Warning: M x M

Genre: Romance, Fluff

Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi

.

.

~Prologue~

.

.

-Sudut pandang Furihata Kōki -

.

.

Gadis yang kusukai mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk menjadi pacarku bila aku dapat menjadi yang terbaik di suatu hal yang keren! Karena itulah aku memutuskan untuk bergabung dengan klub basket!

Sesungguhnya, hal itulah yang menjadi alasan pertama yang memotivasiku untuk masuk klub basket…

Basket adalah olahraga yang cukup populer dan banyak cowok seumuranku yang mendapatkan penggemar wanita setelah bergabung dengan klub basket jadi menurutku tidak ada salahnya untuk mencoba…

Seirin telah menyandang nama sebagai sekolah dengan klub basket terkuat senasional di momen kami mengalahkan Rakuzan.

Kami telah menang melawan seluruh anggota Kiseki no Sedai dan sekolah mereka.

Kami benar-benar telah berdiri di puncak kejayaan sebagai tim basket terkuat di Jepang!

Satu minggu telah berlalu semenjak saat itu. Sejujurnya rasanya seperti mimpi saja.

Hari ini, aku berniat untuk menemuinya. Ogawa Mai-chan, dia adalah gadis cantik yang berasal dari SMP yang sama denganku. Aku amat bahagia saat mengetahui dia juga memilih untuk masuk SMA Seirin. Sayangnya dia tak pernah sekalipun memperdulikanku…

Namun…

"Maafkan aku, Furihata-kun!" Ujarnya sambil membungkuk dihadapnku dan mengatupkan telapak tangannya penuh dengan perasaan bersalah.

Rupanya, dia memutuskan untuk berpacaran dengan laki-laki lain yang ditemuinya di Gokon. Sejujurnya, aku tak dapat melakukan apa-apa selain menerima permintaan maafnya sambil tertawa kecil.

"Aku yakin kau pasti bisa menemukan gadis lain yang lebih baik." Katanya lagi sebagai usaha untuk menghiburku.

'Gadis lain, ya?' Mendengar orang yang kau sukai selama beberapa tahun terakhir mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya…rasanya menyakitkan…

Aku tahu bahwa aku seharusnya mengatakan sesuatu seperti 'selamat' atau 'kuharap kau berbahagia!' namun…

Pikiranku kosong, tidak dapat mencerna dengan baik apa yang baru saja kudengar. Sekeras apapun aku berusaha tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulutku. Campuran antara bingung, marah dan kecewa memenuhi perasaanku saat ini.

Maksudku…bila kau benar-benar meyukai seseorang, maka, kau tidak seharusnya menghalangi kebahagiaan mereka bukan?

Jadi…kenapa aku tidak dapat mengatakan apa-apa?

"Ah…maaf…" sebelum kusadari aku sudah membuka mulutku dan berbicara. "Ini sudah larut malam, aku harus segera pulang." Ujarku, membuat alasan. Aku ingin secepatnya pergi dari tempat ini, pergi sejauh-jauhnya dari dirinya.

Sebelum perasaan negatif yang membuncah dalam diriku mengambil alih dan membuatku melakukan hal yang akan kusesali di kemudian hari.

Aku dapat mendengarnya meminta maaf sekali lagi di saat aku memutuskan untuk berbalik dan pergi.

Bodohnya, aku tidak pernah merasa sebodoh ini sebelumnya. Kenapa aku tak pernah memahami arti dibalik kata-katanya saat itu?

Akan kupertimbangkan untuk menjadi pacarmu bila kau dapat menjadi yang terbaik di suatu hal

Kata-kata itu adalah penolakan! Dia tak pernah sekalipun berniat untuk menerima pernyataan cintaku sejak awal.

Pada akhirnya, itu hanyalah alasan agar aku tidak merasa kecewa.

Alasan yang rupanya menjadi alasan utama aku berusaha keras menjadi yang terbaik dalam saetahun ini.

Kurasa, hal itu seharusnya sudah jelas…mana mungkin dia mau menerima orang sepertiku. Si pecundang lemah dan cengeng yang hanya merepotkan orang-orang disekelilingku…

Aku salah paham seperti orang idiot.

