WARNING! BL! YAOI! DON'T LIKE DON'T READ!
MAIN PAIRING: G27, SIDE PAIRING: G2759
.
.
ALWAYS LOVING YOU
1st CHOICE
BY: MIHARU MIDORIKAWA
.
.
Di sebuah kota bernama Namimori, ada dua orang kakak beradik yang sangat terkenal di kota itu. Yang tua, bernama Sawada 'Ieyasu' Giotto. Dengan rambut pirang berkilau dan mata biru lautnya, dia dengan mudah merenggut hati para cewek yang ia temui. Pintar, ahli dalam olahraga dan tampangnya yang tampan- dia benar-benar idola para cewek di Namimori.
Adiknya, Sawada Tsunayoshi/Tsuna. Adalah orang yang payah, berbeda sekali dengan kakaknya yang serba bisa. Tapi. Tampangnya yang sangat imut- tubuh ramping, bola mata cokelat karamel besar yang penuh oleh kehangatan, rambut cokelat halus, dan sifatnya yang terkadang pemalu itu- Tsuna sering di anggap bahwa dia itu seorang cewek.
Kedua kakak beradik yang sangat bertolak belakang.
Dan inilah hari-hari yang mereka jalani...
"Ittekimasu!" Sahut Tsuna kepada penghuni rumah kediaman keluarga Sawada. "Itterashai, Tsu-kun!" Balas ibunya yang sedang memasak di dapur. Sebelum Tsuna keluar rumah, dia melirik untuk terakhir kalinya ke arah tangga ke lantai dua rumahnya itu.
'Apa dia masih tidur ya...?'
Mengurungkan niatnya untuk naik ke lantai atas untuk melihat keadaan, Tsuna pun membuka pintu depan dengan perlahan. Baru saja Tsuna melangkah keluar dari rumahnya, sebuah tangan yang besar dan hangat mengelus-ngelus kepalanya.
Refleks. Tsuna berbalik badan.
"Gio-nii!"
Katanya kepada sosok kakaknya yang tiba-tiba muncul entah dari mana (?). "Pagi, Tsuna." Sapa Giotto yang baru saja datang dengan senyuma khas-nya.
"P-pagi, Gio-nii." Pipi Tsuna sekarang sudah merona- diakibatkan oleh senyuman ala pangerannya Giotto. Sapaan Tsuna dijawab dengan senyuman dari Giotto dan usapan keras –mengacak-ngacak rambut adiknya yang imut itu.
"Mou~ Gio-nii! Hentikan itu!"
Giotto hanya tertawa kecil melihat reaksi Tsuna itu. Pagi yang indah bagi mereka,
"Juudaime!"
Giotto langsung memicingkan matanya dengan kesal karena mendengar suara yang memanggil adik tersayangnya, "Gokudera-kun!" Tsuna lalu berlari ke arah gerbang untuk menemui temannya yang sedang menunggu di sana- meninggalkan Giotto dengan aura hitam di belakangnya.
"Pagi Juudaime!" Sapa si-silverette kepada Tsuna dengan semangat, Tsuna membalas hanya dengan senyuman – alhasil, muka temannya itu pun memerah seketika.
"Tch." Giotto men-death glare cowok yang ada di sebelah Tsuna dengan tajam, Gokudera yang menyadari akan sikap Giotto terhadapnya hanya bisa tersenyum kecil dan mendekati Tsuna, "Ayo pergi sekarang, kalau tidak kita bisa telat." Ucap Gokudera sambil menempatkan tangannya di bahu Tsuna.
Tsuna mengangguk atas perkataan Gokudera, "Un, ayo pergi sekarang."
Mood Giotto pun semakin memburuk.
Gokudera lalu memberi dorongan sedikit kepada Tsuna, men-sinyalkan Tsuna untuk segera berjalan, "A-ah... Gi-Gio-nii, aku pergi dulu!" Itulah kata-kata terakhir yang dia ucapkan sebelum akhirnya pergi ke sekolah bersama Gokudera.
