Our Pain, Our love
Chapter 1
Pair : Miku x Mikuo
True genre : friendship, romance, tragedy, angst
Vocaloid owned by Yamaha
Enjoy reading!
"Nghhh..."
Gadis itu memegangi kepalanya. Keringat mulai keluar, menandakan dia menahan rasa sakit di kepalanya.
"Sensei.. Maaf, sepertinya saya tidak enak badan. Bolehkah saya ke ruang kesehatan?"
Guru itu menghela nafas, seperti sudah menjadi kebiasaan baginya.
"Baiklah, silahkan pergi, Hatsune-san..", dan kemudian gadis itu berjalan kearah ruang kesehatan sambil memegangi kepalanya.
"Permisi.."
Gadis berkuncir twintails itu tidak melihat siapapun dalam ruang kesehatan. Memang sepertinya ruangan itu dikushuskan untuknya.. Atau ada orang lain?
Akhirnya dia membaringkan tubuhnya sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.
"Selalu saja...", guman gadis itu. Memang sepertinya ruang kesehatan ini seperti kamar kedua baginya. Kemudian dia mulai berbaring diatas ranjang ruang kesehatan itu.
Memang dia tidak bisa tidur, tetapi dengan berbaring membuatnya merasa sedikit lebih baik.
"Hhh.. Hhhh.."
Gadis itu mendengar seseorang yang nafasnya sangat berat dan terengah-engah di luar ruang kesehatan. Tetapi setelah beberapa lama dia mendengar suara itu, tidak ada orang yang masuk ke dalam ruang kesehatan.
"Ada siapa memangnya?", kemudian gadis itu berjalan sambil menahan rasa pusingnya untuk melihat ada apa diluar.
Dan dia melihat seorang anak laki-laki berambut hijau tosca yang nyaris pingsan di depan ruangan kesehatan.
"Bertahanlah!", dan gadis itu berusaha sekuat tenaga memopong tubuh anak laki-laki itu sampai ke tempat tidur ruang kesehatan.
"Hhh.. Hhhhh.. Hh..", anak laki-laki itu sebenarnya masih sadar, namun nafasnya sedikit berat.
Gadis itu memperhatikan pemuda yang baru saja di tolongnya. Wajahnya sedikit pucat, sama seperti wajahnya. Kemudian setelah beberapa saat akhirnya pemuda itu sedikit tenang.
"Terima kasih...", kata pemuda itu sambil tersenyum. Dan hal itu membuat gadis yang sama-sama berambut tosca itu bernafas lega.
"Syukurlah..", dan kemudian dia kembali berbaring di ranjangnya semula.
"Aku sering melihatmu disini..", kata pemuda itu.
"Masa? Kapan? Aku tidak merasa pernah bertemu denganmu...", jawab gadis itu.
"Hahaha. Aku melihatmu ketika kau keluar dari ruangan ini. Sepertinya sering sekali ya~ oh ya, perkenalkan namaku Mikuo!".
"Oh pantas saja aku tidak pernah melihatmu kalau begitu. Namaku Miku, senang berkenalan denganmu! Hahaha..", balas Miku.
"Apakah kau sering sakit sehingga sering berada di ruangan ini?", tanya Mikuo.
Miku mengangguk. "Ya, hal itu terus terjadi. Sampai-sampai ruangan kesehatan ini seperti menjadi kamar kedua bagiku..", jawab Miku terus terang. Mikuo memandangi Miku dengan tatapan yang entah kagum atau kasihan atau yang lainnya.
"Kau sendiri? Kenapa sampai tadi nafasmu berat begitu?", tanya Miku balik.
"Entahlah. Mungkin aku kelelahan~", jawab Mikuo santai.
"Benarkah?"
"Tentu saja.. Ckckck.."
"Hahaha. Baiklah-baiklah. Ayo kita cepat istirahat agar dapat segera kembali ke kelas.."
Dan itu menjadi awal mula perkenalan mereka.
-Our pain, our love-
Aku tidak boleh menjalin cinta dengan seseorang.. Jika aku meninggalkannya, pasti itu menjadi hal yang menyakitkan untuknya..
Miku POV
Pagi ini dengan kepala pusing aku bangun untuk segera bergegas ke sekolah.
Kepalaku.. Selalu saja pusing.. Dan wajahku, selalu saja pucat seperti salah satu pasien rumah sakit.
Beberapa yang lau aku mengalami gangguan pada otak yang entah tidak jelas apa itu. Mungkin saja kanker otak.. Dan hal itu membuat umurku divonis berkurang drastis.
Sedih? Atau malah bahagia akan meninggalkan dunia ini?
Entahlah.. Dua-duanya sama saja denganku. Karena aku juga tidak terlalu peduli dengan hidupku. Mati atau tidak, sama saja.. Dan sebaiknya, aku menikmati hidupku sebisa mungkin selama aku masih hidup.
"Miku ayo bangun..", triak ibuku dari luar kamarku..
