.

.

Gintama milik Hideaki Sorachi

.

.

Gaje, OOC, Typo

.

.

RnR

.

Kediaman Okita pada pagi hari kurang lebih seperti Yorozuya atau Shinsengumi dulu. Selalu berisik. Pagi yang cerah yang harusnya diisi dengan cinta atau ketenangan malah diisi dengan pertengkaran atau keributan.

"Oi Sadis, ambilkan aku panci di rak paling kiri itu," pinta seorang wanita berambut vermillion yang hampir menyentuh pinggang itu dengan nada buru buru. Dalam hatinya, ia mengutuk jam weker yang tak bunyi akibat habis batre. Ayolah, dia bukan lagi gadis pemalas yang bangun jam 9 pagi. Kini ia memiliki kewajiban untuk memberi makan 4 orang, termasuk dia sendiri.

"Ambil saja sendiri. Kau itu istri paling malas yang kupunya," jawab sang suami dengan malas. Ia tak peduli istrinya sedang buru buru seperti sedang dikejar waktu. Pria itu kembali menyesap kopinya dan melanjutkan bacaan korannya.

"Memangnya kau punya istri selain aku yaaa?!" kalau sudah begini, pertengkaran tak bisa dihindari lagi. Dapur yang semula rapih dan tenang berubah menjadi berantakan dan berisik.

Pertengkaran terhenti jika salah satu anggota keluarga yang lain masuk ke dalam dapur. Dan hal itu terjadi saat mereka melihat sesosok gadis mungil berambut vermillion seperti ibunya yang berantena (?) yang selalu saja mengingatkan ibunya akan kakaknya yang bodoh, masuk ke arena mereka bertarung.

"Mami, aniki mematahkan gagang pintu lagi," lapor gadis itu lalu naik dan duduk manis di kursi. Gadis berumur 4 tahun itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan itu. "Ma, pa, apa tadi ada gempa?"

Laki laki yang duduk besebrangan dengannya melirik istrinya sekilas lalu berujar dengan santai, "tidak Kaguya. Tadi ada monster yang mengamuk."

Saat sang putri lengah, wanita monster itu atau Kagura melempar talenan ke arah suaminya, Sougo yang seketika itu langsung terjengkang dari tempat duduknya.

Kagura menghampiri Kaguya kecil lalu menyodorkan semangkuk sup untuknya. "Gagang mana lagi yang anikimu patahkan, aru?"

Kaguya meraih sendok. "Kamar mandi."

Sougo yang sudah bangkit dari tempat ia jatuh bergumam pelan, "harusnya kemarin kuganti saja gagang anti yato," sambil menggosok hidungnya yang agak perih, lalu beralih pada putrinya. "Dimana dia sekarang?''

Kagura yang sudah selesai memasak sarapan, duduk di sisi putrinya untuk mengajari cara memegang sendok. Sougo kembali membaca koran, sesekali menyesap kopinya.

Baru saja Kagura hendak menghampiri putranya untuk mengajak sarapan, muncul putranya sambil membawa gagang pintu yang patah.

"Patah lagi? Soujiro sebaiknya kau redam kekuatanmu itu. Lama lama kau akan menghancurkan perabotan di rumah ini," kata Sougo terdengar acuh.

Soujiro duduk di bangkunya dan langsung makan. "Salahkan ibu karena mewarisi kekuatan super ini," katanya sama sama acuh.

"Sudah, makan saja, aru. Jangan dengarkan papimu," kata Kagura sambil mengelap bibir Kaguya yang belepotan makanan.

"Mami, kapan paman datang?" tanya Kaguya tiba tiba. "Katanya paman bakal datang dari luar angkasa kalau Kaguya ulangtahun," kata gadis manis itu.

Kagura membawa cucian piring ke wastafel lalu mencucinya. "Ahh, paman ya? Emm, entahlah sayang. Mungkin saja ia datang," kata Kagura ragu. Sebenarnya ia tak suka kalau kakaknya datang ke rumahnya. Tapi bukan berarti Kagura benci Kamui.

"Yah, paman Kamui lebih asyik dibanding yang lain,"kata Soujiro. "Termasuk ayah." Kata katanya yang terakhir menimbulkan dampak perih di hati Sougo yang terdalam.

"Ya sudah. Cari saja ayah yang lain yang menurutmu lebih asyik," sambar Sougo datar.

Soujiro menoleh ke arah ibunya yang sedang mencuci piring. "Bu, ayah bilang kau boleh menikah lagi."

