Chapter 1: Love life
Summary : Kyubi mengeluhkan pada Itachi tentang kejombloannya. Tapi… kayaknya Itachi tahu alasan sebenarnya di balik nasib jomblo Kyubi. Tapi apakah itu?
Disclaimer: sayangnya masih punya Masashi Kishimoto-sensai. Kalau Naruto dkk punya Mai, komik itu akan jadi shoujo bukan shonen hahaha
Pairing: Itakyu. Sasunaru (?)
Rated : T
Story : Mai Narazaki
Warning: karya pemula yang hancur lebur! Banyak ejaan yang salah dan nggak sesuai sama tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sudahlah toh nggak ada Pak K***o, guru bahasa Indonesia di sini. Lanjutan dari Seven Days to falling in love. Bagi yang belum baca karya tadi pasti nggak ngerti ya…
Ah sudahlah. Bagi yang mau baca, baca saja.
Bagi yang tidak klik back.
Kalau baca jangan lupa REVIEW. Kalau tidak… (Mai bawa pistol. Reader nodongin basoka. Glek!)
Ah, sudahlah.
Enjoy read, reader!
Itachi POV
Suara langkah kakiku bergema diantara lorong-lorong tangga yang akan membawaku ke tempat itu. Tempat dimana seseorang tengah menungguku. Di ujung tangga ini kulihat sebuah pintu yang tertutup rapat. Kubuka pintu itu dengan setengah membantingnya.
Aku terpesona.
Di depan mataku, kulihat seorang gadis yang tengah berdiri membelakangiku. Rambut merah bergelombangnya terlihat berwarna keemasan saat tertimpa cahaya matahari sore yang menerangi titik tertinggi di sekolah ini.
Aku terpana saat angin-angin nakal berhembus menerbangkan ikal-ikal keemasan itu sehingga menampilkan leher jenjang yang berwarna seputih susu yang selama ini terus tersembunyi dibaliknya.
Gadis itu menoleh saat merasakan kehadiranku. Dia menoleh sambil menyibakkan sebagian rambutnya ang jatuh menutupi matanya yang berwarna biru sapphire indah. Gadis itu tersenyum kecil padaku sehingga membuatku tergoda.
"Itachi, aku telah menunggumu." Bibir tipis berwarna seperti bunga sakura itu memanggil namaku sambil tersenyum manis.
Kucoba sembunyikan rona yang menghampiri wajahku. Dan aku berjalan hingga sampai di sisinya, kusandarkan punggungku pada pagar pembatas dan kudongakkan wajahku menatap langit senja yang kini warnanya mulai kemerah-merahan hanya sekedar agar aku tak perlu menatap wajah manisnya itu. "Ada apa? Kenapa kau sampai memanggilku ke tempat seperti ini, Kyubi?" tanyaku pada gadis disampingku.
"Entahlah, mungkin karena kau adaalah sahabatku yang terbaik." Dia menjawab dengan tak jelas sambil memejamkan kedua matanya yang berwarna sapphire itu. "Aku menyukai tempat ini." Bisiknya pelan.
Aku membelai rambut merah gadis itu dan kumainkan beerapa helai di antara jari-jariku. "Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu pikiranmu?"
Dia hanya menggelembungkan pipinya menjawab pertanyaanku itu. "Mengesalkan sekali, kenapa kau selalu mengerti aku?" tanyanya kesal.
Aku menatapnya menunggu dia bercerita.
"Aku hanya kepikiran dengan hubungan Naruto dan Sasuke." Katanya memulai ceritanya sambil memainkan jari-jari lentiknya.
Aku mendesah mendengar penuturannya, "Apa kau tak menyukai hubungan mereka berdua?" tanyaku pelan sambil melepaskan rambut merahnya yang tadi kumainkan di antara jari-jariku. "Apa kau menyesal telah membuat mereka jadian?"
"Tidak! Tentu saja tidak!" protes Kyubi dengan wajah marah. "Aku ingin membuat adikku bahagia makanya wajar saja kalau aku membantunya! Dan aku sama sekali tak menyesal pada bantuanku kok!"
"Jadi?"
"Aku... aku hanya iri pada hubungan mereka." Jawab gadis itu dengan wajah memerah karena malu. "Padahal aku setahun lebih tua dari mereka, namun di usia tujuh belas tahun ini...aku bahkan sama sekali belum pernah pacaran."