Tentu saja aku langsung bergegas agar dia tau jika anaknya ini sudah bangun. Aku segera pergi ke kamar mandi, mengganti bajuku dan bersiap-siap untuk sarapan. Aku melihat wajaku di cermin. Selalu pucat seperti biasanya. Tetapi aku tidak terlalu memperdulikan hal itu lagi, dan setelah itu aku akan pergi ke sekolah.. Mungkin saja ini akan menjadi saat-saat terakhirku untuk sekolah? Lagipula, aku tidak terlalu berminat menjalankan hidupku lagi.
Walau aku penyakitan, tetap saja aku tidak ingin berhenti sekolah. Jadi tidak heran jika ruang kesehatan seperti kamar keduaku di sekolah.
Dan kemarin aku mendapati seorang anak laki-laki yang berambut sama denganku. Bahkan nama kami tidak jauh beda.. Apa dia saudara kembarku yang dirahasiakan ayah dan ibu? Tetapi tidak mungkin, aku tahu benar silsilah keluargaku..
Kenapa dia sering melihatku ya? Padahal aku tidak pernah melihatnya..
Dan kenapa aku jadi memikirkannya sekarang?
Entahlah, ini pasti hanya karena dia sedikit mirip denganku.. Pasti..
Akhirnya aku sampai di sekolah. Dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Aku menikmati sekolah ini. Setidaknya, untuk sisa-sisa hidupku ini..
Dan kejadian seperti biasanya.. Menimpa diriku lagi hari ini.
Kepalaku pusing luar biasa, bahkan pandanganku tidak jelas. Aku juga sudah sedikit kehilangan kesadaran sepertinya.
Tetapi aku tahu jika kali ini kelas sedang tidak ada gurunya. Tanpa membuang waktu lagi, aku berusaha berjalan sekuat tenagaku ke ruang kesehatan walau aku berkali-kali merasa akan jatuh. Dan aku yakin, jalanku sempoyongan walau aku tidak sepenuhnya sadar.
Aku hampir sampai di depan ruang kesehatan. Dan sialnya sepertinya aku tidak kuat lagi..
"Kau terlalu memaksakan diri untuk berjalan..", kata seseorang yang sepertinya baru saja kukenal karena suaranya sedikit asing.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku benar-benar lemah sekarang ini. Dan akhirnya aku pasrah dituntun oleh seseorang yang di sebelahku ini hingga kedalam ruang kesehatan.
Setelah beberapa lama, barulah aku sadar. Yang menolongku adalah seorang laki-laki berambut hijau tosca sepertiku.
"Mi.. Mikuo?", aku mencoba memanggilnya dengan suara parau. Memang kita tidak akrab, tetapi aku tidak tahu harus memanggilnya apa, karena aku tidak tahu nama belakangnya. Akhirnya aku beristirahat kurang lebih selama dua jam sampai aku merasa membaik.
"Sudah merasa lebih baik?", tanya Mikuo yang ternyata tiduran di sebelahku.
"Iya. Te-terima kasih banyak.. Maaf aku merepotkanmu..", kataku lagi. Aku merasa tidak enak pada Mikuo. Dia pasti menuntunku hingga kesini, walau aku tidak sadar tadi..
Mikuo tersenyum. "Tidak masalah~ bukankah kamu juga sudah menolongku kemarin? Hahaha..", jawab Mikuo santai. Aku hanya tersenyum dan mengangguk lemah.
"Apakah kamu sakit Mikuo?"
Mikuo langsung menoleh kearahku dengan wajah yang sedikit kaget.
"Kenapa bisa berpikir seperti itu", tanya Mikuo.
"Habisnya kau ada di depan ruang kesehatan. Dan sekarang kau berbaring.. Apakah kamu sakit?", tanyaku lagi.
"Ya.. Merasa tidak enak badan~ hahaha.. Kau sendiri juga kan?"
"Ya begitulah.."
Dan kami berbincang-bincang cukup lama walau kepalaku masih sakit. Terkadang kami tertawa bersama, dan sedikit saling meledek. Namun kami juga menyadari banyaknya persamaan di diri kita masing-masing. Hal ini sepertinya akan membuatku cukup akrab dengannya.
"Mau kutemani kembali ke kelas?", tawar Mikuo saat kita berdua merasa baikan.
Aku menggeleng. "Tidak perlu.. Kembalilah saja ke kelasmu. Terima kasih untuk yang tadi ya..", tambahku lagi.
"Baiklah.. Get well soon...", tambah Mikuo.
"Get well soon juga~", dan aku meninggalkan Mikuo.
Aku pun berjalan ke kelas sendirian. Tetapi aku merasa ada seseorang yang mengikutiku. Siapa itu?
...
Aku tidak boleh menjalin cinta dengan siapapun. Lebih baik aku saja yang mencintainya daripada dia harus mencintai aku. Karena pada akhirnya, dia pasti sedih..
..
Mikuo POV
Hari ini aku bertemu dengannya lagi.. Gadis yang begitu mirip denganku, bahkan seperti genderbendku saja.
Aku menemukannya hampir pingsan di depan ruang kesehatan. Apa yang terjadi pada Miku sebenarnya?