Kagura terdengar terkejut lalu menoleh ke arah mereka dan menatap Sougo. "Boleh?" tanyanya riang seakan akan dari dulu ia memang ingin menikah dengan orang lain saja.

Sougo menghela nafas. "Setelah kau bayar dulu uang bulananmu selama sembilan tahun kita menikah," katanya datar.

"Hemm, tidak jadi, aru," kata Kagura lalu kembali mencuci piring.

"Ne, mami. Kapan paman datang?" rengek Kaguya. "Besok aku ulang tahun."

Kagura berbalik lalu berjalan menuju Kaguya. "Nanti..., mungkin mami bakal menelfon psman. Sekarang Kaguya jangan sedih ya."

"Yahh, semoga saja mantan penjahat itu datang ke bumi," gumam Sougo pelan. Diam diam dia juga merindukan kakak iparnya. Tentu saja arti 'merindukan' dalam kamus Sougo berbeda.

...

Seperti biasa, Kagura akan berjalan jalan mengililingi distrik Kabukichou setelah Sougo pergi ke markas Shinsengumi dan Soujiro ke sekolah bersama putrinya yang manis. Kadang ia ke istana untuk mengunjungi sahabat karibnya Soyo, atau bersinggah ke kediaman Isao yaitu rumah Tae, dan juga kediaman Yorozuya.

Kali ini ia dan Kaguya pergi ke Yorozuya untuk mengunjungi dua bujang lapuk itu yang pemilik kediaman itu sedang sakit flu dan demam.

"Gin-chan? Shinpachi?" panggil Kagura saat ia baru masuk rumah itu. Kaguya mengekori ia.

Panggilan Kagura dibalas dengan batukan yang terdengar agak parah dan suara samurai keriting itu terdengar parau. "Kagura ya?"

"Iya," Kagura meminta Kaguya menunggu di ruang tamu sambil menonton TV selagi ia menghidangkan sup kepiting hangat untuk Gintoki yang sedang sakit.

Kagura berjalan menuju kamar Gintoki dan menemukan ayah angkatnya tepar di atas futon, dan menggunakan masker.

"Shinpachi mana, aru?" tanya Kagura sambil duduk di sisi Gintoki.

"Beli obat," jawab Gintoki sekenanya lalu kembali tidur.

"Makan dulu Gin-chan," Kagura menyodorkan semangkuk sup hangat yang ia bawa tadi.

"Nanti."

"Nanti keburu dingin."

"Bisa dihangatkan lagi."

"Kalau basi, aru?"

"Buang saja."

"Kalau-"

"BERISIKKKKKKKKKK!. Tadi malam aku sama sekali tidak tidur!" tiba tiba Gintoki loncat dari tempat ia berbaring. Tanpa sengaja kaki Gintoki menyenggol mangkuk di sampingnya dan tumpah.

"GIN-CHAN NUMPAHIN SUP KEPITINGKUUU," kata Kagura tidak kalah keras. Ia lupa kalau di ruang tamu ada putrinya.

"Gak sengaja. Di taro di situ sih,"kata Gintoki dengan suara paraunya yang jelek.

Kagura menatap Gintoki kesal. "Seharusnya tadi itu buat anego saja. Minta urus saja sama Shinpachi,aru! Dasar bujang lapuk!" Kagura melangkahkan kaki dengan kesal lalu ke luar ruangan.

"Dasar ibu ibu," Gintoki menggaruk kepalanya dengan bosan lalu kembali berbaring, meski yakin ia tak akan tidur lagi. Dia biarkan saja genangan sup yang tak jauh dari futonnya. Toh, nanti si megane bakal bersihkan.

Kagura keluar kamar dengan bersungut sungutdan menemukan putrinya sedang menangis karena ketakutan mendengar percakapan ia dengan Gintoki.

"Maafkan mami, sayang. Maaf ya," kata Kagura lembut sambil memeluk Kaguya erat erat. "Ayo kita berkunjung ke rumah Noriko." Noriko itu putri Tae.

Ketika Kagura dan Kaguya melewati toko kue, mereka bertemu Sougo yang ia sedang membeli sesuatu di toko itu. Cepat cepat Kaguya menghampiri papinya yang tampak membelakanginya dan mami.

"Papiii," Kaguya memeluk kedua kaki Sougo dari belakang dengan erat.

"Kaguya?" Sougo menoleh kebelakang. "Mana mami?" tanyanya sambil menarik Kaguya untuk menggendongnya. "Kau tidak jalan jalan sendiri kan?"

