Kalian mengkhianati kami

Kalian menelantarkan kami

Kalian sudah tak bertoleransi terhadap kami lagi

Kalian harus mati

Kami bunuh satu per satu

'AAAAAA!'

Lalu kami kuburkan kalian

Hm…

Atau kami kuburkan hidup-hidup

'TIDAAAK!'

Jika kalian merengek :

'Maafkan aku!'

'Aku tak akan mengkhianati kalian lagi'

Atau

'Ja-jangan bunuh aku.'

Kami takkan memperdulikannya

Satu lagi,

Mencincang kalian bagaikan binatang


~ Mystery of The House ~

Arc 0 : The House (Original Story) - Chapter 1 : Buku Yang Berjudul The House dan Kiriman Surat Dari Seorang Teman

Disclaimer : Hetalia diciptakan oleh Hidekaz Himaruya

Warning : Human!AU, Beberapa Karakter Nyotalia Muncul, Gore, Non-Hentai, Non-Yaoi/Yuri tetapi ada beberapa hints seperti Si A berbicara tentang shonen-ai kepada Si B, Cannibalism, dan Miss Typo (Seperti EYD dan diksi). Di bagian suratnya mengandung KDRT, incest, selfcest, dan biseks

Human Names : Bisa dilihat di profil saya.


+ 16 December 2011 At 11.30 A.M. In London, England +

Somchai menyelesaikan membaca buku yang berjudul The House di ruang perpustakaan sekolahnya, Hetalia Academy. Ia berpikir bahwa salah satu puisi di buku itu sangat mengerikan dan melihat nama pengarangnya yang bernama Erika Vogel. Ia berpikir lagi bahwa pengarangnya sangat hebat sekali dalam membuat puisi seperti itu, lalu meninggalkan ruang perpustakaan. Di tengah perjalanannya menuju kelas XI-A yang merupakan kelasnya, atau lebih tepatnya ia berada di koridor sekolah, ia dipanggil oleh seseorang. "SOMCHAI!"

Somchai menoleh ke arah seseorang yang orang yang memanggilnya adalah Lien dan menyapanya, "Lien. Ada apa, ana?"

Gadis itu terlihat kecapekan sambil berkata, "Te-temanmu…"

"Memangnya siapa, ana?"

"Te-temanmu, Kiku, ditemukan meninggal di kelas kita dalam keadaan termutilasi. Pokoknya kita lihat."

"B-baik…" Jawab Somchai sedih.

Mereka menuju ke kelas mereka. Sesampainya di sana, banyak sekali murid-murid mengerumuni sesuatu, yang tampaknya adalah mayat. Mereka segera melihat 'sesuatu' yang ternyata adalah jenazah Kiku dalam kondisi termutilasi, tepatnya dipotong menjadi 24 bagian. Mulai dari kepalanya, 4 potong kedua lengannya, 4 potong tubuhnya, dan 4 potong kedua kakinya. "Ki-Kiku… Hiks…" Somchai mulai menumpahkan air matanya, "Kenapa kau cepat sekali meninggal? KENAPA?! KENAPA?!"

Murid-murid yang lainnya pun keheranan melihat tingkah laku Somchai, termasuk Lien. Mereka semua lalu menatap Thai dengan tajam dan berkata, "Dagingmu enak sekali." Lien mencekik Somchai dengan sangat kuat dengan berkata, "Aku ingin memakanmu agar kami bisa hidup lebih lama lagi. Teman-teman, tolong cabik-cabik dia."

"Baik, Nona."

"Li-Lien. Hentikan. Ti-TIDAAAK!"

Mereka semua mencabik-cabik daging Somchai secara perlahan-lahan. Masing-masing mereka mendapatkan organ tubuh pria itu. Mulai dari otaknya yang terbelah, kedua bola matanya, paru-paru, jantung, hati, ginjal, usus, darah, dan potongan daging, memakan otaknya yang lembek itu. Juga menjilatinya, menjilat kedua bola matanya. Juga mengunyahnya, memakan paru-parunya secara perlahan-lahan, menjilat jantungnya dan meremasnya, kemudian keluarlah darahnya, serta memakan hatinya, ginjalnya, ususnya lengkap dengan kotoran miliknya, potongan dagingnya yang telah terpotong kecil-kecil, dan meminum darahnya.

...

+ At 11.30 A.M +

Somchai terbangun di ruang perpustakaan dan melihat sebuah buku berjudul The House karangan Erika Vogel, lalu meminjamkan buku itu dari ruangan itu. 'Apakah akan terjadi deja vu?' Somchai lalu meninggalkan ruangan itu. Dalam perjalanannya menuju kelasnya, atau lebih tepatnya berada di koridor sekolahnya. Ia dipanggil oleh seseorang. "SOMCHAI!"

