Seribu Harapan Burung Origami

Disclamer :

Naruto not belong to me ==a

Author

Ryuu Maeda

Pairing

SasuNaru, SasuSaku

Genre

Angst, Hurt, Friendship

Warnig

OOC #maybe#, gajenes, kenehan diman-mana, ga sesuai harapan ==, penuh rahasia #maksud L? #

Read Review or Flame =D

Sekali lagi aku tersenyum-senyum seperti orang bodoh. Memandang kearah kedua temanku yang duduk berdampingan. Sedikit bertengkar atau beradu argumen bukan hal yang aneh lagi diantara keduanya. Ya karena aku tahu pertengkaran mereka akan menghasilkan tawa. Aku masih menatap mereka, orang-orang yang aku cinta dan sayangi sama-sama membagi bahagia, ya aku bahagia dengan semua ini. Tapi dibalik senyumku tak bisa dipungkiri bahwa rasa sakit ini masih ada. Dengan luka yang masih menganga, terkadang darah masih keluar dari luka itu.

Dia bernama Sasuke Uchiha , panggilannya Sasuke. Dia hanya adalah cowo stoic yang entah kenapa bisa bertengger dengan manis dihatiku selam tiga tahun ini. Dan gadis yang duduk disebelahnya adalah Sakura sahabatku. Humm, mungkin harus kuceritakan sedikit kisahku, tentang persahabatan, cinta, keegoisan, rasa sakit, keikhlasan, dan sebuah kebahagiaan.

Cerita ini bermula saat aku beranjak ke bangku kelas sembilan. Entah bagaimana ceritanya hingga aku bisa berkumpul dengan Hinata, Shikamaru, Gaara, Neji, Kiba, Sakura, Lee, dan tentunya Sasuke. Aku sudah jatuh cinta pada Sasuke saat aku masih di bangku kelas tujuh. Awalnya kami hanya berteman , sampai saatnya perasaan ini berkembang dan memporak-porandakan perasaanku yang sampai saat ini masih labil. Oh ya! Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Naruto Uzumaki, cowo super periang yang suka sekali makan ramen. Mungkin kalian merasa sedikit aneh, karena gender kami yang sama. Ya Sasuke dan aku sama-sama laki-laki. Ya tapi bagiku sebuah perasaan itu tak mengenal suku, agama, kasta bahkan gender. Aku mencintainnya, jadi itu cukup buatku.

Sasuke pernah mengikuti ekstrakulikuler lukis, sama denganku. Lukisan- lukisanya bisa membuat ku terpana. Awalnya aku hanya mengaguminya, tapi ternyata. Perasaan itu bukan hanya mengagumi. Aku mencintainya, hingga terkadang rasa sesak di dada bisa membunuhku kapan saja. Iya, memang terdengar berlebihan, tapi itulah hal yang benar-benar aku rasakan. Jika berada dekat dengannya, bahkan terkadang aku lupa caranya bernafas. Tatapan matanya yang dingin tetapi teduh mampu meluluhkan jiwaku.

" Naru-chan, lihat Sasuke menatap kearahmu. Hahahah mukamu merah, "

Kata-kata mereka akhirnya Cuma bisa membuatku manyun dan tertunduk menahan malu. Ya hanya sahabat-sahabatku ini yang tahu tentang rahasiaku, memang cukup banyak, tapi aku yakin mereka bisa menjaga rahasia ini dengan baik.

Sasuke juga tahu aku menyukainya. Dia sempat menjauhiku dan bersikap seperti tak mengenaliku. Tapi akhir-akhir ini karena Sakura dengan gencarnya mendekatkan kami berdua, dia berhasil membuat perang dingin ini berakhir. Awalnya ku kira ini takan berhasil, tapi karena Sakura memberi pengertian kepada Sasuke, akhirnya Sasuke mau menerimaku sebagai temannya lagi. Sakura dan Sakura sangat dekat. Mereka sempat satu kelas saat kelas delapan.

Sakura paling bersemangat kalau sudah menyangkut hubunganku dengan Sasuke. Dia sering memberiku kekuatan hingga bisa bertahan sampai saat ini. Aku menganggap dia adalah penyelamat hubunganku dengan nya. Aku bahagia bisa berkumpul dengan mereka. Namun...