Kaguya menggeleng. "Itu mami," ia menunjuk sosok wanita yang mendekat ke arah mereka.

"Hoo, bolos kerja ya?" Kagura bersedekap sambil menatap Sougo kesal. "Awas kalau gajimu berkurang," Kagura mengambil alih dalam menggendong putri kecil mereka.

"Bukannya bolos, tapi...," Sougo mengalihkan perhatiannya untuk menatap sesuatu. Kagura mengikuti arah penglihatan Sougo. Oh, kue ulang tahun untuk Kaguya.

Kaguya memberontak lembut dalam dekapan Kagura, meminta maminya untuk menurunkannya. Kagura pun menurunkannya.

"Mami, aku boleh main di sini kan? Kakak yang menjaga toko memperbolehkanku kemarin," pinta Kaguya sambil menoleh untuk menatap seorang gadis yang menjaga toko itu. Gadis itu merupakan cucu dari nenek penjual kue langganan Sougo. Kini cucunya yang mewariskan toko itu.

Karena Sougo sudah mengenal gadis itu sejak kecil, jadi ia memperbolehkan Kaguya bermain di sini. Toh, dia sudah lama tak berjalan jalan bersama istrinya berdua saja.

"Tidak kembali patroli, Sadis?" tanya Kagura sambil menatap Sougo.

"Tidak. Zaki yang kusuruh menggantikanku," katanya sambil melonggarkan kerah seragamnya. "Kita mau kemana, China?"

"Siapa yang minta kau ikut?! Aku mau belanja, ada obral baju," kata Kagura yang sudah terdengar seperti ibu ibu.

"Hei," Sougo menggandeng tangan kiri Kagura yang bebas dari kantong belanjaan. "Lupakan dulu statusmu sebagai ibu ibu. Kau tau, kita sudah lama tak berkencan," katanya dengan nada yang Kagura sudah tunggu tunggu sejak lama.

Kagura merona sedikit. "Ma..maaf saja ya, tapi a..aku ini ibu yang tanggung jawab!" Kagura menarik tanggannya dari genggaman Sougo.

Diam diam Sougo menyeringai senang. Inilah yang ia tunggu, Kagura dalam mode tsundere.

"Bilang saja kau juga senang, dan berharap aku membujukmu untuk kencan. Sebaiknya kau perhatikan wajah merah mu itu sebelum menyangkal, China," kata Sougo menggoda istrinya.

Sial, orang di sebelahnya ini memang tahu apa yang ada di hatinya.

"AKU TIDAK ME-"

"Sebaiknya kalau ingin saling menggoda di rumah saja, ibu, ayah," tiba tiba terdengar suara Soujiro dari arah belakang. Otomatis Kagura dan Sougo menoleh, dan mereka mendapati Soujiro berdiri malas di belakang mereka.

'Dasar pengganggu,' batin Sougo.

Soujiro berjalan mendahului mereka sambil bergumam, "bahkan mereka tak sadar aku ada di belakang sejak tadi."

...

Di sebuah planet yang jauh dari bumi

"Abuto, apa sekarang menurut tanggal di bumi, tanggal 8?" tanya seorang pria berambut vermillion yang dikepang, pada sosok yang jauh lebih besar darinya yang berada di sampingnya.

"Hmm, ya. Memangnya ada apa Danchou?" Tanya yang ditanya saat mereka masuk kesebuah gang kecil yang kotor. "Apa kau ada janji dengan wanita di sana?"

DUAAR!

Tembok kecoklatan di samping Abuto menganga cukup lebar dan mengeluarkan asap, beberapa bata merahnya berserakan sampai kehadapan mereka.

Inilah akibatnya kalau Abuto salah bicara di hadapan atasannya, Kamui.

"Melesat," gumam Kamui sambil tersenyum, menatap Abuto yang masih agak syok. Kemudian Kamui kembali melanjutkan perjalanannya.

"Bukan seorang wanita, Abuto,"kata Kamui menoleh ke arah Abuto. "Tapi gadis kecil."

Rahang Abuto kendor seketika. Ja..jangan jangan Kamui jadi pedopil. Mungkin karena adiknya yang dia sayangi sudah menikah, batin Abuto.

"Danchou, kau bukan..," suara Abuto terdengar agak ragu. "Pedopil kan?"

DUARRRRRR!

...

"Apa paman besok datang?" tanya Soujiro saat Kagura sedang mengelap meja makan setelah makan malam.

