Aku memperhatikannya yang sedang menatap langit dengan mulut terkatup rapat, entah dia memikirkan apa saat melihat langit yang indah hari ini.

Dan aku tersentak saat netra kami bertemu, dia tersenyum sambil melambaikan tangan bermaksud menyapaku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban yang sebenarnya kebingungan untuk mengambil respon.

Dia mengalihkan perhatiannya pada teman di sebelahnya.

Apa ini jawaban dari penantian panjangku? Apa aku hanya akan terus menjadi teman untuknya? Dia terlalu ramah pada banyak orang, dan terlalu sulit dijangkau untuk dimiliki.

Dan hanya di acara pertemuan ini aku bertemu dengannya. Acara dimana kami menginap selama beberapa hari dan mereka yang ikut acara ini adalah anggota eskul fotografi dari SMP hingga mereka yang pernah mengikuti.

Aku tersenyum masam dan menunduk lalu mengernyitkan dahi ketika sepasang sepatu berhenti tepat di hadapanku. Keadaan yang silau membuatku kebingungan mengenalinya.

"Hai." Aku tertegun. Itu suaranya.

"Eum..hai. Kenapa?" Dia terdiam namun duduk disebelahku.

"Hanya ingin kemari. Langit lebih indah dari sini." Aku hanya diam karena bingung akan merespon apa.

"Menikmati keindahan dunia eh?" Dia terkekeh.

"Untuk apa diciptakan keindahan kalau tidak dinikmati, aku benar?" Aku memutar bola mataku.

"Teman-teman dari tempat asalmu tampak asyik disana, kamu tidak ikut?"

"Aku sering pergi menyendiri, entah kenapa. Tapi itu menyenangkan."

Aku hanya mengangguk karena apapun kalimat yang ia katakan, sukses membuatku kehabisan kata-kata. Dia yang terlalu puitis, atau aku yang bodoh karena tidak bisa mengobrol panjang dengannya.

"Dimana temanmu?" Tanya dirinya setelah lama keadaan hening.

"Ada di kamar, aku meninggalkan mereka. Mereka sibuk mengambil gambar diri, aku tak nyaman dengan keadaan itu."

"Kamu tidak suka berfoto?" Dia bertanya dengan nada yang begitu terkejut.

"Aku sedikit menyukainya, walaupun aku lebih membenci itu. Karena aku tidak bisa secantik mereka saat foto," ucapku sambil ikut memandang langit.

"Bagaimana kalau foto denganku?" Aku menoleh padanya tercengang.

"Kamu sakit, ya?" Dia tertawa keras.

"Memangnya ada yang salah dengan itu?"

"Ambil ponselmu, ayo kita berfoto sebagai teman atau kamu ingin seperti pasangan kekasih?" Sial, dia menggodaku.

"Kamu ini. Baiklah, tapi jangan salahkan aku kalau fotonya jelek karena aku."

"Tidak akan," katanya menyemangatiku.

"Biar aku saja yang pegang, kamu ajari saja bagaimana. Aku melihatmu memutar ponsel berkali-kali dan aku pikir itu sulit." Aku terhenyak karena dia memperhatikan hal itu.

"Aku akan mengaturnya. Nanti kamu tinggal tekan saja," jawabku lalu berkutat pada ponselku.

"1..2..3.."

"Hmm nice, lihat kamu tidak begitu buruk. Hanya saja kamu tidak ikhlas," komentarnya.

"Aku memang begitu. Sudahlah, hentikan. Aku tidak mau melakukan ini lagi," ucapku dengan kesal.

"Hey, ayolah kita coba lagi. Aku ingin ada fotoku di instagram milikmu."

"Untuk apa sih?" Dia diam saja namun tangannya mulai merangkul bahuku.

"Begini sepertinya bagus. Ayo senyum!" Aku mencoba tersenyum sebisaku.

"Wah, bagus. Share ke instagram ya, biar orang tahu aku kenal kamu."

"Apa sih? Nggak jelas banget deh," ucapku dengan sinis.

"Udah lah share aja, gampang kan?" Aku memutar bola mataku malas namun aku menurutinya.

"Nih udah, liat kan?" Dia tersenyum lalu mengacungkan jempolnya.

"Terima kasih. Aku pergi dulu."

Momen singkat ini kelihatan menyebalkan, namun itu membahagiakan karena aku bisa berdekatan dengannya tanpa ada gangguan. Dan dia terlihat sangat ramah, kepada semua orang tentu saja. Sifat yang dimiliki seseorang bernama Kwon Soonyoung.

*

Hai ini ff soonhoon pertamaku, bisa dibilang karakter Jihoon disini OOC. Ini bukan kisah real tapi sifat Soonyoung disini kubuat seperti seseorang yang sudah dimiliki orang lain *ups

Oke sekian dan terima kasih.