Aku hanya bias tersenyum saat mendengar dia mengatakan itu. Kyubi sendiri mendapat julukan 'princess' atau 'madona' di sekolah ini, aku tak menyangka dia akan merisaukan soal masalah percintaan, karena… katakana saja dia memiliki wajah nan cantik, otak yang cerdas dan lingkup pergaulan yang luas. Kupikir selama ini dia tak pernah merisaukan masalah percintaan.
"Aku juga belum pernah."
Dia menoleh dengan ekspresi tak percaya. "Masa sih, pangeran sekolah ini tak pernah pacaran?" katanya dengan nada menyindir.
"Kau pun sama kan?" balasku telak.
"Ukh." Dia terbatuk sedikit. "Menurutmu apa ada yang salah dengan kita? Kenapa ya kita tak pernah bias punya pacar?" gerutunya.
Yah, Kyubi memang tak tahu kejadian yang sebenarnya. Dan aku berharap dia tak akan pernah tahu.
"Kemana perginya musim semiku yang biru?" Tanya Kyubi sambil merentangkan tangannya lebar-lebar. "Padahal aku merasa diriku sudah sempurna. Kurasa parasku cukup cantik dan aku cukup pintar kok. Kepribadianku juga baik. Aku ini cantik luar dalam. Tapi apa coba yang kurang pada diriku?" tanyanya dengan nada mendramatisir.
Aku hanya tersenyum dalam hati mendengar ocehannya. 'Dia memang terlalu percaya diri.' Batinku geli.
"Cinta!" teriaknya tanpa menunggu jawaban dariku. "Itulah yang kurang dariku! Bukti sejati sebagai seorang wanita!" Kyubi berkata dengan semangat yang membara. Lalu dia menyandarkan kepalanya di pundakku dan berkata dengan nada manja. "Kenapa ya, aku tak bisa merasakan cinta yang indah?"
Aku membelai rambutnya dengan perasaan sayang. Semua orang punya kecepatan sendiri-sendiri, sulit untuk menyesuaikan kecepata dengan orang lain, apalagi orang yang mendekati sempurna seperti dirimu. Orang pasti akan sulit mendekatimu, karena menganggap dirimu terlalu sulit digapai." Kataku lembut.
Dia cemberut sebentar. "Tapi aku tak mau mengurangi pesonaku, apa yang harus kulakukan, Itachi?" rajuknya.
"Suatu saat kau pasti akan menemukan pangeranmu sendiri kok." Hiburku. 'Ya, dan pangeran itu adalah aku.' Tambahku dalam hati.
Dia terdiam setelah mendengar perkataanku tadi, pandangannya terlihat mengelana ke dalam pikirannya sendiri, mengacuhkan keindahan pemandangan di hadapannya.
Aku juga diam. Dalam hati aku mengatakan. 'Maafkan aku Kyubi, akulah yang menyebabkanmu tak dapat merasakan percintaan. Namun aku janji, akulah yang akan memberikanmu percintaan indah yang kau dambakan.
…
"Kali ini kau akan bercerita soal apa lagi?" tanya Sasuke dengan ketus sambil menghempaskan tubuhnya ke atas meja belajarku. "Aku tak mengerti, kenapa kau harus selalu memanggilku untuk mendengarkan ceritamu, sih?"
Aku mengerang mendengar gerutuan dari adik tunggalku itu. "Sasuke, aku ini kakakmu jadi setidaknya panggil aku Nii-san atau Itachi-nii, dong."
"Hn." Gumamnya sambil memutar matanya malas seolah berkata, 'jangan bertele-tele!'
Aku menghela nafas panjang. "Ini soal Kyubi."
"Lagi?"
Kembali aku menghela nafas panjang. Memang benar akhir-akhir ini aku terlalu sering memanggil Sasuke hanya untuk mendengarkan ceritaku –ets ralat- curhatku mengenai gadis berambut merah yang sedang kutaksir itu. "Apa menurutmu aku slah karena telah mencegah Kyubi memiliki pacar?"
"Memangnya apa saja yang telah kau lakukan?"
"Eeee…" aku mencoba mengingat-ingat apa saja yang telah kulakukan selama ini. "Aku pernah mengancam Lee, temanku saat SD agar tak mendekati Kyubi lagi, lalu aku juga pernah berkelahi dengan Neji saat SMP hanya untuk membuatnya tak lagi mengajak Kyubi bicara. Lalu masih ada kejadian dengan Shikamaru dan Shino juga, terus…"
"Stop." Sasuke memotong perkataanku. "Sadis." Tambahnya.