Kagura menatap Soujiro. Laki laki berumur 8 tahun itu mewarisi rambut dan mata Sougo. Oh, untuk tambahan juga, Soujiro memiliki antena (?) yang diwarisi dari pamannya. Kagura bingung, kenapa kedua anaknya malah mendapat pucuk di kepala seperti itu.

Apa karena saat Kagura melahirkan Soujiro dan Kaguya, yang menemaninya malah Kamui bukannya Sougo?

Kagura mendongak untuk menatap anaknya."Mungkin," jawabnya. "Souji-kun rindu paman?"

Soujiro berdiri, bersender pada pintu kulkas sambil menggosok hidungnya. "Tidak," gumamnya. Sikap tsundere Kagura menurun padanya.

"Yah, biasanya kalau kalian ulang tahun para paman kalian datang kan, aru?"

"Hm, walaupun dulu ada kakek," kata Soujiro.

Kagura merasakan tikaman duka di hatinya. Papinya yang ia sayangi sudah tak ada.

Kagura mencuci tangannya lalu menuju Soujiro dan memeluknya, "Kakek dan nenekmu sudah tenang, sayang," ia melepaskan pelukannya. "Nah, sekarang tidur, aru."

...

Ulang tahun Kaguya berjalan dengan lancar dan normal. Semuanya normal kecuali hadiah hadiahnya. Semua hadiah yang menurut pasangan Okita tidak wajar, akan dibuang sebelum Kaguya melihat itu.

Seperti hadiah dari paman Toshi yang berupa lima botol mayonise keluaran terbatas dan tiket keliling pabrik pembuata mayonise. Paman MADAO yang memberikan kardus beserta sandal jepit. Bibi Tae memberikan dark meter yang menurutnya itu tamagoyaki yang lezat. Dan hadiah hadiah yang tidak dianjurkan diberikan pada gadis berumur 4 tahun itu yang lain.

"Paman Kamui benar benar tidak datang ya?"tanya Soujiro untuk memastikan pada Kaguya.

Kaguya menggeleng sedih. Padahal ia rindu senyum pamannya yang menurutnya itu manis. Oh, dan mainan mainan darinya yang berasal dari luar angkasa.

"Mungkin ia datang nanti saat Soujiro ulang tahun," kata Kagura sambil merobek majalah Otsu dari Shinpachi tanpa sepengetahuan Kaguya.

Kaguya diam saja sambil cemberut.

Sebelum Sougo sempat berbicara sesuatu, terdengar suara pintu depan didobrak dengan paksa oleh seseorang. Spontan, Sougo mengambil bazookanya, Kagura dengan payungnya, dan Soujiro dengan bakuto warisan ayahnya.

"Kaguya, Soujiro, tung-."

"Araaaaa, jadi kalian sudah membuka kado kado ya? Paman telat ya?" sosok yang Kaguya dan Soujiro tunggu tunggu itu melambaikan tangan di depan pintu depan yang sudah entah kemana pintunya sambil memanggul kantung besar berisi mainan di pundaknya.

Seperti santa. Itu kesan pertama Kaguya pada pamannya.

"Pamannnnnn," sejenak Kaguya melupakan semua hadiah yang diberikan padanya. Ia berlari untuk menyambut kehadiran pamannya.

"Wah, kau mewarisi kekuatan mamimu ya, Kaguya-chan," kata Kamui saat anak itu menubruk kaki jenjang miliknya. Kamui menurunkan kantung itu lalu memeluk Kaguya.

Sementara itu Sougo dan Kagura baru pulih dari kekagetan mereka. Oi, oi, orang itu seenak antenanya saja mendobrak pintu rumah orang saat malam hari.

'Dia pikir dia siapa,' Sougo menatap Kamui dongkol. Anak anaknya langsung lengket ke Kamui. Bahkan Soujiro pun langsung bertingkah seperti anak seumurannya yang normal demi menarik perhatian sang paman.

Kaguya menuntun Kamui masuk ke ruang tengah mereka.

"Kenapa baru datang, aru?" tanya Kagura terdengar sewot. "Kau hampir membuat nangis Kaguya."

Kamui tersenyum ke arah Kagura. "Kau merindukanku juga, imouto?" tanyanya sambil mengeluarkan sekantung permen untuk Kaguya.

"Maaf saja ya," kata Kagura terdengar acuh.

"Iya paman, mami memang rindu paman. Setiap hari mami selalu bilang antena rambutku mengingatkan pada paman loh," sahut si kecil polos tanpa memperdulikan muka maminya yang perlahan lahan merah padam seiring ucapan yang ia katakan.