'Pasti Lien.'

Dan benar saja. Orang yang memanggilnya adalah Lien yang merupakan teman sekelasnya. Gadis itu terengah-engah dengan berkata, "Te-temanmu…"

'Pasti hal itu lagi.' Kata Somchai dalam hati, "Ada apa, ana?"

"Te-temanmu, Kiku, ber-piip- dengan Heracles di kelas kita. KYAAA!" Teriak Lien kegirangan.

'Syukurlah…' Batin Somchai dalam hati, walaupun ia merasa agak aneh dengan sikap Lien yang merupakan salah satu anggota 'weeaboo' alias Fujodanshi Club.

"Kita lihat adegan mereka yuk!" Seru Lien sambil menarik lengan kiri Somchai

"T-tapi…"

"Sudahlah! Ikuti saja aku!"

Tanpa babibu, mereka segera menuju ke kelas mereka. Sesampainya di sana, murid-murid yang rata-ratanya wanita mengerumuni aksi Kiku dan Herakles dengan berkata, "KYAAAA!"

"Kenapa kamu menyuruhku melihat adegan porno homoseks di sini? Aku sama sekali tidak suka dengan hal itu. Dosa. Kalo adegan porno heteroseks sih ga masalah." Kata Somchai menginterogasi Lien.

"Aku 'kan cuma…hiks…" Jawab Lien menangis sambil kecewa. Somchai yang segera sadar akan perbuatannya pun berkata, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengecewakanmu. Aku hanya mengatakan hal yang benar."

"Be-benarkah?"

"Itu benar, ana. Peluklah aku."

Lien yang agak canggung itu langsung memeluk tepat ke dada Somchai. Ia dielus kepala dan punggung miliknya oleh Somchai dengan lembut. Lien tersenyum dalam hati.

'Kasihan Lien.' Bagaimana dengan Kiku dan Heracles? Ternyata, mereka adalah hologram yang dibawa oleh ketua Fujodanshi Club yang bernama Elizaveta Hedervary. Elizaveta memang tergila-gila yang namanya pairing yaoi, yuri, ataupun bara.

"BAGAIMANA?! KALIAN PUAS DENGAN ADEGAN TADI?!" Teriakan Elizaveta yang mengejutkan Somchai dan Lien membuat para murid itu teriak-teriak kesenangan.

"PUAAAS!" Seru para murid itu.

"SEKARANG KITA LIHAT YANG SELANJUTNYA YAITU ADEGAN –PIIP- WANG JIALONG DENGAN EMIL."

"KYAAA!"

Tiba-tiba ada suara ledakan. Suara itu membuat mereka semua terkejut, termasuk Somchai, Lien, dan Elizaveta.

"Suara itu berasal dari mana?" Tanya Lien.

"Aku tak tahu, ana." Somchai melihat para murid itu yang sedang menuju ke arah ruang perpustakaan. Ia berkata kepada Lien, "Kita ikuti mereka saja, ana."

"… Baiklah."

Mereka semua, termasuk Somchai dan Lien segera menuju ke ruang perpustakaan. Sesampainya di sana, mereka semua melihat ruangan itu. Ternyata, ruangan itu hancur lembur lengkap dengan buku-buku yang berantakan dan hancur. Termasuk beberapa mayat bergelimpangan. Somchai membatin kepada dirinya, 'Syukurlah. Aku sudah keluar dari ruangan itu, ana.' Para guru dan kepala sekolah berdatangan. Kepala sekolah Hetalia Academy yang bernama Romulus Vargas mengumumkan kepada mereka semua, "Anak-anak. Polisi akan memeriksa sekolah ini. Kalian pulanglah ke rumah kalian masing-masing."

Mereka semua, tentunya murid-murid, termasuk Somchai, Lien, dan Elizaveta, segera bubar.

...

+ At 9 P.M. +

Somchai berada di kamarnya. Ia membaca buku itu tepat di meja belajarnya. Ia sebenarnya sudah selesai membacanya namun ia ingin melihat ulang isi buku itu. Ia segera membuka halaman pembukanya.


The House

Selamat datang

Kami akan menuntunmu ke halaman yang menurut kami menantang, dengan puisi-puisi dan cerita-cerita dari kami.

Jangan membaca buku ini jika anda memiliki penyakit jantung ataupun anda penakut.

Mulai.


Ia membuka halaman selanjutnya. Akan tetapi, pintu kamar Somchai diketuk oleh salah satu anggota keluarganya. "Somchai. Buka pintunya. Ayah mau bicara denganmu." Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah ayahnya sendiri. Ayahnya terlihat gemuk ditambah lagi dengan kumisnya yang cukup panjang dan nyaris botak. Somchai segera membuka pintunya. Ia melihat ayahnya yang terlihat sedih. Ia bertanya kepada ayahnya, "Ada apa, Ayah?"