Aku tersenyum gagu "Tidak juga kok, sebenarnya sebagian besar dapat diselesaikan dengan sedikit death glare saja." Kataku sambil menggaruk kepala belakangku yang sebenarnya tidak gatal.
"Kyubi-senpai tahu?"
"Tentu saja tidak. Kalau dia tahu dia pasti sudah membenciku kan?"
Sasuke diam sejenak sambil menyangga dagunya sebagai tanda dia sedang berfikir."Kau… tak ingin mengatakan perasaanmu padanya?"
"Kau pikir aku belum mengatakannya pada Kyubi?" tanyaku dengan nada sarkatis. "Tentu saja aku sudah bilang! Dan kau tahu apa reaksinya?! Diamengira kalau aku hanya bercanda saja!" teriakku kesal.
"Kok bisa?"
Aku ragu-ragu menjawabnya. "Itu…" gumamku tak jelas sambil memainkan jari-jariku gugup. "Soalnya dulu aku pernah menolak dia sih, hehehe…"
"Hah?"
FLASH BACK (9 tahun yang lalu)
Kelas 2 SD, pesta olahraga.
"Itachi!" panggil seorang gadis berambut merah darah sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajahku. "Kalau aku yang menang di lomba lari 100 meter kali ini. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu!"
Aku mengerling sebentar. "Ok." Jawabku singkat.
"Pengumuman! Bagi para perwakilan kelas lomba lari 100 meter harap berkumpul di garis Start saat ini juga." Kudengar suara Iruka-sensei, wali kelas kami yang bicara menggunakan megaphone memberi pengumuman.
Dengan pongah aku berjalan ke garis start dan memasang aba-aba jongkok. Siap untuk berlari.
Kulihat Kyubi melakukan hal yang sama di sampingku, begitu juga anak-anak lain yang telah sial menjadi perwakilan kelasnya untuk mengikuti lomba konyol ini.
"Bersedia… siap… YAK!" teriak Iruka-sensei sambil mengibarkan benderanya sebagai tanda perlombaan telah dimulai.
Aku berlari dengan tidak terlalu cepat, walaupun begitu tetap saja peserta yang lain sudah tertinggal jauh di belakangku. Dasar payah, kalau begini sih aku pasti akan menang dengan mudah lagi tahun ini.
10 meter lagi finish.
Tiba-tiba kulihat sesuatu berwarna merah melesat mensejajariku. Aku melirik sebentar ke arah sesuatu itu.
Kyubi?
Kuperhatikan nafasnya sudah tak berirama lagi, dan ada begitu banyak keringat yang mengalir deras di wajahnya. Walau begitu dia sama sekali tak memperlambat langkah kakinya dan masih terus berlari mencoba untuk menyusulku.
Jujur, kalau aku mau aku bisa saja mempercepat lagi lariku, toh aku sama sekali belum merasakan lelah menghampiriku. Bagiku untuk menang darinya di perlombaan ini adalah hal yang sangat mudah. Hanya saja, aku tak melakukannya. Sebaliknya, aku malah memperlambat langkah kakiku sedikit, membiarkan dia memimpin semeter di depanku.
Kenapa aku melakukannya?
Tentu saja karena dia sudah berusaha keras. Dibandingkan aku yang sama sekali tak berusaha, dia jauh lebih pantas menyandang gelar sebagai sang pemenang dibandingkan aku. Lagi pula…
Wajahnya yang penuh semangat itu terlihat manis di mataku.
Kusaksikan dia memasuki finish dengan wajah bahagia, disusul oleh aku beberapa detik kemudian dengan senyum kecil terpampang di wajahku. Lalu setalah beberapa saat anak-anak lain pun mulai berdatangan satu per satu.
Iruka-sensei memberikan bendera dengan angka satu padanya dan angka dua padaku sambil mengatakan kalau kami berdua adalah anak yang hebat.
Kyubi membungkukkan badannya masih sambil mencengkram bendera itu mencoba mengatur kembali nafasnya yang sudah terengah-engah.
Lalu dia mendongak ke arahku sambil memamerkan cengiran khasnya dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk simbol 'peace'. Dengan penuh kebanggaan dia berkata. "Hehehe… hah… aku… hah… menang!"
Aku tersenyum. Tak rugi aku memutuskan untuk mengalah padanya. Dia memang sangat manis sih. "Ok. Jadi apa yang ingin kau katakan padaku?" tanyaku sambil mencoba tetap menjaga image cool yang selama ini kupakai.
