Ya haloo~ RallFreecss is back~ *plok plok plok* Setelah sempat (gak) sukses dengan seri Kuroko no Koi. RallFreecsspun kembali mencoba peruntungan di fandom yang sama dan genre yang sama, *plok plok plok* Yah, mari kita berdo'a kalau cerita yang ini bakal lebih baik dari sebelumnya. Yak, tanpa basa-basi lagi, langsung aja, hepi reading! :*
Title :
Orbis Terrarum [World]
Disclaimer :
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Amnesia © Touko Machida
Story :
©Rall Freecss
Cast :
Fem!Kuroko x GoM, etc
Warning :
GaJe, Typo Everywhere, Fem!Kuroko, OOC, etc :v
Kuroko Tetsura, duduk merenung di pinggiran tempat tidurnya. Ia sudah termenung di sana sejak pulang sekolah. Ia terus dibayangi kejadian hari ini. Mulai dari bel masuk berbunyi, hingga bel pulang berdering, sudah ada 5 pria yang menyatakan perasaan mereka pada Kuroko.
Dan lagi, ke-lima pria itu adalah teman semasa kecil Kuroko. Ia menyukai kelimanya. Ia tak ingin melukai siapapun. Tapi bagaimanapun, ia harus memilih. Kuroko hanya bingung, siapa yang sebaiknya ia pilih? Kelimanya benar-benar baik pada nona kita yang satu ini.
Kuroko menghela nafas, panjang, dan berat. Ia merebahkan dirinya di atas kasur. Menutupi wajahnya dengan bantal. Kuroko benar-benar tertekan saat ini.
"Seandainya..." Kuroko mulai berandai-andai... Bantal yang tadi digunakan untuk menutupi wajahnya, kini dipeluk erat oleh kedua lengan Kuroko. Gadis itu menatap ke langit-langit kamarnya.
"Seandainya.. aku bisa mengetahui siapa dari mereka yang benar-benar cocok dengan ku.." gumam Kuroko. Matanya yang bulat terlihat sayu. Mata itu kehilangan pesonanya.
"Seandainya..." Kuroko kembali bergumam.
"Apa keinginan mu?"
"Eh?"
Mata yang awalnya terliat sayu itu, kembali membulat. Matanya tertuju pada sebuah cahaya yang muncul dari langit-langit kamarnya. Ia bangkit dari tempat tidurnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Kuroko mencubit pelan kulitnya.
"Bukan mimpi," tukas Kuroko. Dari dalam cahaya itu, seorang gadis berambut coklat pendek muncul. Ia memakai pakaian yang aneh. Seperti pemain sirkus, namun ia juga terlihat seperti seorang elf.
"Kau itu apa?" tanya Kuroko bingung, gadis itu menoleh ke arah Kuroko dengan pandangan aneh,
"Bukankah kau yang memanggil ku?" tukas gadis itu, Kuroko bersweat drop ria.
"Eh?"
"Kau yang memanggilku, kenapa malah bertanya." Kuroko menggaruk pipinya yang tidak gatal, ia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini.
"Jadi, apa harapan mu?" Dahi Kuroko mengerut seribu, ia kembali menggaruk pipinya,
"Tunggu, sebenarnya apa yang terjadi?" si Gadis berambut coklat itu menghela nafas.
Gadis itu berjalan mendekati tempat tidur Kuroko, ia berusaha sekuat tenaga untuk menaiki tepat tidur itu. Oh, jika kalian bertanya kenapa ia berusaha keras, itu karena tingginya tidak sampai satu meter. Tubuhnya hanya seukuran boneka perancis, kalian tau Roz*n Ma*den? Nah, kira-kira sebesar boneka-boneka itu.
"Baiklah, ayo mulai dari awal." Gadis itu mengulurkan tangannya,
"Aku Sorciére, dan kau?" Kuroko menjabat tangan gadis itu,
"Kuroko Tetsura, salam kenal, eng... Sorcier?" Kuroko menyengritkan dahinya karena kesulitan menyebut nama gadis itu,
"Nein, nein, Sorciére." Ralatnya, Kuroko kembali bersweat drop.
"Dia ini, namanya menggunakan bahasa Perancis, tapi berbicara dengan bahasa Jerman" batin Kuroko,
"Sor... cier-san?" Kuroko berusaha menyebut nama gadis itu. Si Gadis menghela nafas,
"Nama mu sulit disebut.." keluh Kuroko,
"Seandainya aku belajar bahasa Perancis dengan benar di sekolah.." sesal Kuroko dalam hati,
Gadis itu, ehm, Sorciére, memandang wajah Kuroko.
"Jadi, apa harapan mu?" tanya Sorciére, Kuroko kembali menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Harapan apa yang kau bicarakan dari tadi? Aku tidak mengerti."
