"Kenapa aku?" Kyungsoo bertanya, matanya terlihat begitu keheranan dan aku hanya bisa tersenyum.
Bukankah dia tahu kalau aku memujanya lebih dari apa pun?
"Kau istimewa." Dan akhirnya yang keluar dari mulutku hanya dua kata yang sering kuucapkan kalau dia bertanya hal-hal yang merujuk pada hubungan kami.
"Give me another reason, Chan," katanya, terdengar tegas sekaligus memaksa. Kyungsoo memang suka sekali berekspresi serius kalau sedang berada di tempat umum.
"Haruskah?" kutanya dan dia langsung membeliak tidak percaya.
"Jadi hanya istimewa?" tanyanya sambil menyesap tehnya dengan pelan, merasakan bagaimana uapnya memenuhi wajahnya.
"Banyak, Kyungsoo, sulit untuk dijabarkan," jawabku. Jariku mengusap pelan pada dinding cangkir kopiku yang panasnya mulai reda.
"Kenapa?"
Aku diam, enggan menjawabnya. Entah karena tahu kalau sebenarnya dia hanya ingin mendengar dariku langsung atau hanya ingin mengetesku.
"Kau tahu aku, kan, Kyungsoo," kataku pelan. "kau adalah malaikat, setidaknya untukku," lanjutku, tak berani menatap matanya yang mungkin saat ini bergetar.
"You're the one." Yang kulihat hanya sepasang mata yang berkaca-kaca. Dia hendak menangis tapi deheman keras yang disengaja membuatnya terlihat kuat. Kyungsoo tidak akan membiarkan dirinya menangis di depan umum, apalagi hal-hal lain yang akan mencoreng harga dirinya.
"Can we go home?" tanyanya, memohon. Kuanggukkan kepala untuk menjawabnya.
Selama di perjalanan dia tidak banyak bicara, hanya menanggapi kalau aku bertanya atau bercerita. Tampak sekali di wajahnya yang tidak ingin banyak bicara untuk hari ini dan aku merasa bersalah hanya karena itu. Mungkin karena alasanku yang lain atau karena ucapanku yang salah, atau malah nadaku yang tidak pas. Aku selalu overthinking.
Sesampainya di rumah, kami masuk secara bersamaan. Duduk di meja makan karena dia mau aku untuk diam di sana, di depannya sambil menangkap matanya.
"Biarkan begini sebentar," katanya menahan getaran dalam suaranya. Dia mengambil napas sebentar lalu mengambil langkah untuk duduk dipangkuanku. Tangannya melingkar di leherku erat dan kakinya ada di sekitar pinggangku.
"Hey," panggilku, pelan. Dia terlihat enggan mendanga dari bahuku. Tenggelam di dalam sana bersama dengan perasaannya. "You're beautiful," bisikku pelan dan kurasakan kepalanya yang menggeleng pelan, mengusak rambutnya pada rahangku, seperti seekor kucing yang merajuk.
"Kenapa, Kyungsoo?" kutanya. Kyungsoo masih menggeleng tapi enggan berbicara.
"Kyungsoo," Pelan. "tell me."
"I miss you," gumamnya samar tapi aku bisa mendengarnya.
"I fucking miss you," katanya lagi, terdengar lebih jelas setelah mendanga. Bisa kulihat matanya yang memerah dan tampak sayu, meneduhkan.
"You're an asshole," Kubiarkan dia mengutarakan isi hatinya dulu. "but i love you."
Kemudian senyumku mengembang lalu kugendong Kyungsoo untuk membawanya ke kamar.
End.
Note; makasi sudah mau baca. Sejujurnya ini ga ada apa-apanya sih wqwqwq cuma sebuah cerita tanpa konflik. Duh.
Btw, panggil Tata ajahhhhhhhh...
