My dear little sister I.

.

.

.

Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto.

Genre : Family ,Hurt/Comfort ,Romance.

Rate : T.

Pair : Naruto x ...

Warning : typo,mainstream,ooc,newbie,dll.

.

.

.

.

.

.

.

Summary:

Sebuah kebahagiaan memiliki seoarang adik perempuan yang sangat menyayangimu, dan sebuah kebahagian memiliki kakak laki-laki yang selalu melindungimu. Semoga kalimat itu terus berada dihati kita.

Akankah seorang mampu menghancurkan ikatan mulia dari mereka yang terlahir dari asal yang sama.

.

.

.

xXx

.

Suara jam berdenting keras.

Menggema dilorong rumah sakit bercat putih itu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 malam.

Lorong rumah sakit sudah nampak sangat sepi. Hanya ada seorang kakek bersurai hitam panjang yang tengah berdiri dengan wajah cemasnya. Serta nenek bercepol dua berwarna merah yang mendekap anak kecil bersurai pirang yang tampak masih mengantuk.

"Nenek, apa masih lama". Tanya anak itu sambil menggeliat manja didekapan sang nenek. Matanya mengerjap-ngerjap tak nyaman karena lampu lorong yang begitu terang.

Wanita tua itu mengelus surai pirang cucunya. "Tidak... kalau kamu ngantuk tidur saja dipangkuan nenek ya". Ujar wanita tua itu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

"Hanghhkk...". Mulutnya terbuka lebar mengeluarkan uap air dari mulutnya.. Membuat siapa saja pasti gemas menatap wajah imutnya.

"Tuan dan nyonya persalinannya berjalan lancar, sekarang anda bisa menemui nyonya Kushina". Seru perawat yang baru saja keluar dari ruang persalinan".

"Syukurlah". Ucap kakek dan Nenek itu bersamaan. Terpancar raut bahagia dari wajah tua tanpa keriput mereka, ketika mendengar kabar persalinan cucu kedua mereka berjalan dengan lancar.

"Naruto... bangunlah sayang, dedek bayinya sudah lahir". Ujar si nenek berusaha membangunkan bocah di pelukannya.

Nenek itu berdiri lalu membangunkan cucunya agar cepat ikut berdiri. "Enghh..." Naruto mengerang karena dibangunkan secara paksa oleh neneknya.

Tak ambil pusing anak kecil pasti marah diganggu saat tidur. Nenek Naruto langsung menggandeng tangan mungil Naruto. Lalu melangkah mengikuti langkah suaminya masuk ke dalam ruang persalinan.

Sementara diruang persalinan Minato yang sangat bahagia tengah memegang erat telapak tangan Kushina yang masih terengah-engah sehabis persalinan.

Kriiet...

Pintu terbuka menampakkan kakek tua yang tersenyum lebar yang langsung memeluk tubuh Minato.

Semua orang bersuka cita tanpa tahu takdir apa yang ditentukan tuhan untuk mereka.

.

...

.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya yang dinantikan pun sampai. Seorang suster berjalan memasuki ruangan dengan gedongan bayi didekapannya.

Suster itu berjalan mendekati Kushina yang masih terbaring lelah diranjang rumah sakit. Dibaringkan bayi merah itu disebelahnya agar cepat-cepat mendapat kehangatan tubuh seorang ibu.

Suster itu berbalik. "Maaf tuan Senju dan tuan Namikaze, dokter memanggil kalian berdua". Ujar suster itu dengan hormat. Dan langsung meninggalkan ruangan itu.

Setelahnya Hashirama dan Minato pun juga ikut keluar untuk memenuhi panggilan sang dokter.

Minato berjalan dibelakang melihat punggung mertuanya yang berjalan didepannya terlebih dulu.

Kriett...

Suara derit pintu yang dibuka oleh Hashirama. Sontak saja seseorang didalam ruangan itu terkesiap dan berdiri.

"Ohh.. ternyata kalian, silahkan duduk". Ujarnya mempersilahkan Hashirama dan Minato untuk duduk.

Hashirama dan Minato duduk berhadapan dengan sang dokter. Masing-masing dari mereka hanya diam sampai sang dokter membuka pembicaraan.

"Ehmm.. maaf, apakah saat mengandung, istri anda pernah terjatuh hingga menyebabkan perutnya terbentur ?". Tanya dokter sambil menyangga dagunya.

Minato tampak berpikir, mencoba mengingat kembali masa-masa kehamilan istrinya. Dan entah karena senang atau memang ia sudah lupa atau bahkan tidak pernah terjadi, ia tidak mengingat satupun memori yang menjelaskan tentang Kushina yang terjatuh atau terpeleset. Tapi yang ada hanya moment-moment bahagianya bersama istrinya yang mwngandung serta putra pertama mereka.

