Ternyata yang mau sekuelnya banyak ya? Yah, seperti biasa, karena saya sibuk (sok sibuk banget lebih tepatnya) jadi fanfic baru ini juga pasti updatenya random. Apalagi kalau yang review sedikit, wih… lebih lama lagi (modus banget supaya yg review banyak).
Ok, di sini muncul satu karakter OC, jelas, anaknya Gaara dan Naruto, Ryuuki! Tenang, dia gak Mary Sue kok, semoga… liat aja lah perkembangan ceritanya, ok?
Warning: OC, OOC, Yaoi, Lemon, Mpreg, slight AU, miss typo
Disclaimer: Ryuuki punya gue, masalah buat loe? *dilempar panci sama pembaca
It is Not A Normal Family
Sebuah keluarga adalah sesuatu yang normal bagi kebanyakan orang. Karena hampir semua orang memiliki keluarga. Mereka tidak sadar betapa nikmat memiliki keluarga itu tak bisa digantikan dengan apapun. Bahkan impian terdalam sekali pun.
Itulah yang dirasakan sebuah keluarga baru di sudut Konoha.
Meski sang suami yang berambut pirang akhir-akhir ini jadi kurang tidur karena selalu ada yang menangis di tengah malam, tapi tak pernah ada rasa amarah ataupun lelah ketika ia melihat istrinya tercinta dengan penuh kasih bangun dan merawat anak pertama mereka.
Begitu pula malam ini.
Rasa kantuk masih menghantui matanya, namun ia hanya bersandar pada pintu sambil tersenyum, melihat Gaara dengan naturalnya menggendong anak mereka dan memberikan sebotol susu hangat yang baru ia buat di dapur.
Sambil menggumamkan sebuah lagu yang tak begitu Naruto kenal, Gaara menimang-nimang anak mereka dengan sabar.
"Aku lebih suka kalau kau menyusuinya secara langsung daripada pakai botol susu," celetuk Naruto di keheningan malam, membuat Gaara tersentak dan kontan, wajahnya langsung memerah.
"Kau tau ASIku cuma sedikit, lebih nyaman kalau dipompa lalu dikumpulkan sedikit-sedikit setiap waktu daripada diberikan langsung pada Ryuuki," balas Gaara untuk kesekian kalinya.
"Makanya, aku sudah menawarkan bantuan untuk memijat dadamu, kenapa kau malah menolak?" tanya Naruto lagi, mendekati istrinya yang masih sibuk menyusui bayi mereka.
"Tidak butuh," tolak Gaara tegas, tampak kesal namun wajahnya masih kemerahan.
Naruto hanya tertawa kecil. Ia tidak habis pikir kenapa Gaara kadang masih jaim padanya, padahal sudah menikah, sudah punya anak pula…
Si pirang beralih pada anak mereka, yang sudah setengah tertidur di pelukan Gaara.
Si kecil Ryuuki sekarang sudah berumur 3 bulan. Ia tidak segemuk bayi-bayi yang ada di TV, agak kecil tapi yang penting sehat. Kerjanya cuma tidur dan makan. Kebanyakan tidur. Persis seperti apa yang dijelaskan oleh Tsunade.
Sekitar setengah dari chakra Ryuuki tersegel bersama chakra bijuu yang disegel Naruto. Tentu saja tidak hilang, tapi tidak bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, Ryuuki hanya mampu menggunakan setengah dari keseluruhan chakranya untuk hidup. Artinya, ia hanya mampu hidup setengah dari kemampuan orang biasa.
Naruto awalnya tak begitu mengerti artinya, mengingat ia tidak ingat kapan ia hidup tanpa tenaga.
Tapi, beberapa hari setelah Ryuuki dibawa pulang ke rumah, ia langsung sadar.
Hampir sepanjang hari anaknya tertidur dalam box mereka. Sebagai kompensasi karena chakranya hanya setengah, ia butuh waktu tidur lebih panjang dari orang normal. Bila biasanya bayi normal saja selalu tidur, maka Ryuuki tidur lebih lama lagi.
Ia jarang sekali menangis, mungkin karena menangis itu menghabiskan tenaga.
Sesekali ia terbangun, saat lapar, dan akan menangis pelan.
Kadang Naruto membangunkannya, bila ingin bermain dengannya, tapi reaksi Ryuuki agak mengecewakan karena bayinya itu sepanjang waktu selalu kelihatan mengantuk. Wajahnya yang sedang tidur memang lucu sih, jadi tidak masalah.
Tapi, selama ia sehat… tidak apa-apa…
Naruto membelai kepala Ryuuki dengan penuh rasa sayang. Ryuuki adalah anak pertamanya, darah dagingnya. Ia tidak akan menyesal. Ia tidak akan membandingkan anaknya dengan anak orang lain.