"Berani-berani nya dia menyentuh Tsuna..."
...Always Loving You...
"Begitu ya..."
"Hm? Giotto? Kok kamu lesu sih?" Tanya Asari Ugetsu- teman se-kampus nya Giotto, "Biasanya kamu selalu ceria." Lanjut si rambut pink- G.
"Ah, itu... aku lagi mikirin sesuatu."
"Sesuatu? Mikirin pacar?"
Semua orang yang sedang duduk melingkari meja di sebuah kafe itu langsung melirik ke arah orang yang baru saja mengatakan itu dengan pandangan kaget. "Oh ayolah, kau tahu aku sekarang sedang tidak tertarik pada perempuan manapun." Jawab Giotto dengan nada datar kepada Lampo yang bertanya.
"Benarkah? Saat aku berkunjung ke rumahmu, aku menyadari kamu selalu memerhatikan seseorang."
Giotto memicingkan matanya kepada G, 'Ternyata dia sadar ya...'
"G. Aku memang tidak bisa menyembunyikannya darimu ya?"
"Hm, jangan remehkan aku yang sudah mengenalmu selama 10 tahun lebih ini."
Sedangkan Lampo dan Ugetsu hanya bisa terheran dan penasaran dengan seseorang yang dimaksud oleh G tadi. Mereka penasaran siapa orang yang berhasil meraih perthatian sang pangeran blonde itu, setahu mereka- Giotto itu tidak pernah sekalipun menunjukkan rasa ketertarikan kepada seorang wanita pun.
"Wah?! Siapa tuh?!" Kata Lampo sambil menggebrak meja.
"Aku sangat tertarik kepada seseorang itu. Boleh aku menemuinya?" Tanya Ugetsu dengan senyuman.
'Kalian berdua sudah kenal dengan dia...' Pikir Giotto.
"Kalau kalian ke rumahnya dan memperhatikan dengan baik, pasti kalian tau siapa orang itu." Kata G kepada kedua temannya itu, "Hah?"
Giotto menghela nafas panjang atas ke-tidak pekaan mereka berdua, menyingkirkan pembicaraan antara G, Lampo dan Ugetsu dari pikirannya- sekarang dia menatap ke arah luar jendela dan melihat orang-orang berlalu lalang di jalan sekitar kafe yang dia tempati sekarang.
Tiba-tiba Giotto melihat pemandangan yang ia sangat tidak suka, Gokudera dan Tsuna yang sedang berbincang-bincang dengan akrab sambil memakan es krim cone. 'Ini 'kan sudah jam pulang sekolah, kenapa dia malah jalan-jalan sama si bocah silver itu?'
Mereka duduk di sebuah bangku yang tepat berada di bawah naungan sebuah pohon yang besar, mereka berdua terlihat sangat menikmati es krim dan waktu yang mereka jalani bersama. Tiba-tiba Tsuna memakan sedikit es krim cokelat punya Gokudera dari tangannya, muka Gokudera sekarang sudah sangat merah.
Giotto sangat tidak menyukai apa yang dia lihat saat ini.
"Giotto?" Panggil G. Ke-tiga temannya sekarang menatap sosok Giotto dengan heran. Giotto menatap tajam keluar jendela, aura di sekitarnya menjadi menyesakkan dan kelam, ditambah lagi sesekali Giotto menyumpah yang di tujukan kepada-kamu-tahu-siapa.
'Menjauhlah darinya...'
...Always Loving You...
"Tadaima." Ucap si brunet yang baru saja pulang ke-rumahnya, dia lalu membuka sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu dengan rapi. Melihat tak ada seorang pun di rumah, Tsuna berjalan menelusuri tangga untuk pergi ke kamarnya.
"Tsuna."
Suara itu menghentikan Tsuna dari langakahnya, dia lalu membalikkan badan dengan perlahan untuk menatap oranh yang baru saja memanggilnya, "Gio-nii?"