Pemikiran tersebut semakin membuat perasaan negatif di dalam hatiku berkecamuk.

Apa yang kulakukan selama ini? Adalah satu-satunya pertanyaan yang kupertanyakan pada diriku sendiri saat aku menapaki jalan menuju rumah.

Semuanya mungkin berawal dari gadis yang kutaksir namun selama satu tahun ini, aku telah berjuang sekeras mungkin.

Meski aku tahu, keberadaan orang sepertiku tidak terlalu dibutuhkan. Namun, untuk saat ini aku tak bisa berhenti berpikir bahwa semua kerja kerasku selama setahun ini berakhir sia-sia.

Aku melewati bagian jalan yang di penuhi oleh bangunan kondominium tinggi. Ujung Seluruh bangunan tersebut tampak menyatu, hampir menutupi pemandangan langit malam yang kelam tanpa satupun bintang.

Ini adalah pemandangan sehari-hari bagiku, panorama yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hariku. Aku sudah letih menatapinya.

Tampaknya tak ada keanehan hingga aku melewati bangunan terakhir dan mendengar suara yang cukup keras berasal dari teworongan kecil di belakang daerah kondiminium tersebut. Teworongan itu terletak sebagai penyangga rel kereta yang melewati jalur daerah tempatku tinggal.

Dengan berbekal murni rasa keingin tahuan dan impulsif, aku memutuskan untuk mengecek sumber suara tersebut.

Mungkin juga karena bagia dari diriku amat putus asa dan memutuskan untuk mencara sesuatu yang dapat menarik perhatianku dari perasaan patah hati yang amat menyesakkan ini.

Karena diriku yang biasa takkan pernah bertindak senekat ini. Aku takkan pernah dengan sengaja ingin terlibat dengan hal-hal semacam ini. Memikirkan hal seperti ini terjadi di sekitarku saja membuatku ketakutan setengah mati.

Teworongan tersebut amat gelap. Satu-satunya sumber cahaya penerangan disitu hanyalah lampu listrik berwarna orange yang memiliki pencahayaan redup yang terletak dilangit-langit.

Pemandangan tersebut tampak seperti pemandangan yang sering kujumpai di film Thriller atau Horror. Terutama saat aku mendengar tawa yang rendah dan mengerikan disaat yang bersamaan dari seorang pria asing.

Saat aku semakin mendekat sumber suara tersebut, aku mendapati sosok sekumpulan orang. Kemungkinan mereka adalah berandalan yang tengah menyudutkan korban mereka.

Aku memusatkan perhatianku pada sang korban, dia tampak memiliki ukuran tubuh rata-rata mungkin memiliki tinggi yang sepantaran denganku. Namun karena sumber cahaya yang redup, aku tak dapat melihat sosoknya dengan jelas.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam bayanganku, aku dilanda kebingungan dan perutku bergejolak membuatku mendadak merasa mual. Ada kemungkinan akan terjadi pembunuhan disana!

"Heh, kalau aku ingin menyalahkan sesorang, salahkan saja ayahmu tercinta!" Pria dengan suara tawa yang rendah tersebut kembali bersuara. Ia mengarahkan sebuah belati kearah leher korban, tampaknya merupakan ancaman belaka karena dia tidak langsung menusuk orang tersebut. Meski dalam pencahayaan redup, aku dapat mengenali benda tajam tersebut karena cahaya keperakannya.

"Kau pikir, salah siapa yang mebuat kami berakhir dengan kondisi seperti ini?!" nafasku tercekat saat aku melihatnya henda mengarahkan belati tersebut dengan kecepatan tinggi kearah sang korban. Kali ini dia serius akan menusuk orang tersebut.

Ini gawat! Kali ini dia benar-benar bisa terbunuh!

Aku tidak tahu apa yang merasukiku saat itu. Aku tidak peduli siapa atau apa, aku hanya membutuhkan tempat untuk melampiaskan rasa frustasiku!

Tanpa berpikir, aku langsung berlari dan sekuat tenaga menubruk pria yang memegang belati tersebut membuat kami berdua jatuh ketanah.