"Saya rasa tidak ada tragedi seperti itu selama kehamilan istri saya. apakah ada masalah dok ?". Tanya Minato dengan muka harap-harap cemas

"Sebenarnya ada sedikit masalah. Sejak putri anda lahir tadi, kaki kirinya belum terlihat bergerak sama sekali". Terang dokter pada Minato.

"Apakah itu artinya cucuku tidak normal ?". Hashirama yang sedari tadi hanya pasif dan menyimak pun juga ikut bertanya dengan muka gaharnya. Kala mengetahui arah pembicaraan sang dokter.

"Bukan begitu ini hanya asumsi saya pribadi. Untuk kedepan mungkin dapat terlihat perkembangannya". Ujar dokter itu karna takut pada Hashirama. Bukan apa-apa, masalahnya ia sekarang berhadapan dengan ayah mertua serta pemilik Namikaze corporation itu sendiri. Yang mana diketahui perusahaan milik keluarga Namikaze ini telah memiliki cabang-cabang besar di setiap benua. Kecuali antartika.

"Terima kasih". Minato berdiri, dengan langkah berwibawanya ia keluar dari ruangan itu.

Sementara itu diruangan dimana Kushina tengah dirawat sekarang, nampak Naruto yang mengecupi pipi adik perempuannya yang baru lahir.

Wajah yang tadinya mengantuk sudah berubah berseri-seri menatap wajah adiknya yang lucu.

"Sayang, adik bayinya sedang tidur. Nanti bangun loh kamu cium terus". Tangan Kushina mengelus rambut pirang putra pertamanya.

Naruto tidak memperdulikan peringatan ibunya dan tetap menciumi wajah adiknya.

Hingga suara isakan membuatnya panik.

Naruto berusaha menghiburnya dengan menjelek-jelekkan wajahnya. Tapi bukannya membuat bayi itu berhenti menangis. Kelakuan Naruto malah membuat Kushina dan Mito tertawa terbahak-bahak.

"Siapa yang membuat adik bayi menangis". Suara tiba-tiba muncul dari belakang Naruto.

Naruto terkesiap, ditengoknya ke arah suara tadi.

"Hahh..". Naruto langsung berlari mengitari ranjang, bersembunyi dibelakang punggung ibunya yang sedang berbaring.

"Bukan aku yang melakukannya. Nenek yang melakukannya". Ucap Naruto berusaha memperdayai ayahnya.

"Hahh... nenek..". Ucap Mito tak terima. Mito pun berdiri dan langsung mengejar Naruto yang telah berani menuduhnya.

"Hhaya... nenek tidak bisa menangkapku". Ujar Naruto membanggakan diri.

"Kena kamu. Anak nakal". Mito menggelitiki cucu pirang nakalnya hingga membuat semua orang tertawa.

"Ampun nenek, geli... aaaa".

.

.

.

.

xXx

.

Beberapa bulan semenjak tragedi persalinan Kushina. Suasana di mansion Namikaze berjalan seperti biasa. Minato pergi ke kantor, Naruto yang berangkat sekolah, dan Kushina yang mendapat urusan baru.

Kalau biasanya Kushina hanya mengurus Minato dan Naruto, sekarang Kushina juga harus mengurusi Sara. Malaikat merah kecilnya.

.

...

.

Suara senda gurau menggelegar dari ruang makan kepemilikan keluarga Namikaze.

Mengharuskan para maid dan pekerja di mansion itu untuk maklum pada sifat majikan mereka yang humoris. Namun begitu sifat majikan yang humoris membuat mereka betah bekerja di sana.

Seusai acara makan malam Minato ingin segera menidurkan tubuhnya yang lelah. "Tunggu dulu. Kita harus bermain dulu ayah. Aku tidak terima kekalahanku kemarin". Teriak Naruto sambil merentangkan tangannya, bermaksud untuk mencegat ayahnya.

"Main ya, baiklah". Ujar Minato memenuhi tantangan Naruto. Meskipun ia sangat lelah karena pekerjaannya dikantor, ia harus tetap memenuhi tanggung jawabnya sebagai ayah yang baik.

"Baiklah ayo". Ucap Naruto langsung menarik lengan ayahnya. Tapi belum sempat mereka keluar dari ruang makan suara Kushina menginterupsi mereka.

"Ayah sedang lelah Naru, biarkan ayah istirahat ya". Nasehat Kushina sambil terus merapikan piring.

