Uap yang mengepul dari secangkir mocha latte itu terus menguar kemudian berbaur dengan udara hampa. Bersamaan saat itu juga, terlihat lelaki yang berpakaian sweater turtle neck berwarna merah yang dilampisi longcoat berwarna cokelat muda sedang memandang objek apapun diluar jendela cafe. Seluruh pemandangan yang ditatapnya itu dibasahi oleh tetesan air yang berlomba-lomba menyerbu dataran bumi. Tak ada satupun manusia di luar sana. Hanya ada bangunan-bangunan dan beberapa kendaraan roda empat yang melewati jalanan. Lagipula, orang manakah yang sudi berjalan di tengah rintikan hujan yang menderas ini? Mungkin ada. Itupun di drama-drama yang sering ditonton oleh kakak perempuannya hingga menangis tersedu-sedu. Sampai-sampai ia jadi korban 'aksi kebaperan' kakak perempuannya. Ia ingat sekali kakaknya mengatakan ini padanya sambil menangis tersedu-sedu, "Kalau kau punya pasangan, jagalah dia dan sayangilah dengan sepenuh hatimu. Kau harus memperlakukan dia dengan istimewa. Jangan kau perlakukan dia seperti tisu, sudah dipakai langsung buang." Ia pun hanya menanggapi ucapan kakaknya dengan senyuman –yang sedikit memaksa sih.
Lelaki itu –sebut saja Kim Joonmyeon, masih saja asyik memandang apapun di luar cafe yang tengah diguyur hujan. Bahkan, minuman mocha latte yang dipesannya sudah tak mengepulkan asap lagi. Jangankan minum, sentuh barang sedikitpun saja tidak. Ia asyik sekali menyelami pusat pikiran yang makin lama makin menyatu dengan irama hujan yang mengguyur kota Seoul.
Senyumnya pun mengembang perlahan di wajah rupawannya. Senyuman itu memiliki kesan yang tenang dan damai jika dipandang. Orang-orang menyebutnya dengan angelic smile. Siapapun, yang tertangkap senyuman angelic Kim Joonmyeon, dijamin akan mengalami debaran tak sempurna pada jantung dan itu tidak baik untuk kesehatan. Lagi, tidak diketahui mengapa lelaki bermarga Kim mengembangkan senyuman rupawannya. Padahal, tidak ada sesuatu apapun diluar sana. Para insan pun tak terlihat disana. Yakinlah, para insan itu berada dibawah lindungan atap. Mana ada insan yang sudi berjalan santai dibawah guyuran hujan?
Inilah kehebatan dari ribuan tetesan air yang jatuh menerpa dataran bumi. Siapapun yang berdiam diri entah dimanapun itu, jika sudah sekali memandang mengamati tetesan itu menghantam tanah, terbang sudah pikiran mereka melayang entah kemana. Berbagai macam pikiran melayang-layang di benak mereka, menarik atensi mereka untuk menyelami lautan pemikiran-pemikiran itu. Entah itu urusan pribadi, menerka kapankah hujan ini berhenti, mengingat masa lalu, ataupun yang lain.
Itulah yang dilakukan Kim Joonmyeon saat ini.
Di hujan yang mengguyur kota Seoul ini. Ia jadi teringat dengan seseorang dan masa-masa yang ia lalui bersama seseorang itu. Seseorang yang sempat mencuri atensinya. Seseorang yang tanpa sengaja telah menempati posisi agung di hatinya. Seseorang yang telah ia labeli dengan 'sosok berharga' dalam hidupnya.
Joonmyeon pun mengakhiri kegiatan memandang dunia luar lewat jendela cafe, kemudian mengalihkan pandangnya pada secangkir mocha latte yang mendingin di hadapannya. Perlahan, jari telunjuknya bergerak mengelilingi bibir cangkir yang bundar itu. Senyumnya semakin mengembang. Entah apa arti dari senyuman itu. Yang pasti, ia jadi teringat secara nyata sosok itu dan masa-masa yang ia lalui bersama sosok itu dalam rajutan kasih sayang –orang menyebutnya cinta.
"Hal baik apa yang hilang? Hal baik apa yang kita tahu?"
"Akankah aku masih bisa tertawa jika aku tak bisa merasakannya?"
Setelah berucap demikian, Joonmyeon kembali memandang ke luar jendela cafe. Hujan masih mengguyur kota besar yang ditempatinya. Ia mengamati tahapan demi tahapan tetesan-tetesan air itu yang membasahi tanah. Senyuman yang tadinya menghilang sejenak, kini kembali terlukis di wajah rupawannya.
Percayalah.
Hujan deras yang mengguyur kota Seoul tanpa ampun ini...
Merupakan saksi bisu utama kisah manis Joonmyeon dengan seseorang itu.
Pemandangan yang semakin menjauh di luar jendela.
Kulihat pelangi membentang yang hampir menghilang sekejap.
Kuharap esok, tak turun hujan lagi
...
