Bentuknya seperti gumpalan asap. Dia bukan makhluk hidup, tapi dia juga bukan makhluk tak hidup. Dia sudah lama berada di sana, sebuah rumah sederhana tanpa penghuni. Mungkin sudah puluhan tahun dia di sana. Atau mungkin bisa lebih lama.
Dia tidak ingat dulu seperti apa dia. Yang dia tahu, sekarang dia adalah arwah. Terus melayang tanpa tujuan yang jelas. Awalnya dia berpikir kalau setelah mati akan pergi ke surga atau neraka. Tapi tidak untuknya, dia tidak punya tempat di manapun.
Dia tidak tahu sejak kapan dia di sana, kenapa dia bisa tewas, kenapa dia tidak bisa pergi ke surga atau neraka, dan dia juga tidak tahu, siapa dia sebenarnya.
Tidak ada sepotong pun ingatan mengenai dirinya. Dia terpuruk. Frustasi. Kesepian.
Jika dia diberi kesempatan, dia ingin sekali memiliki sebuah nama.
Nama yang membuat orang akan selalu mengingatnya.
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Pair : Akashi x Kuroko
Warning : Shonen-ai, miss typo, OOC, dan banyak kekurangan lainnya.
Tidak suka? Jangan baca.
.
.
.
Enjoy~
PROLOG
Meski hanya berupa gumapalan asap, arwah itu terlihat gelisah. Baru-baru ini dia pindah ke sebuah gedung sekolah yang bernama Teiko. Bukan tanpa alasan, rumah tempatnya dulu tinggal sudah dirubuhkan untuk kepentingan penduduk di sana. Jadi, mau tidak mau dia harus pindah.
Dia sangat tidak suka keadaan ini. Sekarang dia ada di atas gedung sekolah, menatap kumpulan siswa yang saling berteriak. Karena terdorong rasa ingin tahu dia mendekati kerumunan itu. Untunglah, karena dia arwah tidak ada yang bisa melihatnya.
Arwah itu bergeming di tempatnya. Ada seorang anak laki-laki remaja berseragam lengkap sedang berdiri di pinggiran gedung, ujung kakinya seakan melayang di udara.
Sekarang dia mengerti kenapa orang-orang itu berteriak.
"Oi, Akashi! Jangan bercanda, cepat kemari!" teriak salah satu dari kerumunan itu, anak laki-laki berkulit hitam tinggi berteriak sampai terlihat urat yang mengencang di lehernya.
Semuanya meneriakan hal yang sama. Menyuruh pemuda berambut merah itu untuk kembali. Arwah itu tahu, pasti anak itu ingin mencoba bunuh diri dan mati. Tidakkah anak itu tahu, mati hanya akan membuat orang-orang melupakanmu, bahkan dirimu sendiri?
Rasanya arwah itu ingin berteriak, tapi tidak bisa. Dia tidak ingin anak itu mengalam hal yang sama. Dia ingin memberi tahu anak itu. Kematian itu sangat buruk. Perasaan sepi akan menghantuimu selama bertahun-tahun jika kau tidak bisa naik ke surga.
"Akashi-kun, kenapa kau ingin melakukannya? Cepat kembali, kami semua mengkhawatirkanmu."
Arwah itu terheran. Suara lembut anak laki-laki berambut biru muda mampu membuat anak berambut merah itu tersenyum tipis di wajahnya yang dingin.
Tapi arwah itu yakin, sekeras apa pun mereka berteriak, anak itu akan jatuh. Angin berhembus sangat kencang di atap. Anak berambut merah itu menjatuhkan satu kakinya, sehingga seluruh tubuh tertarik gravitasi…
…dan jatuh.
.
.
.
Arwah itu terkesiap kaget. Beberapa saat lalu dia tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia tidak mengerti kenapa, padahal sebelumnya dia tidak pernah kehilangan kesadaran karena dia arwah dan tidak butuh tidur. Yang membuatnya makin bingung, saat mata transparannya terbuka, dia melihat orang-orang mengelilinginya. Cahaya lampu mambuat matanya menyipit.
"Akashi-kun syukurlah…"
Anak laki-laki yang memiliki senyuman hangat yang dilihatnya di atap tadi sekarang ada di sebelahnya yang saat ini sedang terbaring lemas. Dia merasakan sesuatu yang hangat di pergelangan tangannnya.
Anak itu memegang tangannya.
"Kupikir kau sudah mati, jangan melakukan hal-hal yang aneh lagi nanodayo," anak berkacamata berkata demikian di sebelah kirinya, wajahnya sangat terlihat khawatir. Arwah itu makin kebingungan.
Dia sangat tidak mengerti situasi aneh ini.
Pertama,dia dipanggil 'Akashi-kun' oleh anak berambut biru. Dia mengernyit saat mengingat kalau tidak salah nama Akashi disebut-sebut saat insiden bunuh diri anak berambut merah dan bermanik beda warna di atas atap.
Yang kedua, dia bisa merasakan tangan hangat menyentuhnya. Menyentuhnya!
Dengan cepat dia beranjak membuat kepala warna-warni di sekelilingnya kaget. Dia segera menemukan kaca terdekat yang berukuran setengah dari tinggi manusia yang tidak begitu jauh dari tempat tidurnya tadi.
Dia menyentuh cermin itu. Lebih tepatnya, menyentuh bayangannya di cermin itu.
Kedua manik beda warnanya membulat. Dia segera menyentuh rambut merahnya, ah tidak, sebelumnya dia tidak memilikinya. Sekarang tangannya turun ke wajahnya, mengelus pelan kulit cerah di sana.
"Akashi-kun, kau baik-baik saja?" suara lembut mengagetkannya. Arwah itu langsung berbalik dan menatap takut anak laki-laki yang berbari di depannya.
"Akashicchi aku sangat khawatir lho-ssu!" anak blonde mulai menangis segukan dan langsung disodorkan sebuah bungkus permen oleh anak berbadan besar berambut ungu di sebelahnya.
"Jangan berbuat bodoh lagi, Akashi!" anak berkulit tan ikut menimpali.
Dia mengernyit dan segera menghadap ke cermin lagi. Dilihatnya sebuah name tag yang tersemat di dadanya.
"Akashi Seijuuro?"
.
.
.
TBC!
a/n : Akashi yang sebelumnya itu bokushi dan kalau yang sekarang saya akan memasukan karakter yang oreshi. Jadi arwah itu karakter oreshi-nya Akashi.
Terima kasih sudah membaca. Chapter berikutnya akan dipublis secepat yang author usahakan.
Review with your Persona!