"Tidak apa-apa sayang, aku hanya main sebentar". Jawab Minato.

.

.

.

Tiga jam telah berlalu dengan joystick di masing - masing tangan Naruto dan Minato. Dapat terlihat jelas warna hitam dibawah mata Minato. Hampir seperti panda yang imut.

"Yosh... gol lagi 3-0, aku mengalahkan ayah lagi dalam tujuh belas pertandingan". Sorak sorai Naruto di tengah malam.

"Hah... sudah larut. Ayo cepat tidur Naru, nanti ibu bisa marah". Ujar Minato setengah sadar.

"Baiklah ayah. Kita akan main satu pertandingan lagi, setelah itu aku akan tidur". Ujar Naruto dengan semangat yang masih sangat membara.

"Dari tadi bilang sekali". Lirih Minato.

"Aku akan memulai pertandingannya. Ayah ingin pakai klub mana ?". Ujar Naruto.

"Terserah". Ujar Minato lesu lagi. Putranya benar-benar bersemangat. Ia berharap semoga istrinya sudah tertidur.

"Sudah. AYO KITA MULAI". Teriak Naruto sambil berdiri saking senangnya.

.

.

Sementara itu di lantai atas, Kushina melangkah hendak turun untuk menjemput suaminya. Karena Kushina tahu jika ia tidak turun tangan, putra pirangnya yang kelewat cerdik itu bisa menghasut Minato agar tidak tidur hingga pagi.

Baru akan menuruni tangga. Teriakan Naruto tiba-tiba saja menggelegar di setiap sudut ruangan. Yang sudah pasti menyebabkan Kushina terlonjak kaget.

'Astaga... kenapa anak itu teriak malam-malam begini". Batinnya.

Kushina sebenarnya agak heran mengapa putranya bisa sangat bersemangat seperti itu, padahal sudah hampir pukul sebelas malam. Seharusnya anak seusianya akan tidur pulas meskipun diletakkan di atas ubin yang dingin sekalipun.

Tok... tok... tok...

Suara sandal kayu Kushina yang berbenturan dengan ubin. Yang sontak membuat Naruto gelagapan, dan langsung membanting joysticknya untuk segera lari bersembunyi.

"Gawat ibu bangun". Lirih Naruto dalam persembunyiannya. Dengan langkah kecilnya Naruto mengendap-endap dan langsung masuk ke kamarnya.

Sama sekali tidak memperdulikan ayahnya yang mungkin kena marah oleh ibunya yang sangat kelewat galaknya.

Tapi bukan itu. Naruto memang sengaja menjadikan ayahnya sebagai pelampiasan kemarahan ibunya. Sungguh sangat licik tapi sangat cerdas.

.

.

.

xXx

Malam sudah sangat larut atau bisa dibilang akan menjelang pagi. Beberapa orang berpakaian serba hitam keluar dari mobil vann itu.

Mereka membuat lingkaran dan mulai mengulang rencana yang sudah mereka persiapan.

"Kalian semua dengar. Rencana ini tidak boleh gagal jika tuan dan nyonya Namikaze itu telah kita ikat, kita akan mengancam dan membawa kedua anak itu di depa mereka. Hingga mereka tidak akan bisa hidup didunia. Setelah itu kita akan menjadi kaya raya dalam sekejap... mengerti". Ucap seseorang nampaknya pemimpin orang-orang berpakaian hitam itu.

"Mengerti". Sahut mereka bebarengan.

.

.

.

Satu persatu dari mereka mulai memasuki rumah besar itu dengan mudahnya. Tentu saja setelah menghabisi kepala keamanan mansion megah itu.

Dua orang mulai menyelinap ke kamar tuan pemilik rumah. Dan mulai melancarkan aksinya yaitu mengikat Minato dan Kushina.

Minato dan Kushina yang nampak sangat kelelahan jelas saja tak menyadari sesuatu mengganggu tidur mereka.

Sementara salah seorang menyelinap ke kamar Naruto. "Maaf kawan kecil, aku harus melakukan ini". Lirihnya dengan seringai jahat.

Dan perlahan mulai membopong tubuh kecil itu menuju rencana tahap ketiga.

Naruto terkejut siapa orang yang membopongnya sekarang. Dari baunya jelas bahwa ini bukan ayahnya. Tapi orang ini menuju kekamar ayahnya.

Sementara dikamar ayahnya Sara telah digendong oleh salah satu perampok.

Sesampai dikamar ayahnya. Orang itu melapor pada seseorang.

"Bagus letakkan dia di lantai". Perintah orang itu.

