Disclaimer: Tite Kubo
Warning: OOC, typho yang lolos
Netto: 531 kata
.
.
Esai
(Uki the Great)
Sudah lewat dua jam dari makan malam, Ichigo duduk menghadap meja belajarnya. Kertas di depannya putih bersih belum dinodai oleh tinta hitam bolpoin. Jarum jam berdetak begitu berisik seolah sadar hanya suaranya yang merajai ruangan ini.
Di dekat kaki meja, kertas-kertas berisi coretan-coretan gagal berkumpul setelah menjadi bola-bola. Mereka adalah sebagian dari bola-bola kertas bukti kegagalannya yang salah mendarat, sebagian lagi sukses masuk ke keranjang sampah. Dari bawah terdengar suara televisi.
Ichigo menengadah, seolah meminta petunjuk dewa. Idenya buntu. Otak yang bersarang di kepala berambut oranye itu tidak juga merumuskan satu kalimat apapun. Selagi ia berpikir, bolpoin diputar-putar oleh jari-jarinya. Detak jarum jam makin menjadi mengoloknya. Ichigo mengerang frustasi.
Apa yang sedang dipikirkannya bukanlah tugas bahasa nasional, sastra, sejarah dunia ataupun bahasa inggris. Jauh pula dari matematika atau kimia. Bukan, bukan tugas. Apa yang seharusnya ia tuliskan adalah hukuman.
Ya, hukuman untuk dirinya yang kedapatan bolos pelajaran. Si Rambut Oranye dihukum menulis karangan lima ratus kata.
"Kau tidak kusuruh merapikan taman atau menyikat toilet lagi, Kurosaki-kun. Buat esai tentang alasanmu pergi ke sekolah, lima ratus kata. Dikumpul besok!"
Titah wakil wali kelas itu mutlak harus dilaksanakan, jika ia tidak mau sekolah mengirim surat kepada ayahnya. Sayang sekali, tulis-menulis bukanlah bakatnya. Lebih baik ia mengerjakan soal-soal matematika atau lari keliling lapangan tiga puluh kali dan disambung dengan lompat kodok dan push-up masing-masing seratus kali. Lima ratus kata dirasa seperti tujuh ratus ribu kata. Oh, Ichigo bisa gila!
Lama sekali ia berpikir. Suara televisi tak lagi terdengar. Kini bolpoin tidak lagi berputar-putar di antara jari-jarinya, namun bertengger di bawah hidung dengan ditahan oleh kekuatan bibir atasnya. Posisi duduknya rileks, tapi tidak dengan otaknya.
Semakin ia pikirkan, semakin sulit kata-kata yang terdengar indah untuk keluar dari kepalanya. Aneh sekali. Biasanya Ichigo tidak sulit untuk mengarang berbagai alasan untuk menyelinap keluar kelas. Ada apa dengan kepalanya?
"Cih!"
Akhirnya ia memutuskan untuk menyerah. Persetan dengan kata-kata indah, Ichigo tidak ambil pusing lagi. Tidak peduli jika kata-kata yang dipakainya kelewat sederhana, huruf kanji yang ditulisnya salah, atau kalimat antar paragrafnya tidak sesuai. Bolpoinnya kini menari kegirangan di atas permukaan kertas.
Sedikit demi sedikit, halaman kertas yang putih bersih itu ternoda oleh tinta berwarna hitam.
.
.
... Dan kalau boleh saya jujur, sebenarnya ada satu hal yang mengganggu konsentrasi saya saat belajar. Perempuan yang suka sekali memerintah dan tersenyum. Dia berambut hitam yang indah dengan bola mata yang saya tidak yakin apakah itu warna ungu atau biru. Dia lebih tua tapi terkadang dia bersikap seperti anak-anak di depan saya. Gantungan kuncinya kelinci putih aneh yang menyeringai. Seleranya sangat aneh. Tapi meski dia mengganggu konsentrasi saya, anehnya saya selalu ingin melihatnya. Ada yang kurang jika dalam satu hari saya tidak mendengar suaranya atau melihat wajahnya. Sayangnya meski wakil wali kelas saya, tapi kelas lain yang diajarnya. Dia salah satu alasan terkuat saya untuk datang ke sekolah. Sekarang saya harus bagaimana agar bisa dekat denganmu, Kuchiki-sensei?
.
.
"..."
Ichigo selesai membaca ulang esai buatannya, lalu malu sendiri dengan hasil karyanya. Dengan segera ia meremas kertas itu menjadi bola kertas dan melemparnya ke dalam keranjang sampah. Bola kertas itu pun sukses mencapai sasarannya.
Ia mengeluarkan selembar kertas kosong dan meletakkannya di hadapannya. Ditariknya napas dalam-dalam lalu dihembuskan. Ichigo menengadah pasrah, sementara malam beranjak semakin larut.
Selesai.
Pojokan author: seinget uki, rukia pernah manggil ichigo dengan 'kurosaki-kun' waktu pertama kali nongol jadi murid baru di sekolah ichigo. Kalo manggil 'ichigo' seperti biasa kayaknya kurang tepat soalnya di drabble ini rukia itu seorang guru. Ga ada cerita sambungannya (mungkin), ini fanfic yang diharapkan jadi pembuka bagi kumpulan drabble rukia-centric. Tolong jangan mengharap kelak cuma ada ichiruki aja di kumpulan drabble ini. Dan tolong doakan juga semoga author2 lain yang udah uki bujuk2 buat ikutan ngisi drabble ini bersedia buat ikutan ya! See ya!