Sorciére menghela nafas, kemudian berdiri di atas tempat tidur Kuroko,
"Kau memanggil ku karena kau memiliki permintaan yang ingin dikabulkan bukan?"
Kuroko mengangguk, ragu-ragu memang,
"Cepat katakan harapanmu," desak Sorciére, Kuroko menghela nafas,
"A-ku.. aku sedang punya masalah, Sorcier-san." Sorciére ber-sweat drop karena lagi-lagi Kuroko salah melafalkan namanya,
Kuroko mulai menceritakan semua permasalahan yang ia hadapi, Sorciére mengangguk-angguk.
"Jadi intinya kau tidak bisa memutuskan siapa di antara mereka yang cocok untukmu bukan?" Kuroko mengangguk,
"Baiklah, aku akan menyelesaikan masalah mu." Ujar Sorciére,
"Benarkah begitu? Socier-san?" Kuroko tak terlalu yakin pada kata-kata Sorciére, karena ia sendiri tak tau makhluk yang ada di depannya ini apa dan berasal dari mana.
"Lagi-lagi salah, aku itu Sorciére." Jelas Sorciére sambil mengancungkan jari telunjuknya ke wajah Kuroko.
"Kalau begitu, mulai sekarang namamu, Sorcerer. Bagaimana?" Sorciére memandang Kuroko dengan mata yang sengaja disipitkan,
"Lakukan sesuka mu, baiklah, aku bisa menyelesaikan masalahmu. Tapi, kau harus siap atas konsekurnsinya."
Kuroko mulai mendengarkan dengan serius,
"Aku akan memberi mu kesempatan untuk menjelajahi 5 Orbis Terrarum, dan disetiap Orbis Terrarum itu, kau akan berpacaran dengan salah satu dari mereka. Kau punya waktu sebulan, namun jika pada Orbis Terrarum itu kau akhirnya mati.. berarti pria itu tidak cocok dengan mu." Jelas Sorciére yang namanya sekarang diganti jadi Sorcerer.
Kuroko mengangguk pelan, antara percaya dan tidak, ada keraguan di hatinya, namun ia mencoba percaya.
"Konsekuensinya kau harus merasakan kematian berkali-kali, apakah kau siap?"
Kuroko terdiam sejenak, kemudian ia berusaha mengangguk,
"Baiklah, meine hand halten [pegang tangan ku]." Sorcerer mengenggam tangan Kuroko dengan tangan mungilnya,
Keraguan kembali menyelimuti hati kecil Kuroko. Namun ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Ini adalah tindakan yang tepat." Batin Kuroko, Kuroko memejamkan matanya, Sorcererpun mulai membaca sejenis mantra barang kali.
Namun karena secara tiba-tiba Kuroko merasakan sebuah tekanan dahsyat, ia hanya bisa mendengar mantra itu samar-samar...
"Espoir ... - ... matérialisée!"
Kuroko kehilangan kesadarannya. Tubuhnya hilang dalam cahaya yang tiba-tiba muncul. Membawa tubuh Kuroko Tetsura melintasi ruang dan waktu, menuju dunia paralel.
"Kurokocchi! Kurokocchi!" suara itu mendengung di telinga Kuroko, Kuroko memegangi kepalanya yang berdenyut, membuatnya kehilangan keseimbangan.
Ia mengedarkan pandangannya ke lingkungan sekitar,
"Di mana ini...?" Rasa sakit yang luar biasa dahsyat terus menyerang kepala Kuroko.
"Können Sie hören? [bisakah kau mendengar ku?]" bisikan itu memasuki gendang telinga Kuroko, refleks ia langsung mencari-cari sosok yang mengeluarkan suara itu. Kise yang sendari tadi berdiri di depannya sama sekali tak diperdulikan. Tunggu, kenapa ada Kise? Sebenarnya Kuroko ada di mana?
"Ini adalah Orbis Terrarum pertama, di sini, kekasih mu adalah Kise Ryouta. Seorang model." Suara itu kembali terdengar, Kuroko mengarahkan pandangannya pada pemuda bersurai pirang yang kini berdiri di depannya.
"Kise-kun...?" Kise menggenggam bahu Kuroko erat,
"Kau tidak apa-apa Kurokocchi!? Apakah ada yang luka!?" Kuroko memegangi kepalanya yang masih terasa berat.
"A-apa yang terjadi?" tanya Kuroko, Kise menghela nafas,
"Kau tadi menabrak tiang ssu. Lihat dahimu memerah." Kise mengangkat poni yang menutupi dahi Kuroko.
Kuroko hanya diam, dia benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa ada di sana. Padahal seingatnya, beberapa saat yang lalu ia berada di kamar dan menceritakan semua masalahnya pada Sorcerer.