"A..aku siapkan camilan du..dulu!" Setelah itu Kagura langsung melesat ke dapur guna menyembunyikan malunya. Tentu saja ia rindu kakaknya. Hanya saja ia teralu malu untuk mengakuinya. Kamui tertawa saat melihat sikap Kagura.

Sementara Kaguya dan Soujiro sedang membuka mainan mainan dari Kamui, aura di ruangan itu menggelap.

"Lama tak berjumpa, kakak ipar," kata Sougo tanpa terdengar sopan sama sekali. Entak kenapa setiap kali melihat Kamui, ia ingin bertarung.

"Kita memang sudah lama tak berjumpa, Ahokita," kata Kamui dengan senyum palsunya yang manis.

"Hei, hei. Secara tak langsung kau melecehkan nama adikmu dan keponakanmu itu," kata Sougo dengan nada datarnya.

Masih mempertahankan senyumnya, Kamui berujar, "maaf ya, nama itu hanya cocok untukmu saja, adik ipar tak tahu diri. Kau kira siapa yang menunggui persalinan kedua anak ini saat itu. Hm?"

Sebelum Sougo membalasnya, sebuah tangan menggamparnya dari belakang.

"Ittai. China,kau ini benar benar istri kurang ajar ya," Sougo menggosok gosok kepalanya.

"Kalau mau bertangkar di luar saja, aru! Anak anak ini masih polos untuk mendengar kata kata kurang ajar kalian!" Kagura berjalan menuju meja sambil membawa camilan.

Kagura menoleh ke arah Kamui yang berekspresi seakan akan mengatakan, 'kau membelaku kan, imouto?' "Bukan berarti aku membela mu ya!"

"Hai, hai,"

"Paman, kau menginap kan di sini?" tanya Soujiro tiba tiba.

Kamui berjongkok untuk menyamai tingginya dengan keponakannya. "Wah, maaf Soujiro-kun. Paman harus pergi malam ini," katanya sambil tersenyum.

"Hehhh?" Kaguya langsung menghampiri mereka berdua. "Bohong kann?"

"Sayangnya itu benar," kata Kamui sambil mengusap kepala Kaguya.

Kaguya tampak sedih seketika. "Tapi janji ya. Bakal datang lagi," paksa Kaguya.

Kamui tersenyum. "Tentu saja. Kalau tidak mamimu pasti merindukan paman."

"SIAPA YANG BAKAL MERINDUKANMU, BAKA ANIKI!"

Kamui beranjak untuk berdiri. "Yosh, Abuto pasti sekarang sedang menunggu. Paman pergi dulu ya," Kamui berjalan keluar sambil melambaikan tangan kepada keponakannya. Keluarga Okita mengantarnya sampai depan. Sebagiannya ada yang sedih, dan ada juga yang senang karena kepergian Kamui.

"LAIN KALI,TAK USAH DATANG SAJA SEKALIAN KALAU HANYA SEBENTARRR," teriak Kagura pada sosok yang mulai memudar dari pandangannya karena gelap.

"Mami, ini sudah malam loh," kata Kaguya mengingatkan maminya yang berteriak teriak seram seperti itu.

"Maaf." Kagura menatap Sougo. "Jadi, pintunya bagaimana?"

Sougo menguap lebar. "Tutup saja pakai lemari. Yang merusakkannya kan kakakmu," lalu dia berbalik untuk masuk ke dalam rumah.

"LU SAMA AJA!"

"Mami!"

Entah kenapa setelah Kamui menggoda Kagura tadi, Kagura jadi lebih cepat emosi.

.

TBC

.

A.N

Woi, woi, apaan nih,sampah atau fict? Perasaan ini ngak layak dipublish deh. Ceritanya ancur, diksinya ngak rapih, bahkan kayak ngak ada alur gitu.

Apa karena udah lama ngak nulis ya? Udahlah yg penting update aja deh.

Menurut kalian ini layak untuk dilanjutkan ngak? Fict ini ceritanya cuman kayak kehidupan sehari hari gitu. Kok aku jadi ngak percaya diri begini sihhhhh. Ya udah deh, aku minta saran atau kritik aja, biar jadi motivasi memperbagus tulisan.

Oh iya, maafin aku ya ngak pernah nge bales review. Sumpah, aku bukannya sombong, tapi cuman ngak tau mau nulis apa, daripada garing mending ngak deh. Maaf ya . Aku bener bener terharu kok ngeliat review kalian.

Maaf A.N nya panjang. Oh iya aku mau ucapin OTANJOUBI OMEDETOUUU KAMUI-KUNNN (01-06-2016)