" Naru-chan! Sasuke sering ngeliatin kamu tuh! Ya ampun, aku yakin deh dia tuh suka sama kamu! " kata Sakura sambil mengguncang-guncang badanku. Aku Cuma bisa diam sambil sedikit tersenyum dan menunjukan cengiran khasku.

" Paling salah liat, " ucapku sambil memainkan HP ku berusaha tak perduli.

" Engga ah! Tuh kan! Dia ngeliatin lagi! Hahahhahaha " diikuti tawa dari yang lainnya malah mulai ikut-ikutan membuat wajahku merah padam.

" Urusai, aku bukan object bercandaan kalian! " ujarku berteriak sambil mengibas-ngibaskan tanganku.

" Hahahha, Naru-chan sih dari tadi pandanganya ngelengos mulu! " Kiba menyikutku, aku lagi-lagi cuma bisa mengerucutkan bibir sambil menggenggam handphone ku.

" Hahahah! Mukanya merah kaya tomat! Eh bukan tomat! Tapi tomcat! " gelak tawa terdengar dari semuanya.

" Tau ah! Pulang yuk! " ucapku sambil berdiri dan menggendong tas yang cukup berat.

" Iya, iya ayo pulang, " merekapun setuju dan mengikutiku beranjak dari situ.

Aku berjalan melewatinya, kutundukan kepalaku tak berani menatap wajah teduh itu. Dia tersenyum, aku tau senyum itu untuk siapa. Mengapa? Harapan ini begitu besar? Tuhan, jika senyumnya hanyalah mimpi, biarkan aku tidur lebih lama karena aku tahu, saat aku terjaga nanti, realita tak terduga sudah menantiku.

Sesampainya di rumah, aku menaruh tasku sembarangan dan rebahan dikasurku. Lelah rasanya menyembunyikan semua ini sendirian. Tersenyum palsu dan menganggap semuanya baik-baik saja. Aku tahu semuanya, feelingku yang berkata padaku. Aku terlalu tahu untuk tak tahu. Dia tak pernah melihat kearahku. Dia melihat dirimu, bukan aku. Aku hanyalah sebuah alibi untuk membuat rencananya berjalan lancar. Uchiha Sasuke tak pernah melihatku, yang tercermin dimatanya bukan diriku. Apakah kau tak sadar Sakura? Bahwa disana bayanganmu begitu bersinar? Dimatanya, kau adalah segalanya. Aku hanya serangga yang mengganggu hubungan kalina. Aku ada untuk disingkirkan. Apa didunia ini tak ada yang menggerti perasaanku?

" Naru-chan, ayo makan dulu! Nanti sakit loh! " kaa-san menaruh tasku dimeja dan duduk disebelahku yang meringkuk dibawah selimut tebalku. Dielusnya rambut blonde jabrik miliku, aku berbalik dan membelakangi kaa-san. Tanpa aku sadari air mata ini jatuh lagi. Tuhan, harus sebanyak apa lagi aku menangis? Jika kau tak membiarkan aku memilikinya, mengapa kau memberikani perasaan ini?

" Iya, Kaa-san nanti dulu Naru ngantuk nih, mau tidur dulu sebentar, " bohongku sambil menyembunyikan isak tangisku. Kunaikan selimut hingga sebatas kepala dan memejamkan mata dengan rapat.

" Ya sudah, kaa-san mau berangkat kerja lagi ya! Hati-hati di rumah, " kaa-san berangkat dengan mobil, meninggalkanku yang menangis disini sendiri. Aku paham kaa-sanbekerja membanting tulang demi aku. Sejak tou-san meninggal, kaa-san selalu membanting tulang untuku, aku selalu ingin membantunya tapi aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Kaa-san aku sangat menyayangimu,tapi kaa-san mengapa aku merasa hari ini aku sangat merindukanmu dari hari biasannya...

'-')/'-')/'-')/'-')/'-')/'-')/

' Teng, teng, teng.. ' Bel dengan nyaringnya berbunyi. Aku yang sejak tadi sudah duduk manis di tempat duduku memandang langit dengan tatapan bosan. Entah apa yang sedang aku fikirkan, otaku bagaikan benang kusut. Uh, menyebalkan!

