Aku mencintainya…

Entah sejak kapan perasaan ini memenuhi jantungku…

Terus mengalir di nadiku..

Namanya terus terpikir di otakku…

Tuhan… biarkan aku mencintainya…

Biarkan aku mencintai dirinya…

Kurosaki Ichigo…

DISCLAIMER

BLEACH

By

Tite Kubo

This Fan fiction is mine :D

Langkah kaki mungil yang dibarengi dengan nafas terengah-engah terdengar menyusuri lorong sekolah SMU Karakura. Sepertinya sang pemilik kaki mungil itu sedang terburu-buru akan sesuatu karena terlihat dia berlari di lorong sekolahnya. Sebenarnya berlari di lorong sekolah itu dilarang di SMU Karakura tetapi karena jam pelajaran sudah berakhir sekitar 2 setengah jam yang lalu, maka tidak ada yang peduli dengan peraturan di sekolah. Sang pemilik kaki yang memiliki tubuh kecil dan tambut hitam sedikit memperlambat langkahnya, sepertinya dia sudah sedikit dekat dengan apa yang dia tuju. Gadis bermata violet itu mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari dari lantai satu ke lantai tiga tanpa henti. Setelah bisa mengatur nafasnya dan mengelap sedikit peluh yang menetes di keningnya, sang gadis pun membuka pintu kelas yang dia tuju. Kelas 2-4, itulah yang tertulis di depan pintu.

Mata violet sang gadis terbelalak ketika melihat sesosok laki-laki yang ada di dalam kelas, lelaki tersebut sedang berdiri di pojok ruangan menghadap ke jendela. Entah apa yang dia pikirkan, sepertinya dia hanya terpaku ke arah langit senja yang warnaya senada dengan rambutnya yang oranye. Sang wanita memberanikan diri melangkahkan kakinya ke dalam kelas, seburat garis merah pun mewarnai pipinya yang putih. Tak ingin menggangu lamunan laki-laki tersebut, gadis berambut hitam itu melangkah perlahan. Tetapi langkah kaki sang gadis tak sengaja menyandung sebuah kursi yang ada di dekat pintu.

"ah?", laki-laki itu tersadar dari lamunannya dan mendapati sesosok wanita mungil bemata violet ada di dalam kelas.

"a… ha…halo… Kurosaki-kun…", gadis itu berusaha menyapa dengan wajah menunduk kebawah.

"oh… halo nona…", dia pun mulai memalingkan pandangan dari langit senja ke arah gadis yang ada di hadapannya. "kalau tidak salah kau anak kelas sebelah ya? Ada perlu apa ke kelasku?"

"a… ano… aku ke… kesini mau… mengambil sesuatu di meja te… teman saya yang tertinggal, ku… Kurosaki-kun bisa tunjukan me…meja Orihime Inoe?", ekspresi gadis itu semakin tak karuan. Sepertinya wajah gadis itu sudah merah seperti tomat sekarang ini. Tapi si laki-laki berambut oranye itu sama sekali tak menyadarinya karena wajah sang gadis tertutupi oleh sinar matahari senja yang menyilaukan matanya.

"oh… meja si Inoe ya… dia duduk di sana", dia menunjuk ke sebuah meja yang ada di barisan pojok belakang dekat jendela. Sebenarnya gadis ini sudah tau letak tempat duduk sahabat baiknya itu, tetapi karena dia bingung mau berbicara apa lagi dengan laki-laki yang dipanggilnya Kurosaki itu, akhirnya dia memutuskan untuk berpura-pura tidak tau tempat duduk Inoe. Gadis itu pun segera menuju tempat duduk Inoe yang kosong, lalu mengambil sebuah buku dari lacinya Inoe. Terlihat di sampulnya kalau itu adalah buku catatan matematika yang disampulnya terdapat gambar kelinci chappy. Rukia bermaksud segera pergi setelah mengambil buku tersebut, tetapi malangnya dia kakinya tak sengaja tersangkut kaki meja tempat duduk Inoe dan akhirnya terjatuh.

