thus, you feel like seeing him
-disclaimer-
Charas belong to God; this shit's no take and get any advantages :p
pair: baekyeol
length: drabble
genre: poetic, fluff
Namanya Chanyeol.
Wajahnya rupawan bagai dipahat langsung oleh tangan Tuhan; rambut ikal berhias surai lembut, manik kembar kecoklatan berbungkus kelopak lebar, dihias alis yang bila ditilik akan nampak seperti sederet koloni semut tengah berbaris, hidung bangir lengkap bersama bibir merah delima miliknya. Berani taruhan, hingga kini hanya aku yang pernah merasakan betapa manis belahan itu ketika dikecup. Tubuhnya bak raksasa—menjulang, tinggi semampai; dengan tungkai kaki bak milik pebasket Amerika. Aku harus mendongak kalau berbicara dengannya.
Senyum yang terkembang dari sudut bibirnya selalu sama. Menyebalkan dan kesannya meremehkan. Acapkali menyiratkan sesuatu yang sukar untuk kujabarkan. Kuakui, Chanyeol memang agak misterius. Kendati begitu, aku tahu dirinya tak pernah menyimpan secuil pun ekspresi murung. Sedih tak tertera dalam kamus hidupnya. Dengan jelas kuketahui, ia adalah makhluk terkonyol yang pernah ada. Ketika kau memandangnya sedang tertawa, kuharap siapkan dirimu untuk memegang perut karena semua yang mengalir dari bibirnya berderai—kau sulit lepas dari candaannya yang kadang tak masuk akal. Bahkan saat kau berada di titik terburukmu, melihat sinar matanya akan membuatmu merasa baikan.
Aku melihatnya lagi hari ini.
Kami berpapasan di koridor. Membeku sebentar, sampai Chanyeol duluan yang mengenaliku. Seringai anehnya merayap lewat dua sisi. Menyisakan lesung di pipinya. Tak butuh waktu lama hingga ia melambaikan tangan seraya memanggilku dengan sapaan kesayangannya—tapi sesungguhnya aku tak pernah benar-benar menyukainya—yang terdiri dari gabungan namaku dan nama tokoh favoritnya, Pikachu: "Baekkachu!"
Menghela napas, ogah-ogahan aku membalas panggilannya, "Hai juga, Tuan Muda Yeollie…"
Langkahnya amat lebar—selain ditunjang oleh kaki-kakinya yang panjang, kurasa ia punya sesuatu yang harus segera disampaikannya padaku. Entah apa itu. Tapi biasanya Chanyeol mendatangiku untuk dua hal. Kalau bukan bertanya tentang Pekerjaan Rumah, ya, paling-paling ajakan jalan.
Mungkin kali ini opsi kedua.
Karena belum sempat aku bertanya apa maksud ia berlari ke arahku, tahu-tahu dia telah meninggalkan secarik kertas bertuliskan 'Siap-siap di rumahmu nanti malam. Jangan terlalu lama, oke? Aku menjemputmu jam 7!'
Dan walau aku kebingungan, ia tetaplah Chanyeol—
—yang kucintai.
OWARI
Pendek? Kkk, maaf. Ini cuma drabble. :) Pemanasan udah lama gak nulis, hehe. Gaada motif, sih. Di-publish buat nyenengin yang kebetulan baca aja. ;) Aku masih kaget datang-datang cek traffic stats blaar! Hehe. Entahlah, speechless. :p
Makasih banyak udah baca; ditunggu review-nya. :*