Namun dia menggeleng kecil. "Tidak di sini, terlalu ramai." Katanya sambil menggandeng tanganku pergi menjauhi lapangan olahraga yang masih ramai oleh sorak-sorai dari para siswa dan orang tuanya menuju ke halaman belakang sekolah yang lebih sepi.
"Jadi?" tanyaku.
"Jadi…" dia membeo kata-kataku sambil melepas genggaman tanganya. Lalu dia menunduk sambil memainkan jari-jarinya sendiri. "Jadi aku menyukaimu."
"…"
Eng? Aku salah dengar atau Kyubi memang berkata kalau dia menyukaiku?
Kulihat wajahnya yang memerah dan sikapnya yang tomboi berubah saat itu. Tiba-tiba sebuah senyuman iblis muncul di wajahku. Aku membuka mulut…
"Maaf."
FLASH BACK END
Sasuke mengangguk mendengarkan ceritaku. "Jadi kenapa kau menolaknya?"
"Tentu saja karena memang dia gadis yang kusukai." Jawabku sambil menopang dagu. "Namanya juga anak kecil, mana mau berterus terang."
Sasuke menggeleng pelan. "Payah."
"Jadi aku harus apa?" tanyaku sambil memasang puppy eyes kebanggaanku.
"Mana kutahu. Itukan kesalahanmu sendiri." Katanya sambil memalingkan wajahnya dengan jijik saat melihat puppy eyesku.
Aku mengerang pendek. "Sasukeee…." Rengekku.
Dia mendesah panjang. "Begini…" dia mulai berkata. "Meskipun kau sudah menyingkirkan semua cowok di sekitarnya, tak akan cukup kalau dia hanya ada di sisimu. Jika kau memang mencintainya,kau akan selalu menginginkan hatinya. Tapi kalau kau terus meminta padanya, kurasa dia akan merasa lelah juga, dan… bisa meninggalkanmu. Makanya kau juga harus memikirkan perasaannya juga."
Aku terkesiap.
Ternyata Sasuke bisa bicara panjang lebar juga… kejadian langka nih.
"Sejak kapan kau jadi puitis, Sasuke?" tanyaku dengan nada menggodanya.
"Hn."
"Wah… ternyata Naruto hebat juga… dia bisa mengubahmu hingga seperti ini." Godaku sambil tertawa keras. Tentu saja itu membuat Sasuke kesal dan pergi meninggalkanku sendirian di kamarku sendiri.
Setelah kepergiannya, aku mulai meresapi kata-kata Sasuke tadi.
"Perasaan… Kyubi, ya?" gumamku pelan
…Love Life End…
Yap, saya kembali.
Jreng… Jreng… Jreng!... (Sountrack gaje)
Kali ini saya mulai lagi dengan kisah Itakyu. Habis banyak yang reques sih. (Bohong kok. Sebenarnya emang karena Mai udah nyiapin FF ini, hehehe)
Saya senag lho karena ada yang mau review ketiga cerita saya sebelumnya. Semoga FF ini juga ada yang mau review. (Sambil pasang puppy eyes.)
Tapi berhubung ini sekuelnya SDTFIL (Seven days to falling in love) saya masih akan buka sesi protes dari para tokoh, yak mulai!
Sasuke: Kau masih ada ya? Kupikir sudah hangus kena Chidoriku.
Mai: Jangan salah paham ya… Mai itu cepet pulih kok. Tubuh bolong-bolong sih udah biasa hahaha (Dichidori sekaligus Sharingan bersamaan.)
Kyubi: aku sih senang-senang aja toh di FF kali ini kan aku tokoh utamanya. Fufufu.
Itachi: wah pertanyaan 'kapan aku nolak Kyubi?' udah terjawab juga ya. Banyak yang nanyain sih.
Mai: bukan tanya. Tepatnya mereka nyalahin kamu kok. 'kalau suka ngapain ditolak' begitu katanya.
Itachi: (mojok sambil menggumam sesuatu di sudut kamar)
Kyubi: Sudah, hentikan Itachi! Oh iya, pertanyaan 'kenapa Sasuke sering bersama Itachi?' juga sudah terjawab ya.
Mai: yap, jawabannya karena dipanggil Itachi untuk mendengarkan curhatannya.
Sasuke: merana sekali nasipku.
Itachi: sudahlah, sekali-sekali berbakti pada kakak kenapa?
Sasuke: Hn.
