Kenapa?" Tanya Sakura heran. "Kau cantik dan suaramu sangat merdu. Aku yakin kau akan sukses dan menjadi penyanyi besar." Lanjutnya.
"Itu bukan passionku. Aku lebih senang membuat kue." Jelas Hinata seraya tersenyum.
"Ngomong-ngomong, Hinata-chan itu seorang patissier, lho!" Ujar Tenten.
"Benarkah? Waahh...bolehkah kapan-kapan aku mencicipi kue buatanmu?" Tanya Naruto antusias. Hinata hanya tersenyum menanggapi.
"Dasar Dobe! Yang ada dalam kepalamu hanya makanan saja." Sindir Sasuke yang sedari tadi hanya diam mengamati.
"Apa kau, Teme! Bilang saja kau juga mau!" Balas Naruto.
"Cih...!" Sasuke hanya mendecih kesal lalu membuang mukanya kearah lain. Teman-teman mereka hanya menggeleng. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan sikap Sasuke dan Naruto.
"Jika kalian berkenan, aku akan mengundang kalian semua saat pembukaan toko kue ku nanti. Datanglah jika kalian ada waktu!" Ucap Hinata.
"Benarkah? Tentu saja kami akan datang! Benarkan, sayang?" Naruto menoleh pada kekasihnya, Shizuka. Shizuka pun mengangguk dan tersenyum.
"Kami juga pasti datang. Iya kan, Sasori-kun?" Sakura tak mau kalah.
"Aku juga! Semoga pekerjaanku tak panuh saat itu. Tapi aku pasti akan meluangkan waktu untukmu, Hinata-chan." Toneri ikut menimpali dengan tingkah genitnya. Mulai mengeluarkan jurus playboynya. Sasuke semakin kesal saja dibuatnya.
Acara pertunangan Ino telah berakhir sejak 1 jam yang lalu, dan Hinata sudah berada di apartement sejak 30 menit yang lalu. Apartement? Ya. Hinata meminta pada sang ayah untuk mengantarnya ke sebuah kompleks apartement yang terbilang mewah di pusat kota Konoha.
Tak lama terdengar suara pintu yang dibuka saat Hinata sedang menyeduh ocha panas di meja bar dekat ruang makan. Senyum simpul tersungging dibibir tipisnya.
Sasuke sedikit terkejut saat masuk ke dalam apartementnya dan mendapati sepasang sepatu wanita. Perlahan sebuah senyuman hadir menghiasi wajah tampannya. Dengan langkah pasti, Sasuke berjalan semakin ke dalam apartementnya.
"Kau sudah pulang? Kemana dulu tadi?" Ujar Hinata seraya menghampiri Sasuke yang sudah berdiri tegap dengan ketampanan absolut yang masih tetap terlihat diwajah lelahnya.
"Cih...!! Hyuga, eh?" Cibir Sasuke kesal teringat saat Hinata memperkenalkan namanya diacara pertunangan Ino tadi.
Hinata hanya terkekeh geli melihat wajah merajuk Sasuke. Lalu tanpa sepatah kata pun, Sasuke langsung memeluk tubuh ramping gadis Hyuga yang tadi berduet dengannya dengan sangat erat. "Kenapa kau tak bilang jika kau kembali hari ini?" Tanyanya seraya menghirup aroma khas gadis yang begitu dirindukannya selama ini.
Selama 4 tahun mereka tak pernah bertemu atau berkomunikasi. Kabar tentang satu sama lain pun hanya bisa mereka dapatkan dari keluarganya. Ya. Karena itu memang peraturan dan syarat yang harus mereka terima.
"Kejutan!" Jawab Hinata seraya membalas pelukan Sasuke tak kalah erat.
"Aku begitu merindukanmu. Aku bahkan hampir gila karena merindumu. Aku tersiksa tak bisa melihat wajahmu selama 4 tahun terakhir ini." Ungkap Sasuke.
Hinata melerai pelukannya. Sasuke melepaskannya dengan tak rela.
"Bagaimana penampilanku sekarang?" Tanya Hinata seraya memutar tubuhnya.
"Kau tahu? Aku bahkan ingin sekali menghajar para lelaki yang menatapmu penuh damba tadi." Komentar Sasuke seraya merengkuh kembali pinggang ramping gadis pujaannya itu. Hinata tergelak mendengar komentar Sasuke.
"Apa kau akan tidur disini?" Tanya Sasuke sambil kembali memeluk Hinata dengan erat. Sasuke merasakan anggukan kepala Hinata didadanya. Senyumnya pun mengembang lebar. Dia melonggarkan pelukannya. Memandang wajah cantik kekasih hatinya.
"Kalau begitu aku akan menagih hakku kali ini, dan kau tak bisa menolaknya! Aku sudah menunggu selama 4 tahun untuk ini, Hinata." Ucap Sasuke. Nada suaranya mulai memberat.
"Tentu saja! Aku adalah milikmu. Lakukan apapun yang kau mau, anata!" Balas Hinata dengan senyum manisnya.
Sasuke menyeringai. "Jangan tarik kata-katamu!" Ujarnya. Hinata mengangguk.
Sasuke mulai menghapus jarak mereka, mencium lembut bibir manis Hinata yang begitu dirindukannya. Ciuman dalam yang sarat akan cinta dan kerinduan yang sudah lama tertahan.
Kebutuhan akan oksigen terpaksa menghentikan ciuman mereka. Sasuke menangkup dan memandang wajah cantik dihadapannya dengan penuh damba.
"Aku merindukanmu dan sangat mencintaimu, Uchiha Hinata." Ucapnya tulus seraya menggendong tubuh ramping Hinata, kembali diciumnya bibir manis mantan gadis Hyuga itu kemudian membawanya kedalam kamar mereka.
TBC,