BRAAAAKKKK

"Ah? Nona kau tidak apa-apa?", laki-laki itu pun segera beranjak dari tempatnya berpijak di sudut depan ruangan dan menuju ke tempat gadis itu untuk membantunya berdiri.

"a…aku tak apa… hehehehehehe", gadis itu tersenyum polos dengan hidung yang meneteskan darah. "HUAAAAAAAAAAAAAA? KENAPA HIDUNGKU BERDARAH?", gadis itupun berteriak histeris melihat darahnya yang keluar dari hidungnya sendiri seperti belum pernah merasakan mimisan.

"ah… sepertinya kau mimisan", laki-laki itu mengambil sesuatu dari saku celananya. "pakai ini, setidaknya untuk menyumbat darahmu agar tidak terus keluar… kau tak apa kan nona?", dia menyodorkan sapu tangan berwarna biru tua.

"ano… arigato, ku… Kurosaki-kun… aku tidak apa-apa kok, sepertinya hanya darah ini saja yang keluar, lagi pula aku tidak merasa sakit… hehehehe", dia tersenyum lagi sambil menupi hidungnya dengan sapu tangan.

"oh… yokatta ne! ngomong-ngomong nama mu siapa? Sepertinya aku jarang melihatmu berkeliaran di sekolah ini."

"a… aku Kuchiki Rukia…", gadis itu menundukkan wajahnya. "a… ano Kurosaki-kun, aku harus pergi, a… aku pasti akan mengembalikan sapu tanganmu! Te… terima kasih!"

"HE… HEI! TU… TUNGGU!"

Sepertinya Rukia tidak memperdulikan panggilan laki-laki ini dan memilih untuk cepat-cepat pergi. Dengan kaki kecilnya, gadis itu mengambil langkah seribu meninggalkan laki-laki berambut oranye yang tadi ada di hadapannya.

"buku catatannya tertinggal loh…"

*Rukia POV*

Aku segera meninggalkan Kurosaki di kelas sendiri dan berjalan cepat menuju luar sekolah sambil menutup hidungku yang mimisan. Entah mengapa hidungku tak terasa nyeri walau darah masih keluar sedikit dari hidungku, mungkin karena ini sapu tangan milik Kurosaki . Ah! Dasar Rukia BAKA! Padahal tadi itu kesempatan yang benar-benar langka! Kapan lagi kau bisa dapat kesempatan mengobrol dengan Kurosaki? Kesempatan untuk mengorol dengan sosok laki-laki yang diidolakan oleh hampir seluruh siswi di sekolah. Laki-laki yang sangat aku kagumi sejak pertama kali masuk sekolah ini yang bahkan bertegur sapa saja baru 3x dan itu mungkin tak akan pernah ku lupakan seumur hidup.

Selama tiga kali bertegur sapa dengan Kurosaki entah mengapa aku selalu sial. Pertama kali aku bertemu dengan dia saat penerimaan siswa baru satu setengah tahun lalu, saat namaku di panggil untuk maju sebagai siswa bari berprestasi bersama dengan dirinya aku malah terpleset jatuh di tangga kecil menuju panggung. Tentu saja satu sekolah pada menertawakanku. Yah, hampir seluruh orang tertawa kecuali Kurosaki. Dia menolongku untuk bangkit. Kyaaaaaaaaaa *nosebleed* mungkin kejadian itu yang membuatku jatuh cinta terhadapnya.

Kejadian kedua saat jam olah raga saat musim panas kemarin. Saat itu kelasku dan kelasnya di satukan saat praktik renang. Tetapi entah mengapa saat aku tau bahwa aku harus praktik renang dan Kurosaki akan memperhatikanku aku jadi bingung sendiri dan nervous. Apalagi giliranku dipanggil tepat sebelum Kurosaki. Mungkin karena terlalu nervous aku kram saat di kolam renang, jadilah aku menyusahkan teman-teman sekelasku dan guru olahragaku. Dasar Rukia bodoh…dan kejadian terakhir yah yang barusan ini…