Dengan seketika seseorang yang Naruto ketahui bukan ayahnya tadi langsung mrnjatuhkannya hingga kepala Naruto terbentur oleh ubin.

"AKhh..". Teriak bocah pirang itu yang langsung menyebabkan tuan dan nyonya Namikaze itu langsung terbangun dari tidurnya dalam keadaan terikat.

Pemimpin dari perampok itu mengangkat baju Naruto membuatnya ikut terangkat.

"Bagus... mengadulah pada ayah dan ibumu". Ujar perampok itu.

"Kalian siapa, ayah ibu tolong Naru". Teriak Naruto. Yang tak mampu untuk menahan isakannya, mukanya berlumur darah dari dahinya.

Kushina tersentak mendengar teriakan putra tersayangnya. Dan alangkah kagetnya dia saat melihat darah segar mengalir dari dahi putranya dan turun menetes ke ubin dengan derasnya.

Bola matanya melotot dan berair seakan tak percaya putranya yang selalu ceria kini menangis ketakutan dengan darah melumuri wajahnya.

Lidahnya tak mampu berkata-kata atas apa yang dilihatnya sekarang, sungguh pemandangan yang menyakitkan melihat putranya yang menangis ketakutan seperti itu.

Siapa mereka berani sekali membuang darah berharga milik clan Namikaze.

"Siapa kalian. Beraninya kalian menyakiti putraku ?". Suara Minato terdengar tenang, meskipun dalam hatinya ingin sekali memotong tangan kotor yang berani menyentuh putranya.

"Hiks..hikss.. Ibu". Isak Naruto sambil mengusap matanya yang terkena darah.

Kembali Kushina tersentak akan suara kecil putranya. "NARUTO..". Ujar Kushina yang baru tersadar akan kekagetannya.

"Lepaskan.. lepaskan.. LEPASKAN PUTRAKU". Teriaknya menerjang para perampok itu. Tapi sayang ia sekarang terikat. Sehingga membuatnya jatuh tersungkur dibawah ranjang.

"Kushina"

"Kumohon... lepaskan putraku". Mohon Kushina yang telah berlinangan air mata.

"Maaf nyonya Namikaze, kami tidak bisa melakukannya". Ujar perampok tadi.

"Tapi kami senang saat melihat anda menderita". Setelah mengatakannya sang perampok tertawa terbahak-bahak melihat ketidak berdayaan orang paling berpengaruh didunia.

Sriing... suara pisau tangan.

Menarik seluruh perhatian di ruangan kamar luas itu. Sang perampok menempatkannya tepat di depan perut Naruto.

Naruto semakin genjar menangi ketakutan melihat pisau mengkilap itu siap menusuk perutnya.

"Kumohon.. jangan lakukan itu, kumohon dia masih kecil". Ujar Kushina makin syok. Sementara Minato tetap diam tak mampu berkata apapun.

"Baiklah". Pisau itu menjauh, sekejap memberi perasaan tenang untuk Kushina dan Minato.

.

.

"Haghah.. saki it". Rintihan kecil Naruto bagai sebuah pisau yang sama menusuk hati Kushina dan Minato.

Mata violet itu kembali menatap darah yang bahkan lebih banyak. Yang membuatnya syok dan pingsan seketika.

"Astaga kau kuat sekali bocah. Hanya ahh saja, sangat kuat". Puji perampok itu pada Naruto.

"Ayo semua, kita pergi. Dan kau tuan Namikaze jangan lapor polisi". Ujar perampok itu lalu keluar dari ruangan.

.

.

xXx

.

Dengan langkah kecilnya, Naruto terus berlari bersama Sara di gendongannya berharap mendapat tempat sembunyi agar bebas dari perampok yang menculiknya semalam.

Naruto sangat bersyukur pada tuhan. Atas kekuatan yang dipinjammkannya, sehingga ia mampu menggendong Sara meski perutnya terluka.

Naruto menatap sekelilingnya. Kotak kotak kotak. Banyak sekali kotak disini mungkin tempat itu cocok untuk bersembunyi.

Naruto lekas berlari menuju ke kotak berwarna merah yang berisikan banyak buah, yang kebetulan belum tertutup. Di luar kotak itu tertulis.

TO JAPAN

.

.

.

.

.

.

.

.-TBC-.

.

Saya publish fic ini atas paksaan temen saya. Sebenarnya saya ingin legendary sword tamat dulu baru saya publish fic. Tapi ya sudah teman saya gx masalah.

.

Jadi gimana lanjut apa nggak. Voting dilakukan dari sekarang haha...XD

.

.

Dan mohon dikoreksi ya. Tentu saja dengan...

REVIEWS

.

.

V