Ku buka buku yang aku pinjam dari perpustakaan. Ini seperti bukan aku si anti buku yang kerjaanya makan ramen dan bikin heboh di kelas, kini aku duduk sambil membaca buku? Sugguh ajaib sekali. Jam pelajaran pertama kosong karena ada rapat dadakan. Ku baca acuh tak acuh buku yang aku ambil dengan asal-asalan itu. Lembar demi lembar ku baca. Ternyata isinya tetang mitos burung origami. Lumayan juga untuk mengisi kebosananku ini. Ku bulak-balik lembar demi lembar buku tipis itu, mataku mulai berbinar membaca lembar demi lembar halaman yang kubaca. Ah! Aku baru ingat, dua minggu kedepan Sasuke akan mengikuti lomba melukis. Apa aku ikuti saja saran buku ini ya? Sepertinya patut dicoba.

" Baca apaan sih? Serius banget, " Kiba mengagetkanku. Cepat-cepat kututup buku yang baru setengahnya aku baca. Kulirik Kiba dengan tatapan ' Aku kaget tau! ' dan hanya menggeleng sebagai jawaban pertanyaanya.

" Seribu Burung Origami? Isinya apa? Bagus ga? Liat dong! "kugenggam cukup erat buku itu, Kiba kepo nih ah. Kugelengkan kepala dan menatapnya dengan tatapan ' Ini rahasia! '

" Ah! Bagi donggggg! "

" Engga, ntar aja aku belum selesai kan, "

" Ya udah, aku pinjem kalau udah selesai ya Naru, " Kiba pun beranjak menuju kursinya karena guru sudah datang. Akupun mulai memperhatikan pelajaran dan menyimpan buku itu untuk nanti.

Pelajaran hari ini cukup melelahkan, sesampainya dirumah aku mengorek-ngorek lemari nakas miliku.

" Ketemu! " ucapku sambil tersenyum lebar melihat kertas warna-warni berbentuk persegi itu. Kutarik satu kertas lipat berwarna hijau. Satu persatu kubuat burung origami sesuai dengan cara yang ada dibuku yang sedari tadi kubaca. Sedikit sulit memang tapi aku berhasil. Tanganku terus bekerja untuk membuat kertas-kertas itu menjadi burung origami.

" Kau sedang apa Naru-chan? Kayaknya seru sekali? " kaa-san duduk di sebelahku, dilihatnya diriku yang tak berhenti melipat.

" Bikin burung origami -san mau bantuin? " ucapku sambil nyengir lebar.

" Hahahha, kaa-san ga bisa Naru-chan, makan dulu gih, bikinnya nanti lagi! "

" Iya bun, Naru laper, masak apa nih kaa-san? "

" Kaa-san masak chiken katsu sama salad yuk, " kaa-san mengelus kepalaku dan mengangkatku berdiri. Akupun berjalan bersama bunda menuju dapur.

'-')/'-')/'-')/'-')/'-')/'-')/

Kakiku berjalan menuju kelas, hari ini aku berangkat cukup pagi. Ditengah-tengah perjalananku, kulihat Kiba dan Lee yang sedang ngobrol dengan tampang cukup serius. Niat untu mengagetkan mereka terhenti saat aku mendengar namaku disebut oleh mereka. Aku bersembunyi dan menguping pembicaraan yang berlangsung didepan kelas Shikamaru, kekasih Kiba.

" Apa yang harus kita lakukan? Kita harus memberi tahu Nru-chan tentang semua ini? Kita ga mungkin nyembunyiin ini lagi, Naru-chan perlu tau! " ujar Kiba sambil meremas tas nya.