Entah sejak kapan aku terkena sindrom fallinKurosaki kalau bertemu dengan dia. Aku juga tak tau kenapa, bila mendengar namanya saja aku bisa tersipu apa lagi kalau melihat orangnya. Aku tak tau mengapa, dari pada aku harus berhubungan dengan Kurosaki lebih baik aku mengerjakan 100 soal fisika yang super rumit. Eh tunggu! Tadi apa yang aku bilang kepadanya? Astaga! Aku berjanji akan mengembalikan sapu tangan miliknya! Oh my GOD! Itu berarti aku harus menemuinya lagi! Hwaaaaaaaaaa! *nosebleed*

*end of Rukia POV*

To be with you is all that I need

Cause with you my life seems brighter

And these are all the things I wanna say…

I will fly into your arm… andbe with you till the end of time…

Why are you so far away?

Now is very hard for me to get my self close to you…

Hari ini udara di kota Karakura begitu sejuk. Mungkin ini menandakan sebentar lagi musim gugur akan berakhir. Musim gugur yang identik dengan musim percintaan ini sama sekali tidak berarti bagi Kuchiki Rukia. Yah… wajar saja, gadis bermata violet ini lebih memilih menghabiskan 2/3 waktunya di sekolah untuk belajar dan sisanya untuk membantu sahabat dekatnya, Inoe Orihime untuk menjalani harinya di sekolah. Apalagi semenjak salah satu sahabat mereka, Tatsuki Arisawa pindah ke luar kota untuk mendalami bakat Thai Boxing-nya. Padahal daluhu mereka selalu bertiga kemana-mana.

Belakang ini Inoe Orihime juga mulai sibuk dengan pacar barunya yang bernama Ulquiorra yang merupakan murid sekolah terkenal khusus laki-laki, alhasil Rukia sering berjalan keliling sekolah sendiri. Tapi dengan sibuknya Inoe Orihime dengan pacar barunya bukan berarti Rukia dapat dengan tenang meluangkan 1/4 waktunya di sekolah untuk mengurusi kesenangannya sendiri. Sahabat Rukia yang satu ini memang sedikit kekanak-kanakan dan selalu ceroboh dalam mengerjakan suatu hal, maka dari itu Rukia masih harus memperhatikan sahabatnya ini. Kasian memang… tapi begitulah Rukia, dia sangat menyayangi Inoe dan Inoe juga tidak pernah berlaku jahat padanya.

Sesuai perkiraan, Rukia memutuskan untuk memakan bekal yang dia bawa sendiri di atas atap sekolah. Gadis bermata violet ini kurang menyukai keramaian yang ada di kantin maupun di taman belakang sekolah saat jam istirahat. Lagipula, setelah makan dia mau berkonsentrasi membaca buku psikologi yang baru dia pinjam di perpustakaan. Tapi sepertinya keinginan menyendiri Rukia pada hari ini tak tercapai deh, karena terdengar pintu menuju atap terbuka.

"Rukia! Sudah ku tebak kau ada di sini! Tadi aku ke kelasmu tapi ternyata kau tak ada!", suara itu datang dari sesosok wanita berambut coklat muda dan memiliki ukuran *ehemm* dada yang cukup besar. Wanita berambut panjang ini memasang ekspresi sedikit sebal, terlihat dari kerutan yang ada di alisnya.

"o… Orihime? Aku kira kau sibuk di kelas, jadinya aku memutuskan untuk ke atap sendiri…"

"ah? Kata siapa aku sibuk? Rukia tau dari mana coba?"

"ah… maaf, soalnya aku takut seperti kemarin saat aku nunggu Inoe di depan kelas tapi Inoe tidak keluar kelas hingga jam istirahat berakhir…", Rukia menundukkan wajahnya.

"soal kemarin yah… aku itu benar-benar ga tau, habis Rukia-chan sendiri bukannya manggil aku ke dalam kelas tetapi hanya menunggu di depan pintu DX"

"ha… habisnya kan aku ga mungkin masuk…", Rukia menghentikan kalimatnya, wajahnya sekarang benar-benar merah seperti tomat. Mungkin kita semua sudah tau alasan kenapa Rukia tidak mau menemui Orihime langsung di kelas-nya, tapi sayangnya Orihime sendiri ga tau alasannya mengapa Rukia selalu menolak bila disuru masuk ke kelasnya.