Yah… begitulah sesi protes kali ini. Sebelum benar-benar melantur, mending kita balas review dari SDTFIL (Seven days to falling in love ) dan FE (First experience) yang belum sempat Mai balas ya :
SDTFIL(Seven days to falling in love)
1.Ary the Reapers: maaf walau kamu review di chap 4 baru mai bales sekrang soalnya reviewnya baru masuk sih hehehe. Yah Kyubi emang karakternya dibuat mirip Kushina, fisiknya juga sih. Biar lebih krasa aura keluarga uzumakinya wehehehe. Plus satu lagi mai bukan 'bang' tapi 'neng' lho. wkwkwk
2.kaze no mai : makasih juga ya. ^_^ makasih dah jatuh cinta sama FF mai ya (sambil nangis terharu). Mai seneng lho.
3.devilojoshi: yah, sekarang udah jelas kenapa Itachi nolak Kyubi kan? Dasar Itachi sok keren, sok cool, nyebelin, keras kepala. (Di magenkyo Itachi) yah semoga Itachi nggak ditolak lagi deh di FF ini. Hehehe.
4.Son Sazanami: sequel M nya udah baca belum? Yang first Exoerience? Nah ini dia sekuel T nya….
5.kkhukhukhukhudattebayo: syukurlah merea bisa bersatu. Sasuke egonya tinggi sih, nggak mau nembak Naru. (Dichidori Sasuke) Yap baca juga 2 sequelnya ya?
6.Mrs Kim siFujoshi: seperti permintaan kim-senpai, ini dia sequel Itakyu. Selamat menikmati _
7.Uchiha sukatesuki: sip senpai, ini sequelnya Itakyu. Dibaca juga ya ^_^
8.Gunchan CacuNalu Polepel: sampe nikah?! Waduh… susuh nih… bisa-bisa sampe chapter 100 gkgkgk tapi ada sequelnya lho. Waktu Sasunaru kelas 3 SMA dan cerita ini.
9.Indahyeojasparkyuelfsarangha e Kim Hyun Joong: maaf baru bales, padahal reviewnya di chap 6. Mai nggak ketawa-ketawa gaje kok! Cuma cengar-cengir doank. (Sama aja kan? -_-')
10. Kiroikiru no Mikazuki Chizuka: ya Kibagaa jarang kan? Semenya Kiba, lho. Sekali-sekali pingin buat pasangan yang dua-duanya biasanya Uke hehehe. Ita nggak hombreng kok, yang hombreng kan Sasuke. (Lagi-lagi dichidori). Makasih ya, hehehe.
FE (First experience)
1. Gunchan CacuNalu Polepel : Sasuke… ternyata kau… mesum ya? (Ditebas pake pedang sama Sasuke). makasih ya Gun-senpai hehehe
2.nasusay: sip dah ini Itakyu tapi ratenya masih T, nanti begitu FF ini selesai baru yang M deh. Sekalian buat nyiapin mental lagi, takut nanti mimisan lagi.
3.Ayyu Hyuuga: tuh kan Sasuke, bukan Cuma aku yang bilang kamu mesum! (disharingan lagi.)
4.UzumakiKagari: Mai mesum?! (nangis sambil mojok) hiks hiks, yah sudahlah… oh, iya juga biasanya Ita-kun kan yang mesum, (Digoreng Itachi) yah mungkin di FF ini Ita-kun jadi lebih dewasa dan nggak mesum lagi, tapi gak tau deh…. Salam kenal juga Senpai.
5.Yuzurin: baca cerita tambahan di bawah ya…
6.BaekRen: begitulah, ini pengalaman pribadi Mai lho, tapi yang salah paham itu kakaknya Mai (Dia sampai ndobrak kamar segala). Hehehe.
7. Kiroikiru no Mikazuki Chizuka: udah ketebak? Zuki-senpai memang hebat deh. Mau tahu Minakushi ke mana? Baca cerita singkat di bawah ini.
8.Devilluke ryu shin: sip, ini dia sequelnya. PM nya udah masuk, senpai?
9. .devil: makasih reviewnya senpai. Hehehe
Sesuai janji Mai kali ini Mai akan buat versi singkat kejadian yang dialami Minakushi setelah kejadian di FE:
"Kushina, kita ke mau mana?" Minato bertanya pada istrinya setelah beberapa saat yang lalu mereka keluar dari rumah dengan cara yang tidak biasa. Tepatnya dia diseret oleh istrinya sendiri, Kushina.