" Iya, tapi aku rasa ga sekarang Kiba, dia butuh waktu, "

" Selama ini kita udah meyakinkan dia kalau Sasuke menyukainnya, tapi pada kenyataanya si Uchiha itu jatuh cinta pada Sakura. Padahal Sakura tahu kalau Sasuke suka padannya, jadinya ribet sendiri kan? "

" Iya, sebenernya Sakura juga suka sama Sasuke, tapi kamu tau lah, " mendengar percakapan mereka aku hanya bisa diam. Aku sama sekali tidak merasa terkejut. Sejak awal aku tau sandiwara apa yang sedang mereka mainkan. Walau begitu, airmataku mengalir begitu saja tanpa bisa aku cegah. Bukan perasaan Sasuke pada Sakura atau sebaliknya yang membuat airmataku jatuh. Tapi sikap Sakura yang mendukungku selama ini. Apa dukungannya selama ini kepadaku hanya sebuah kebohongan? Perasaan sakit ini berkali-kali lipat lebih sakit jika semua ini benar-benar terjadi.

Kakiku berjalan gontai menuju kelas. Airmata yang belum lama jatuh buru-buru kuseka agar tak meninggalkan bekas. Kududukan diriku dibangku paling belakang dekat jendela. Tatapanku menerawang dan kosong. Kubuka buku itu lagi. Kututupi wajahku dengan buku bercover biru bergambar burung origami. Aku nyaris menyerah, menyerah akan segalanya. Tapi kenapa perasaanku padanya tak semudah itu sirnah? Aku mencintainya melebihi kenyaaan, tapi kenyataan yang ada dihadapanku tak seperti yang kuinginktan.

Bel istirahat berbunyi nyaring. Kututup buku paketku dan menaruhnya dilaci. Kiba menghampiriku dan tersenyum kearahku. Aku membalas senyumnya dan berdiri menghadapnya.

" Naru-chan, ada yang harus kita bicarakan, "

" Aku tau Kiba, aku udah terlalu tau buat ga tau. Kamu ga usah cerita, "

" Ah, maaf, kita ga ngasih tau kamu dari lama, " Kiba menunduk seperti merasa bersalah. Jemarinya saling menggenggam kuat.

" Ga papa kok Kiba, sekarang aku yang harus dukung mereka, " ucapku ikut menunduk sambil menyembunyikan mataku yang sudah berkaca-kaca.

" Jangan memaksakan diri Naru-chan, kamu ga harus dukung mereka. Yang penting, sebisa mungkin persahabatanmu sama Sakura ga rusak, itu aja cukup " Kuangkat kepalaku menghadap Kiba, kuberikan senyum terbaiku " Aku baik-baik aja, " kataku sambil beranjak dari tempat itu. Dan dengan sedikit berlari kututup wajahku untuk menutupi tangis putus asaku.

Aku masih melipat lembaran kertas-kertas tersebut menjadi origami burung. Sesekali kuseka mataku yang basah karena air mata dan melanjutkan melipat kertas-kertas tersebut.

" Argghhhh! Kenapa aku lemah banget sih! Aku ini laki-laki, " ujarku berteriak sambil berguling-guling diatas kasur bersprei chibi rubah ekor sembilan.

Sudah lima hari kerjaanku sepulang sekolah hanyalah melipat kertas-kertas persegi tersebut menjadi burung origami. Mungkin jumblahnya baru mencapai lima ratus. Aku sering melipatnya samai larut malam. Tapi ini semua demi dia. Dan juga demi harapanku.

Ini hari Sabtu, seperti biasanya sekolahku akan mengadakan jalan bersama. Kunaikan lengan baju olahragaku dan berjalan ogah-ogahan menuju kelasku yang berada dilantai tiga. Kuletakan tas orangeku dimeja paling belakang, ya seperti biasanya. Kiba yang baru datang langsung menaruh tas disampingku dan mengajaku untuk mengikuti acara pentas seni untuk kelas tujuh nanti siang. Aku yang ingin sedikit menghilangkan rasa sakit dan jenuh pun setuju-setuju saja.

Siang ini di lapangan basket yang panas, aku, Kiba, Lee, Neji, dan Gaara memilih berdiri dibelakang dan melihat adik-adik kelas yang menunjukan kebolehan mereka diatas panggung kecil-kecilan. Sesekali tepuk tangan terlepas dari tanganku. Kuedarkan pandanganku kesegala arah mencari Sakura dan Sasuke. Aku tak dapat melihat mereka disekitar sini.

" Eh, Sasuke dan Sakura mana? " kataku sambil menyenggol Kiba yang sedang seru smsan dengan Shikamaru.