"Ikut ayah ke ruang tamu, Anakku."

"Baiklah, ana."

Mereka menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu, mereka duduk di sofa. Ayahnya berkata kepadanya, "Somchai. Tadi ada temanmu yang meninggalkan pesan kepadamu. Ini."

Somchai menerima sepucuk surat dari temannya. Ia bertanya kepada ayahnya, "Ini dari siapa, ya?"

"Ini dari temanmu yang bernama Kiku. Oh ya. Ayah juga ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

"Ayah mau mengatakan apa kepadaku, ana?"

"Temanmu, Kiku, meninggal dunia. Ia ditemukan tewas di ruang perpustakaan sekolahmu dengan kondisi termutilasi. Tubuhnya terpotong menjadi 24 bagian. Mulai dari kepalanya, 4 potongan kedua lengan dan kakinya, dan 4 potongan tubuhnya. Astaga! Ayah lupa! Surat yang kau pegang tadi ditemukan di kantung jas sekolah milik temanmu." Tambah Ayah Somchai yang merupakan Kepala Polisi di Inggris. Somchai mulai menangis dengan menutupi wajahnya lewat kedua telapak tangannya, "Hiks… hiks… hiks…"

"Somchai. Menangislah. Tangisan juga bisa menghilangkan rasa sedihmu itu. Tapi jangan berlebihan." Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya. Setelah lama Somchai menangis, ia segera menuju ke kamarnya dan membaca surat itu.


Kepada Somchai Nattapong-san

Southeast Esien St. in Esien Complex, London, England

Jumat, 23 Desember 2011

Apa kabar, Somchai? Kamu baik-baik saja? Saya ingin memberitahukan sesuatu kepada kamu tentang rumah angker yang berada di Kota Vaduz di Liechtenstein. Lumayan jauh dari Inggris. Julukan rumah itu adalah 'The House'.

"The House dibangun pada tahun 1880 oleh saudara kembar bernama Basch Zwingli dan Lilli Zwingli yang memang senang terhadap anak-anak. Mereka sengaja membangun rumah itu untuk menampung anak-anak bernasib malang. Yah… Somchai-san tahu maksud dan kakak kembarnya sering menolong anak-anak malang itu. Salah satu dari anak-anak malang itu adalah Roderich Edelstein yang merupakan anak yang diadopsi yang berasal dari Vienna di Austria. Orangtua Roderich selalu menyiksanya. Bahkan, ayahnya selalu menyodominya setiap hari untuk memuaskan nafsu seksualnya. Ibunya juga selalu menyiksanya dengan cara memukulinya. Ayahnya merupakan seorang pekerja seks dan begitu pula dengan ibunya. Ayah dan ibunya adalah biseksual.

Suatu hari, Roderich kabur dari rumahnya dengan cara keluar dari jendela di kamar mandi. Dalam perjalanannya ia masuk ke dalam kereta api secara diam-diam. Kereta api itu menuju ke Vaduz di Liechtenstein. Ia masuk ke dalam gerbong hewan ternak. Ia tidur di sana selama berhari-hari. Setelah berhari-hari tidur di sana, ia dibangunkan oleh salah satu petugas kereta api itu. Ia pun terbangun. Petugas itu bertanya kepadanya bahwa kenapa ia bisa ada di sana. Ia menjawab dengan bohong bahwa ia adalah gelandangan. Lalu, mereka segera turun dari gerbong itu dan menuju ke The House. Ternyata, petugas itu adalah Basch Zwingli yang lagi menyamar. Roderich disapa oleh Lilli dengan ramah. Ia berpikir bahwa ia baru merasakan kebaikan dalam rumah itu.

Pada tahun 1892 tepatnya Roderich berumur 24 tahun, ia menjadi seorang pianist dan juga selalu membantu anak-anak malang itu. Basch sudah menikah dengan "Melati" yang merupakan kewarganegaraan Indonesia. Basch dan Melati pindah dari The House ke Indonesia. Sementara, Lilli juga sudah menikah dengan kepala direktur di Vogel Bank yang bernama Marion Vogel. Nama belakang Lilli berubah menjadi Erika Vogel. Erika dan suaminya tetap tinggal di The House. Erika dan suaminya masih merawat anak-anak malang itu walaupun anak-anak itu sudah besar bahkan ada yang menikah diantaranya Roderich. Roderich menikah dengan seorang gadis berkebangsaan Prussia bernama Maria Beillschmidt yang sekarang namanya Maria Edelstein.