Ryuuki adalah yang terbaik.
Dan ia juga punya istri terbaik.
Sebuah senyum lembut teruntai di bibir Gaara saat botol susu yang ia pegang akhirnya habis. Anehnya, Ryuuki masih bisa menyusu bahkan ketika bayi itu setengah tertidur. Lucu memang, jangan-jangan ia mempunyai perut black hole seperti ayahnya. Tapi, tidak apa-apa, Gaara malah senang. Selama anaknya itu sehat.
Hanya kadang ia khawatir apakah ASI yang ia miliki bisa mencukupi kebutuhan bayinya itu.
Ia harus konsultasi pada Tsunade nanti.
Begitu botol susu ditarik, mata Ryuuki langsung terpejam kembali dengan rapat. Tampak puas karena akhirnya ia sudah kenyang. Gaara melap bibir dan pipinya yang sedikit basah lalu kembali membaringkan Ryuuki di di dalam boxnya.
Ia tersenyum melihat Ryuuki tertidur dengan pulas.
Dulu, ia tidak pernah berpikir ia akan memiliki anak. Ia pikir, ia tidak begitu menyukai anak-anak.
Tapi itu semua salah. Ia sangat mencintai Ryuuki. Perasaan yang masih asing, tapi sangat ia hargai.
"Aku juga mau susu…"
Gaara tersentak dan memandang dengan marah ke arah suaminya. Dasar, suaminya itu memang sudah mesum kronis yang tidak bisa disembuhkan lagi.
"Buat sendiri sana," omel Gaara, ia berbalik dan segera berjalan keluar dari kamar bayi mereka.
"Eh… tapi kau pasti marah kalau aku menyentuh persediaan ASImu di kulkas…," gumam Naruto yang segera mendapatkan bogem pasir yang membuatnya merebah di lantai.
"Tentu saja! Sekarang ini saja aku sudah keteteran memenuhi ASI untuk Ryuuki! Tidak ada bagian untukmu!" hardik Gaara kesal, Naruto hanya mengelus kepalanya yang benjol.
"Aduh… aku kan cuma bercanda, nggak usah marah gitu….," gumam Naruto, bangkit dari lantai.
"Huh… hari ini kamu tidur di sofa," kata Gaara sambil membuang muka, membuat wajah Naruto memucat.
"E-EEEEHHH!? Ma-Maaf Gaara! Maafkan aku! Aku cuma bercanda kok!" seru Naruto panik sambil mengejar Gaara yang sudah berjalan ke dalam kamar mereka. Namun, ia kecewa saat pintu dibanting di depan wajahnya.
"Gaara!" pekik Naruto, ia kemudian mendesah.
Uuuhh… akhir-akhir ini Gaara jadi sering kesal padanya. Mungkin karena capek mengurus Ryuuki ya? Naruto sendiri sejak bulan lalu sudah resmi dinobatkan jadi Hokage baru, sehingga ia terjebak di antara tumpukan berkas yang Tsunade wariskan padanya.
Tapi, dengan mudah Naruto masuk ke dalam kamar, toh kamarnya tidak dikunci. Gaara hanya membanting pintu lantaran kesal saja.
Mereka juga tidak perlu khawatir Ryuuki akan bangun, mengingat bunyi gelegar kembang api saja tidak bisa membangunkan bayi lucu mereka itu. Pertanda bahwa Ryuuki susah dibangunkan.
Naruto menyelinap ke dalam tempat tidur, Gaara tampaknya sudah tidur, wajahnya masih terlihat kesal. Ia tidur menghadap sisi yang berlawan dengan Naruto. Si pirang hanya tersenyum tipis dan tidur di sampingnya, tak lupa, tangannya menyelinap dan memeluk Gaara dari belakang.
Dengan lembut ia mencium leher Gaara dan mengusap-usap kepalanya agar Gaara tidak tegang.
Si rambut merah hanya mendengus dan membiarkan suaminya itu tidur memeluknya. Naruto tersenyum simpul dan tidur dengan senang hati.
IoI
"Naruto!"
"Ah, Tsunade-baachan! Kok ke sini?" tanya Naruto di antara timbunan berkasnya. Senang akhirnya ada juga yang mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas tidak berguna itu.
Sementara Sai dan Sakura, yang ditunjuk secara tetap menjadi asisten Naruto, hanya mengulum senyum saja. Naruto meskipun sudah jadi Hokage, sudah punya anak dan istri, sama sekali tidak berubah.
"Kudengar minggu depan kau dan keluarga barumu akan pergi ke Suna? Apa benar?" tanya Tsunade to the point, Shizune yang mengekor di belakangnya hanya sempat memberi senyum salam, tidak ada kesempatan untuk bicara.