"ke… kenapa tidak mungkin Rukia? Aku sering ke kelasmu untuk berkunjung kan? Jangan bilang kau malu… ayo lah Rukia-chan~ sekarang kita sudah bukan anak SMP lagi… lagi pula mau sampai kapan sifat mu seperti itu?"

"bu… bukan masalah itu Inoe… ha… hanya saja, ada hal yang kurang nyaman saja…", gadis itu berbicara sambil mengusap-usap lehernya.

"hmmm… atau mungkin ada yang kau suka di kelasku ya?", kata-kata itu sontak membuat Rukia terbelalak dan merasa tertusuk tepat di jantung hatinya sementara gadis berambut coklat ini memasang wajah innocentnya. "kurasa itu tak mungkin ya^^ Rukia-chan kan ga ada waktu buat memikirkan hal yang kurang berguna seperti itu…"

'kau salah Orihime, kau salah menilaiku…', kata Rukia dalam hati tetapi tak berani untuk dikatakannya secara lantang.

"eh Rukia-chan… bukannya hari ini kau mau ujian matematika ya?"

"oh iya… AKU LUPA! Waduh, jam pelajarannya habis ini lagi! Mana aku belum belajar sama sekali!", Rukia panic. Orihime hanya bisa sweatdrop melihat sahabatnya yang dapat dikatakan 'cerdas' tetapi ga ketulungan cerobohnya.

"a… ano Rukia-chan… aku kira kau bisa tanpa harus belajar lagi… Rukia kan siswi yang pintar ^^", Orihime berusaha agar sahabat dekatnya itu tidak panic walau Rukia masih berprilaku seperti orang kebakaran jenggot. Tetapi entah mengapa diantara kedua sahabat ini ga menyadari sebuah keganjilan. Sepertinya memang mereka berdua ini sahabat yang ceroboh.

*Ichigo POV*

Aku tak tau sudah berapa lama aku menunggu di depan ruang kelas ini. Kelas 2-3, yang aku heran dari tadi ada saja orang yang menatap aneh padaku. Memang apa salahnya sih berdiri di depan kelas? Perasaan ga ada peraturan yang melarang seorang murid yang menunggu temannya di depan kelas selama jam istirahat.

Kriuuuuu~~~~~~~uuuukk

Aduuuhh… mau sampai kapan sih gadis pendek itu berdiam diri di dalam kelasnya? Masa dia sama sekali ga sadar sih kalau buku catatannya tertinggal? Lagi pula kalau aku ga kepikiran kelasnya akan ada ulangan besok juga aku ga bakal kasih ke dia. Perut, ku mohon bertahanlah sedikit. Apa aku masuk saja ya ke dalam? Ah! Ga akan deh! Aku ga mau bertemu dengan gadis itu. Kalau aku masuk, masalahnya bisa runyam.

"lho Ichigo kenapa kau berdiri di depan kelas ku?", suara itu mengagetkanku… suara yang sangat tak ingin aku dengar sekarang.

"ah… Senna? Kau… kenapa disini?"

"kau aneh ya… ini kan kelasku, jadi wajar kan aku disini?", sepertinya dia berbicara sambil tertawa kecil. Hal tersebut semakin membuatku bingung.

"ah… sebenarnya aku ingin megembalikan sesuatu pada teman sekelasmu… seorang gadis berambut hitam dan pendek.", aku tak ingin berlama-lama berbicara dengannya karena mungkin aku belum siap.

"oh… si Kuchiki ya? Kau mengenalnya? Aku tak tau kalau seleramu sudah berubah sekarang…", gadis itu mengernyitkan mata ember-nya seakan mengatakan 'kau aneh Ichigo'.

"ah… terserahlah apa katamu, tolong kembalikan ini kepadanya ya… kuharap kau masih sebaik yang dulu… sudah ya, dagh…", aku pun meninggalkan gadis itu di depan kelasnya dan segera memalingkan wajahku darinya.

*end of Ichigo POV*

BERSAMBUNG ~~~~~

SAYA MOHON REVIEWNYA YAAAA~~~

*sembah sujud*