" Di UKS kali lagi jagain yang sakit, " pandangan Kiba tak beralih dari hp berwarna merahnya. Aku yang penasaran akhirnya berlari menuju UKS. Aku beranjak masuk menuju ruang UKS. Tapi pemandangan yang disuguhkan benar-benar membuat hatiku tersayat. Tangan kanan Sasuke yang menggenggam tangan Sakura serta tangan kirinya yang menyeka air matan Sakura membuatku membeku. Kata-kata sayang dan cinta yang dilontarkan Sasuke untuk Sakura membuat tubuhku lemas. Aku tak sempat lari saat mereka melihatku dan melepas tautan tangan mereka. Aku yang tau kahu harus berbuatapa hanya melambaikan tangan sambil tersenyum lalu perlahan mundur dan lari sekuat yang kubisa. Andai realita yang ada dihadapanku bisa kuhadapi dengan berlari. Aku akan terus berlari dan takan pernah berhenti.

Kuputuskan untuk pulang, aku tak bisa terlalu lama disana. Kubuka pelasti pembungkus kertas lipat dan mulai melipat kertas-kertas itu manjadi burung origami. Lagi, ya lagi. Kurasa itu adalah hobi baruku. Perlahan lahan, kertas yang kupegang mulai basah. Buru-buru kuseka airmataku dan mengambil kertas yang baru.

" Loh Naru-chan? Kok udah pulang? " tanya Kaa-san yang baru selesai beres-beres. " Terus kamu juga kenapa nangis? " tersirat nada khawatir dalam suara lembutnya. Aku hanya bisa menggeleng dan perlahan-lahan tersenyum. Lagi-lag senyum palsu, aku benar-benar muak dengan diriku sendiri. Terlihat biasa saja, padahal aku sudah hancur. Kenapa aku tak bisa seperti orang lain yang dengan mudah membenci orang lain dan mengeksprsikan perasaanya. Sedangkan aku hanya diam dengan berpura-pura baik-baik saja dan menampilkan lekuk kebohongan dibibirku. Sungguh aku hanyalah anak kecil naif yang tak tau apa-apa tentang dunia. Tuhan, bagaimana caranya aku menghadapi duniamu yang rumit ini? Terkadang dibenaku aku bertanya-tanya. Apakah ada orang diluar sana yang tak memiliki luka sedikitpun?

Kau.. adalah untaian nada..
Yang menjelma menjadi sebuah rona..
Dan getar kasihmu kurasa begitu sempurna..
Hingga tak sadar hatiku memancarkan tujuh warna..
Tapi melegam kemudian dibalik cahaya..
Kini kau katakan hal yang tak kukira..
Indah bayang mu seakan kian sirna..
Ditelan malam kala ku terjaga..

Tanyaku mendalam teriakkan kepasrahan..
Aku tak mau sungguh kunyatakan..
kau suruh pergi aku enggan..
Entah apa yang mungkin kau fikirkan..
Kau suruh mati baru akan kulakukan..
Agar kau yakin cintaku tak akan menghilang kemudian..
Semua kata ku tak apa kau abaikan..
Tapi ketahuilah apa yang kurasakan..
Aku.. mencintaimu melebihi kenyataan..

Buka hatimu sungguh ku ingin kau mengerti..
Yakini aku yang menyayangimu tanpa henti..
Aku bersumpah kata ku bukan sebuah opini..
Bilapun kau anggap aku hanya tragedi..
Ketahuilah cintaku bukan hanya sekedar obsesi..
Yang kuinginkan hanyalah ini..
Mindaku ingin kau baca bagai sebuah puisi..
Tanpa perlu kau merasa terbebani..
Tak peduli pun ku akan selalu mengerti..
Kuikuti semua mau mu tanpa perlu kau ketahui..
Dan demi tuhan aku akan selalu menyayangimu biarpun kau yang harus pergi...

A/N :

Fuiiihh~ ini fic sesuatu banget ya hahahah

Minna pada tertarik ga ==a ini ficnnya two shoot loh~

Tunggu gimana tanggepannya deh

Kalau bannyak typo bilang aja ya supaya bisa cepet-cepet aku edit

Review or Flame =D