Pada tahun 1900 Maria ;.;.;.;_._...;.;.;..;.;.;-_-=-=-''''.;.'..'.;'.;.'.;;;'...-.-..-..-...-...-.-.-.- .-...-.-.-.-.-.-.-.-.-..-.-...-.-...-.-...-.-.-.-… -.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-..-..-.-…-.-.-..-.- .-.-.-.-.-.-.-…-…..-…-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

BACALAH BUKU YANG BERJUDUL THE HOUSE YANG DITULIS OLEH ERIKA VOGEL DALAM VERSI CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN 1917. BUKU ITU BERADA DI BRITISH LIBRARY. ATAU DATANG KE 'THE HOUSE' DI SANA."

Maaf, ini bukan Kiku yang tulis surat ini. Yang menulis surat ini sebenarnya adalah aku, Gilbert Beillschmidt yang awesome. Aku hanya menitipkan surat ini kepada Kiku. Aku tulis setengah gaya bahasa Kiku agar lebih memunculkan suasana misterius. Kalo aku tulis semuanya, bakalan habis kertasku. Tanganku yang awesome ini mulai gak awesome nih (baca : capek). Sudah dulu ya. Bye.

Regards, Gilbert Beillschmidt yang Sangat Awesome.

.

Coretan tinta hitam yang terlihat tumpah yang dibuat oleh Gilbert membuat Somchai tambah penasaran, juga dengan kalimat-kalimat kapital tersebut. Ia berpikir bahwa Gilbert itu merupakan keturunan dari Maria. Ia bertanya kepada dirinya sendiri, 'Mengapa nama belakang Gilbert mengikuti nama belakang Maria? Bukankah seharusnya nama lengkap Gilbert itu adalah Gilbert Edelstein? Aneh. Apa hubungannya denganku, Gilbert, dan surat itu? Juga peristiwa tewasnya temanku itu dalam insiden ledakan di ruang perpustakaan. Entahlah. Aku akan menyelidikinya saat Study Tour ke Liechtenstein nanti.' Gilbert merupakan teman Somchai. Ia sejujurnya merasa agak jijik dengan Gilbert karena sifat narsisme yang dimilki temannya itu. Ia lalu memasukkan surat itu ke dalam amplopnya. Amplop dan buku itu dimasukkan ke dalam laci meja belajarnya. Ia mulai tidur.

Bersambung


Trivia :

1) Fic ini terinspirasi dari game The House. Game ini dibuat oleh orang Thailand bernama Sinthai Boonmaitree pada tahun 2005. Game ini sudah ada 2 sekuelnya, yaitu The House 2 dan The Halloween Special. Cari saja gamenya di om gugel. Waktu saya pertama kali memainkannya, rasanya mengerikan banget (saya jujur).

2) Fic ini merupakan remake dari fanfic saya yang telah dihapus dalam judul yang sama. Cuma, fandomnya berbeda. Mau saya sebutkan fandomnya? Rahasia. *digebuk reader* Tapi di Arc 1 diremake lagi karena suatu hal. Baca pengumumannya di Arc 0 Chapter 3.

3) Fic ini diedit beberapa kali karena ada kesalahan.

4) Perpustakaan Britania (atau dalam Bahasa Inggrisnya British Library) memang benar-benar ada di London. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan terbesar di dunia. Perpustakaan ini juga merupakan perpustakaan riset utama, dengan koleksi lebih dari 150 juta item yang berasal dari berbagai negara. Wow! (France : Terus di London harus bilang WOW gitu? Authornya aja copas 1 kalimat dari om Wikipedia.)

.

Balasan Review untuk Memenesia-san :

Oh… Saya juga kangen tuh sama game itu… Saya pertama kali main waktu saya masih SMP kelas 1 (Sekarang saya sudah duduk di kelas 3). Saya pertama kali dikasih tahu dari sepupu saya (Kalo gak salah). Kami main game itu. Gamenya serem! *Saya juga kenapa jadi curhat ya*

Saya akan berusaha membuat fic ini lebih gore lagi dan lebih seru lagi.

.

Maaf kalo fic ini terasa pendek terus ada kesalahannya. Soalnya saya lagi demam WB (baca : Writer's Block)

England dan France : Alesan! Dasar author pemalas! Bikin chapter selanjutnya. Please...

Author : Iya. Iya. (Dengan tak ikhlas) Padahal, ideku lagi habis, tapi malah dipaksa sama 2 pemaksa itu. (Dalam hati)

.

Maaf kalo fic saya kurang baik. Mohon maaf jika ada kesalahan. Silahkan kasih review. Tapi jangan flame yang tak membangun seperti kata kasar. Please.. *lebay* *digebuk Thailand*

.

Tomato Bun (23 dan 26 December 2012, final revision in 22 March 2015)