"Kemanapun, asal tidak mengganggu Naruto dan Sasuke-kun." Jawab sang istri sambil senyum-senyum ganjen. "Bagaimana kalau kita nginep di hotel? Sekalian…"
Minato menggaruk-garuk kepalanya. "Eh? Yah, boleh saja sih. Tapi… aku nggak bawa dompet."
"Hah?!" teriak Kushina kaget. "Kalau gitu kita mau bayar pake apa dong?"
Minato mengangkat bahunya sambil tersenyum kecil. Tampaknya istrinya itu sudah lupa kalau ia sendirilah yang menyeret Minato pergi sebelum suaminya itu sempat bertanya apapun.
Kushina mengangguk sejenak. "Kalau begitu kita pulang dulu, ambil dompet lalu pergi lagi. Tapi jangan berisik, lho!"
Minato mengangguk.
Beberapa saat kemudian mereka sudah mengendap-endap masuk rumah mereka sendiri, bak maling profesional, sambil memasang telinga lebar-lebar.
Tiba-tiba…
"AAAAAAA!" mereka mendengar teriakan Naruto yang membahana sampai ke seluruh rumah. Tentu saja jeritan itu membuat Kushina dan Minato yang tengah mengendap-endap ria langsung terpaku kaget.
"Cepat!" teriak Kushina mendesak suaminya segera mengambil dompet yang sebelumnya ditaruh di kamar. Tiba-tiba…
BRUK! PRANG! DUAKH!
Minato tersandung sandal kamarnya sendiri akibat suasana kamar yang remang-remang dan jatuh menabrak vas bunga hingga jatuh dan pecah berantakan. Seakan itu belum cukup dia juga masih mendapat jitakan super keras dari istrinya yang membuat kepalanya sakit.
"Jangan Berisik!" teriak Kushina dengan suara yang cukup keras. "Bagaimana kalau mereka sadar hah?!"
"Kan kau sendiri yang berisik, Kushina…" gumam Minato sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut. Sementara itu Kushina hanya membengkap mulutnya pelan sambil tertawa kecil.
"Gomen…"
Minato tersenyum, lalu dia menggandeng tangan istrinya keluar rumah, masih sambil mengendap-endap. "Sudahlah, ayo…"
"KYAAA! PENCURI! RUMAH KELUARGA UZUMAKI DIMASUKI PENCURIIII!" teriakan super keras dari tetangga mereka, langsung membuat mereka terkesiap.
Pasti tingkah mereka yang mengendap-endap itu membuat tetangga itu salah paham dan mengira mereka adalah pencuri.
NGUING! NGUING! NGUING!
Suara sirine polisi yang kebetulan sedang melintas di dekat sana dan mendengar teriakan tetangga itu terdengar semakin keras. Dua orang polisi turun dari mobil mereka dan langsung mendekati wanita yang tadi berteriak. "Ada apa, nyonya?" tanya salah seorang diantaranya.
"ADA PENCURIIIII!"
Saat itu kesabaran Kushina menghilang sudah. "AKU BUKAN PENCURIIIIIIIIIIIIII!" teriaknya geram.
Namun kedua polii itu tak menggubrisnya sama sekali, "Maaf, anda bisa menjelaskannya di kantor polisi saja." Kata polisi itu sambil menggiring Kushina dan Minato masuk ke dalam mobil.
"MANA MUNGKIN AKU MENCURI DI RUMAHKU SENDIRI, KAN?!" Kushina masih tetap bersikeras bahkan saat dirinya sudah berada di dalam mobil polisi.
Sementara itu Minato hanya menggeleng pasrah saat mereka dibawa ke kantor polisi.
Sang tetangga biang kerok itu mengernyit bingung, "Kenapa wajah kedua pencuri itu mirip sekali dengan tuan dan nyonya Uzumaki ya?" tanyanya pada diri sendiri. "Ah, sudahlah." Putusnya sambil masuk ke rumahnya sendiri dengan santainya.
Syukurlah, pada saat itu Naruto dan Sasuke sedang terbang ke langit ke tujuh sehingga mereka sama sekali tak mendengar keributan itu.
Kalau tidak, yah… urusannya bisa makin runyam.
THE END
Begitulah, aneh? Gaje? Wagu?
Terserah deh.
Yah, yang penting jangan lupa…
R
E
V
I
E
W
Wajib lho! Kalau nggak nanti Mai ngambek dan nggak mau ngelanjutin FF ini lho.