Mata biru laut indah Giotto menatap tajam kepada sosok adiknya yang berada di tangga itu dengan intensif, memerhatikan seluruh gerak-gerik adiknya dengan tajam.
"Kenapa baru pulang jam segini? Kemana saja kamu?"
Yah, sebenarnya Giotto tahu benar jawabannya untuk itu. Tapi, rasanya kata-kata itu refleks keluar dari mulutnya. Entah apa yang mendorong nya untuk mengatakan itu.
"E-etto... aku tadi jalan-jalan dulu sama Gokudera..." Jawab Tsuna gugup. Tsuna merasa agak tidak enak diperhatikan oleh Giotto seperti itu.
"Hanya itu saja?"
"I-iya."
"Dia tidak menyentuhmu di bagian yang aneh-aneh 'kan?"
"Te-tentu saja tidak. Me-memangnya kenapa?"
Giotto mulai menaiki anak tangga satu persatu, mata tajamnya tidak sesekali mengalihkan pandangannya dari Tsuna. Sekarang Tsuna mulai gugup oleh sikap kakaknya itu, "G-Gio-nii?" Dan sekarang Giotto sudah berada tepat di depan Tsuna. Mata biru laut menatap dalam ke mata cokelat karamel itu.
"Tsuna, lebih baik kamu jangan dekat-dekat dengan Gokudera."
"Eh?"
"Aku tidak suka kalau kamu dekat-dekat dengan dia."
Tangan Tsuna sekarang sedikit gemetaran sambil mendekap tas sekolahnya dekat di dadanya dengan erat. "Ke-kenapa...?" Ucap Tsuna dengan suara kecil sambil menatap ke bawah.
"Tsuna?"
"Kenapa kakak selalu begitu? Kalau ada seseorang yang dekat denganku pasti aku langsung di suruh menjauhinya. Aku juga punya kebebasan untuk berteman!"
Giotto tersentak atas perkataan adiknya kepadanya, selama ini belum pernah berteriak seperti itu sebelumnya. Tak lama kemudian Tsuna membalikkan badannya dengan cepat dan berlari ke atas tangga, dia ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya.
"Tsuna!" Giotto mengejar Tsuna dengan cepat, sebelum Tsuna memasuki kamarnya- dengan sigap tangan Giotto menggenggam tangan Tsuna dengan erat. "Lepas!"
"Tsuna... tatap aku."
Tak ada respon darinya.
"Tsuna..." Paggil Giotto lagi. Tak peduli harus beratus-ratus kali dia memanggil nama yang indah itu, perlahan... Tsuna menatap Giotto dengan mata yang berusaha menahan air mata yang akan tumpah kapan pun itu. Giotto sangat merasa bersalah sudah membuat adiknya menangis.
"Tsuna... aku ingin kamu menjauhi dia...," Tsuna sudah tak tahan lagi untuk menahan air matanya, dan air mata pun membasahi pipinya itu.
"Kumohon..."
Mata Tsuna membelalak terkejut melihat sosok Giotto yang begitu... rapuh. Mata yang tadinya tajam memandangnya, sekarang telah berubah menjadi mata yang lemah lembut, warna biru yang begitu memelas dengan muka yang penuh dengan penyesalan.
Tsuna lalu melepas paksa genggaman Giotto dan masuk ke kamarnya dengan hantaman pintu yang cukup keras. Sedangkan Giotto terpaku diam di depan pintu kamar adiknya, masih berpikir apa yang membuatnya melakukan itu.
"Tsuna..."
To Be Next Choice
A/N: Etto, gomen kalau ada typo dan sejenisnya (?)
Beta reader ku lagi susah dihubungi.
Sorede, ini fic nyoba-nyoba (?), terus ini pertama kalinya aku bikin pairing G27, jadi sori kalo aneh :(
Aku gak yakin untuk ngelanjutin fic ini, berhubung banyak fic yang on going (=_=;)
Jadi aku minta review, follow, dan fave nya, ya minna-san ~
Arigatou!