"Iya, kan sudah hampir setahun Gaara tidak datang ke Suna, dia kan masih berstatus Kazekage, jadi tidak bisa begini terus…," kata Naruto sambil mendesah.
Tsunade tampak serius, membuat Naruto jadi sedikit risau.
"Memangnya ada apa?" tanya Naruto lagi.
"Kau bawa Ryuuki juga?" tanya Tsunade. Naruto mendelikkan satu alisnya, ia tidak mengatakan apapun, hanya mengangguk. Apa yang sedang dipikirkan Tsunade ya?
"Ah… hati-hati saja dengan Ryuuki… semoga perkiraanku salah," kata Tsunade, menahan apa yang mau ia katakan sebenarnya. Naruto hanya memandangnya dengan bingung, namun Tsunade sudah keburu pergi sambil melanturkan bahwa ia mau minum sake di kedai terdekat.
Naruto hanya terdiam sambil memikirkan anaknya yang pasti sekarang tertidur di rumahnya, entah dalam box atau di pelukan Gaara. Ada apa lagi dengan Ryuuki?
IoI
Meski Tsunade sudah memberikan semacam peringatan yang tidak begitu jelas, tetap saja… Naruto dan Gaara membawa Ryuuki dalam perjalan menuju Suna.
Umur Ryuuki yang masih sangat belia memang agak riskan, belum lagi kondisinya yang tidak normal. Tapi, apa boleh buat. Gaara sudah hampir setahun tidak datang ke Suna. Kursi pemerintahan tidak bisa terus menerus kosong.
Dengan pengawalan ketat, termasuk dari Naruto dan Gaara sendiri, rombongan Konoha segera berangkat menuju Suna sejak dini pagi hari.
Ryuuki dimasukkan ke dalam tas khusus yang digendong Gaara di punggungnya. Naruto tidak terlalu merasa khawatir dengan adanya serangan, mengingat Gaara sudah kembali bisa menggunakan pasirnya dengan leluasa dan ia pun tidak bisa dianggap remeh.
Hanya saja… yang dimaksud Tsunade, mungkin tentang kondisi badan Ryuuki sendiri, bukan ancaman dari luar…
Keadaan Ryuuki tetap seperti biasanya saat mereka melewati perbatasan. Tapi, ketika pemandangan mulai menjadi gersang, pohon berubah menjadi gurun pasir, langit tanpa awan dengan sinar matahari begitu terik. Keadaan Ryuuki mulai berubah…
"Ia tidak bangun…"
Naruto memandang Gaara yang menggendong Ryuuki. Sudang waktunya si kecil minum ASI, tapi ia tidak mau bangun meskipun biasanya bila Gaara yang membangunkan, Ryuuki pasti bangun. Belum lagi, harusnya jam-jam segini Ryuuki sudah menangis pelan karena kelaparan…
Tapi…
"Biar kucek sebentar, Gaara-san," kata Sakura yang ikut serta bersama mereka. Gaara mengangguk dan dengan sedikit sedih, merelakan anaknya berpindah tangan ke tangan Sakura.
Ninja medis itu memeriksa Ryuuki dengan cepat. Wajahnya begitu serius tampak memikirkan sesuatu.
"Bagaimana Sakura? Ada apa dengan Ryuuki?" tanya Naruto, tidak sabar menunggu Sakura yang terus diam.
"Aku sendiri tidak begitu mengerti… badannya sehat… tapi entah kenapa chakranya sangat tipis," kata Sakura, kelihatan bingung.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Gaara, kelihatan panik. Chakra Ryuuki yang sudah setengah itu, tidak mungkin bisa lebih menipis lagi…
"Sepertinya… karena cuaca ekstrim ini… orang biasa, atau bayi sekali pun, meski tidak begitu terlihat, tapi tubuh bekerja lebih keras untuk bertahan pada cuaca seperti ini. Dan dengan chakra Ryuuki yang sudah tipis, cuaca ekstrim ini memaksanya untuk terus menstabilkan tubuh hingga chakranya makin tipis," jelas Sakura.
Gaara dan Naruto terperangah mendengarnya begitu juga rombongan yang mengantar mereka, mereka hanya mengelilingi sepasang suami-istri itu dalam diam.
"Jadi, Ryuuki tidak bisa bertahan dengan cuaca ekstrim Suna?" tanya Gaara. Sakura mengangguk.
"Bahkan ninja yang bertarung di tempat ekstrim seperti ini pun, chakranya akan lebih cepat terkuras dibandingkan bertarung di tempat biasa. Bayi seperti Ryuuki, apalagi chakranya hanya setengah, meski tidak mengancam nyawa, tapi ia tidak punya chakra yang tersisa untuk hanya sekedar bangun… jadi…," kata-kata Sakura terputus.
Naruto menoleh melihat wajah Gaara yang pucat. Dengan perlahan, ia merangkul Gaara yang tampak syok.