Untunglah dia tidak melihatku saat aku merasa kesakitan dan saat mengawasinya kembali ke kelas tadi. Memang sangat sial memiliki jantung yang bermasalah seperti diriku ini..
Alarm ponselku berbunyi, menandakan saatnya meminum obat berwarna kuning. Akhirnya aku berdiri menuju kotak obat-obatanku, dimana hidupku bergantung pada mereka.
Kedua orang tuaku sudah tidak ada, dan mereka meninggalkan warisan yang tidak akan habis sampai tujuh turunan. Jadi inilah hidupku sekarang, menjalani hidup sebisanya. Aku tidak tau apa yang akan kulakukan selanjutnya, dan aku tidak ingin memikirkannya juga. Aku hanya ingin menjalani hidup sebisaku, dan jika memang aku akan mati? Aku akan menerimanya~
Tetapi berkat penyakit ini, beberapa hari ini aku bertemu dengan gadis yang bernama Miku. Bukannya ge-er, tetapi dia sangat mirip denganku. Hanya bedanya wajahnya feminim dan wajahku benar-benar wajah laki-laki. Tetapi diluar itu, kami benar-benar mirip.
"Miku..."
Dan setelah itu aku segera tidur, berharap akan bertemu dengannya lagi besok..
.
.
"Pagi Mikuo.."
"Pagi Mikuo."
"Pagi Mikuo!"
Dan aku baru tersadar akan sapaan-sapaan itu.
"Ah! Selamat pagi!", balasku canggung kepada teman-temanku.
Entah kenapa aku jadi sering tidak nyambung sama mereka. Badanku terasa sakit rasanya..
"Selamat pagi Mikuo...", sapa Miku.
"Selamat pagi Miku!", balasku masih setengah ngantuk dan sakit.
"Mukamu.. Pucat?", tanya Miku sambil memperhatikan wajahku.
"Benarkah? Sepertinya aku agak kurang enak badan. Entahlah, aku akan pergi ke ruang kesehatan nanti~", balasku santai. Tetapi semua yang dikatakan Miku sepertinya benar.
"Baiklah. Sampai ketemu nanti!", dan Miku pergi.
Sampai ketemu? Apakah ruang kesehatan itu akan menjadi tempat bertemu kita sehari-hari? Sebenarnya apa yang terjadi pada Miku?
Aku terus berjalan kearah kelasku yang terasa sangat jauh itu. Dan beberapa penggosip yang umum sedang menggosip ria.
"Aku bertaruh hari ini Hatsune-san akan pergi ke ruang kesehatan lagi!"
"Benarkah? Tetapi sepertinya hari ini dia akan pingsan. Sudah beberapa lama dia tidak pingsan.."
"Sebenarnya dia sakit apa sih? Jangan-jangan suatu penyakit mematikan dan berbahaya.."
"Mungkin saja.."
Dan mereka melanjutkan perbincangan mereka tentang 'Hatsune' yang penyakitan itu.
Apakah itu Miku?
Kalau itu benar, sepertinya aku harus memastikannya sendiri..
Dan saat aku benar-benar merasa sakit, aku pergi ke ruangan kesehatan.
"Hai, Mikuo!", itulah sapaan yang kudapat saat memasuki ruang kesehatan.
"Ah.. Hai Miku..", sapaku balik, dan kemudian aku berbaring di ranjang sebelah Miku.
"Wajahmu pucat sekali hari ini..", kata Miku.
"Masa? Aku juga tidak tau kenapa..", jawabku jujur karena memang hanya hari ini wajahku dikatakan pucat.
Setelah mengatakan itu, aku baru ingat jika hari ini aku belum meminum obatku. Pantas saja!
"Oh ternyataaa...", aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Kemudian aku segera bangkit berdiri dan mengambil segelas air untuk meminum obatku.
"Hei.. Kau sakit?", tanya Miku lagi setelah melihatku meminum obat.
"Ya.. Obat sakit kepala.. Hahaha..", jawabku berbohong. Entah kenapa aku tidak ingin menceritakan keadaanku pada Miku. Bukan tidak ingin, hanya saja.. Belum siap.
Aku berbaring lagi di ranjang sebelah Miku. Dan kulihat dia tidak tidur, hanya saja memang terlihat pucat.
Kalau dipikir-pikir, waktu hidupku sudah tidak lama lagi sepertinya. Dan untuk menikmati sisa waktuku ini, lebih baik aku bersenang-senang saja ya?
"Hei Miku.."
"Ya?"
"Maukah.. Hari minggu kita pergi bersama ke suatu tempat?"
Miku menoleh ke arahku dengan wajah yang sedikit bingung.
"Kau.. Mengajakku kencan, Mikuo?"
"Hahahaha.. Yah, bukan seperti itu juga. Hanya saja.. Mari kita bersenang-senang bersama. Apa kau tidak mau?", tanyaku.
"Ya.. Aku mau..", jawab Miku sambil tersenyum.
Menikmati saat-saat yang mungkin akan menjadi sisa-sisa waktu mereka, mungkin indah...
To be continued
Mind to review after read this? Thanks :D