"Apa yang-siapa kau?!" Seru pria tersebut, tampak amat terkejut, tidak menyangka kemunculanku. Aku mengeratkan lenganku, menolak untuk melepaskannya.

"Dasar, bocah sial!" Pria itu menyikut punggungku dengan keras dan aku dapat merasakan rasa sakit yang menjalari bagian belakangku.

"Jangan hanya diam dan berdiri saja bodoh! Singkirkan dia!" serunya memberi perintah pada bawahannya yang tampaknya hanya dapat berdiri dan melihat kami dengan bingung. Namun, mereka secara otomatis langsung mengikuti perintahnya dan menggunakan seluruh kemampuan mereka untuk menyingkirkanku.

Rasanya memang menyakitkan menerima pukulan dan tendangan mereka…namun disaat bersamaan, aku merasakan perasaan bangga memenuhiku. Korban yang kutolong mungkin sudah melarikan diri dari tadi dan bahkan takkan mengingat jasaku telah menolongnya. Mungkin aku jadi orang tolol yang dihajar babak belur untuk sesuatu yang tidak seharusnya aku terlibat. Setidaknya aku melakukan hal yang benar meskipun tindakanku amat ceroboh.

Semuanya berubah saat aku merasakan rasa sakit menusuk yang berasal dari bagian perutku. Perlahan aku mengarahkan jemariku yang sedikit bergetar kearah luka tersebut dan mataku membelalak tak percaya saat aku menemukan cairan berwarna merah menetes keluar dari luka di perutku.

Saat itulah aku menyadarinya…

Pria itu menusukku dengan belati yang sama yang digunakannya untuk mengancam korbannya sebelumnya.

Dia dengan mudah mendorong tubuhku yang telah kehilangan seluruh energi untuk melawan ke tanah. Darah perlahan menetes dari lukaku, membasahi tanah tempatku tergeletak.

Apa aku akan mati?

"Kalian disana! Apa yang kalian lakukan?!" Aku dapat mendengar suara seseorang ditengah kepanikan dan rasa pusing karena shock yang kualami.

"Sial! Ada polisi! Ayo lari!" Teriak salah satu dari gerombolan preman itu, memperingatkan rekan-rekannya. Mereka langsung melarikan diri, aku dapat mendengar langkah mereka yang tergesa-gesa meninggalkan tempat ini. Meninggalkanku yang sudah sekarat.

"Hey tunggu!" samar-samar, aku dapat mendengar suara polisi tersebut. Dia mencoba mengejar mereka namun gagal. "Ini section c! Aku butuh bantuan! Kirimkan ambulans! Ada orang yang terluka! Kuulangi-"

Aku…benar-benar bodoh ya? Karena itulah aku mati dengan cara yang menyedihkan seperti ini…

"Kau baik-baik saja? Bertahanlah!" Aku mendengar sebuah suara memanggilku dan merasakan figur seseorang menunduk disampingku. Kurasa itu sang polisi, tapi, kenapa rasanya aku pernah mendengar suaranya disuatu tempat? Yah…hal itu tidak penting lagi…

Sebelum aku kehilangan seluruh kesadaranku. Hal terakhir yang kuingat adalah warna merah yang memenuhi indera penglihatanku. Mungkinkah, itu adalah darahku sendiri?

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menyadari warna merah adalah warna yang amat cerah. Warna yang amat cantik dan memukau, warna itu membuatku dipenuhi kekaguman yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

Akhirnya aku paham…

Alasan kenapa Kagami selalu menjadi pusat perhatian orang disekelilingnya…

,

.

.

End of Prelude

Gokon: Gokon adalah sistem mencari Jodoh dengan saling mempertemukan remaja-remaja di tempat tertentu, biasanya di restoran. Walau tidak selalu berakhir baik, setidaknya hal ini dapat meningkatkan kesempatan bagi kaum jomblo yang ingin dapat pacar instant. Umumnya pihak laki-laki selalu membayar makanan dan minuman.

A/N: Ini adalah prequel dari unexpected revelation fic. Menceritakan hubungan Furihata dan Akashi setelah Winter cup berakhir.

Kata terakhir, terima kasih banyak telah membaca ceritaku dan semoga kalian menikmatinya ^^