Mungkinkah? Semua yang di katakan makhluk itu benar? Jika memang demikian, berarti saat ini Kuroko tengah berada di dunia paralel. Dan suara itu...
"Ne, Kurokocchi? Kau baik-baik saja?" Kise tampak sangat khawatir karena Kuroko hanya diam, tak bereaksi sedikitkpun.
"Apakah kita harus membatalkan kencan hari ini?" tanya Kise, Kuroko lagi-lagi hanya diam. Ia tak tau harus mengatakan apa. Karena ia benar-benar tak memiliki ingatan tentang Orbis Terrarum yang satu ini. Bahkan, ia tak pernah hidup di sana sebelumnya.
Kuroko terus memegangi kepalanya, ia sesekali melirik wajah Kise yang amat sangat khawatir saat ini.
"Ayo, aku antar pulang ssu," Kise meraih tangan Kuroko dan membantunya berdiri.
"Gomen, Kise-kun.." Kise tersenyum kecil, kemudian mengecup dahi Kuroko.
"Bukan salah mu, Kurokocchi." Kuroko menunduk, ia berusaha menyembunyikan wajah malunya.
Tetapi, jauh di dalam diri Kuroko, ketimbang memikirkan wajah malunya. Ia lebih memikirkan situasi saat ini.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Kise mengandeng tangan Kuroko, keduanya berjalan beriringan. Menuju tempat yang dikatakan Kise sebagai rumah Kuroko.
Sepanjang jalan, Kuroko memperhatikan lingkungan sekitar. Ia tak pernah ingat kalau ia pernah melalui jalur ini. Bahkan bisa dikatakan, ia tak tahu di mana rumahnya sendiri.
Ingatannya benar-benar dibersihkan. Tak ada yang tersisa. Oleh karena itu, Kuroko harus menyusun ingatannya dari awal. Tapi amnesia akut yang ia alami ini membuat Kuroko semakin kebingungan.
Ia harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini? Setidaknya itulah pertanyaan yang terus memenuhi kepala Kuroko.
"Mungkinkah harapanku benar-benar di kabulkan? Jika memang benar, kenapa aku tak dapat mengingat apapun. Kenapa hanya ingatan itu yang tersisa?" batin Kuroko.
"Baiklah, kita sampai." Ujar Kise, Kurokopun meninggalkan lamunannya.
Kini ia berdiri di depan sebuah gedung besar,
"Apartemen?"
Kuroko tak pernah ingat jika ia tinggal di apartemen. Terlebih lagi, ia tak tau yang mana apartemen miliknya.
"Ano.. Kise-kun, aku merasa sangat pusing, bisakah kau mengantarkanku hingga kamar ku?" pinta Kuroko, yah, syukurlah rasa pusing ini masih bersarang di kepalanya. Jadi setidaknya itu dapat dijadikan alasan.
"Kurokocchi benar-benar manja yaa," Kise mengacak-acak poni Kuroko.
"Baiklah, akan aku antar." Keduanyapun memasuki gedung itu, Kuroko memperhatikan lingkungan sekitar, lingkungan yang benar-benar asing baginya.
"Baiklah, kita sampai!" Keduanya berhenti di depan sebuah pintu yang tergantung papan nama.
"Kuroko Tetsura"
"Arigatou, Kise-kun." Kise mengangguk, kemudian kembali mengecup dahi Kuroko.
"Istirahat yang cukup ya, besok pagi aku jemput. Aku akan mengantarmu ke tempat kerja."
Kuroko menyengritkan dahinya, namun kemudian menangguk.
"Jaa ne~" "Mata ashita, Kise-kun."
Kuroko memasuki apartemennya, ia meletakkan tas selempang yang sedari tadi ia bawa di atas kasur. Kemudian ia duduk memeluk lutut di sudut ruangan.
"Sebenarnya... apa yang terjadi..?"
To be continued
Ya haloo~ Gimanaa? Membosankan kah? E? Begitu kah? Hng -_-
Eiya, buat fanfic yang ini dibikin berdasarkan jalan cerita anime Amnesia. Jadi ya, bisa dikatakan fanfic ini terlahir karena terinspirasi dari anime Amnesia *plok plok plok*
Yah, semoga kalian suka yoo~ Keputusan fic ini dilanjutkan atau tidak, kita akan lihat bagaimana reaksi dari para readers. Jadi tergantung pada review yang ada yaa~
Makasih~ :3 Aishiteruuu~
Note : Cerita ini menggunakan bahasa latin, german, dan perancis yang di terjemahkan oleh google translate :v jadi seandainya ada yang salah, jangan ragu buat koreksi yoo~