"Mungkin pada saat ia lebih besar, ia bisa bertahan dengan cuaca ekstrim… tapi… untuk sekarang…," kata-kata Sakura terputus lagi. Ia ingin mengatakan bahwa sebaiknya mereka kembali ke Konoha. Tapi, mereka sudah pergi sejauh ini. Belum lagi, keadaan Suna cukup mendesak. Gaara harus kembali ke sana sebagai Kazekage.
Naruto menepuk pundak Sakura, memberikan isyarat agar Sakura menyerahkan Ryuuki kepadanya. Dengan hati-hati Naruto menggendong Ryuuki. Sampai sekarang, ia masih merasa agak takut kalau-kalau Ryuuki terluka oleh tangannya.
'Kira-kira… kau bisa melakukan sesuatu?' tanya Naruto pada Kyuubi yang ada di dalam tubuhnya.
'Entah… aku sendiri tidak begitu senang dengan cuaca panas seperti ini… dasar Shu payah…,' jawab Kyuubi balik.
Gaara sedikit tersingkap saat melihat nyala chakra berwarna merah keluar dari tubuh Naruto dan menyelimuti Ryuuki.
"Naruto!" ia sedikit panik. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi bila chakra dalam tubuh Ryuuki bertemu dengan chakra milik Kyuubi.
Namun, sebuah geraman dalam tubuh Gaara memberitahunya untuk tetap tenang. Shukaku yang biasanya tidak mau bicara, setelah Ryuuki lahir, Gaara merasakan adanya sedikit perubahan. Seperti ada perasaan campuran antara senang, khawatir dan marah. Entah lah, Gaara masih tidak mengerti dengan monsternya yang satu itu.
Tapi, Shukaku memberi tanda bahwa yang dilakukan Naruto tidak berbahaya.
Gaara sedikit terkejut saat wajah Ryuuki yang kelihatan sangat merah dan penuh keringat, kini lebih baik. Ia juga tidak begitu tegang dan kelihatan lebih nyaman.
"Uh… aku cuma bisa melakukan ini, entah bertahan sampai kapan," kata Naruto, chakra merahnya menghilang perlahan-lahan.
"Kau… memberikan chakramu?" tanya Gaara. Naruto mengangguk pelan.
"Sepertinya… karena hubungan darah… juga bijuu… aku bisa mentransfer sedikit chakraku padanya, setidaknya begitu yang dibilang Kyuubi," jelas Naruto.
Gaara menghela napas lega, ia menarik Ryuuki kembali ke tangan, memperhatikan kondisi bayinya sudah membaik.
"Kalau mau ke Suna, sebaiknya kita berangkat lebih cepat, sebelum efek dari chakra Naruto menghilang," kata Sakura, mengingatkan mereka berdua.
Gaara mengangguk dan menaruh Ryuuki dalam tas gendongnya.
Mereka harus sampai di Suna dengan cepat.
IoI
Gaara membelai Ryuuki yang tertidur di kamarnya. Sudah lama sekali ia tidak menggunakan kamar ini, sejak ia menikah dengan Naruto. Ia bersyukur sepanjang perjalanan menuju Suna, keadaan Ryuuki tidak memburuk.
Tapi, bukan jaminan bahwa Ryuuki bisa bertahan di Suna.
Gaara menutup matanya, apa yang harus ia lakukan? Seharusnya setelah sampai ke Suna, ia harus segera menemui para tetua dan membicarakan bagaiamana ia akan mengatur pemerintahan selanjutnya.
Ia sempat berencana untuk berpindah-pindah tempat, seperti sebulan di Suna lalu sebulan di Konoha. Tentu saja Ryuuki dan Naruto ikut serta dengannya. Dengan begitu, ia bisa tetap bersama keluarganya dan memimpin Suna dalam waktu yang sama.
Tapi, dengan keadaan Ryuuki… tidak mungkin. Setidaknya, tidak bisa sampai beberapa tahun ke depan. Namun, pada saat yang sama ia tidak bisa terus menerus meninggalkan Suna sementara kursi pemerintahan tetap kosong seperti itu.
Siapa yang ia pilih, keluarga atau jabatan?
Gaara tersenyum tipis, tentu saja ia tahu jawabannya.
Ia mengecup pipi Ryuuki dengan lembut.
"Lho, Gaara? Kau sudah kembali?"
Gaara menoleh, melihat suaminya memasuki kamarnya.
"Iya, aku cuma sempat ke kantor dan melihat berkas-berkas penting, lalu kembali lagi," kata Gaara, ia segera bergeser ke pinggir tempat tidurnya, sementara Ryuuki tertidur di tengah tempat tidurnya yang besar.
"Oh… uhm… untung kalau malam di sini dingin ya?" gumam Naruto, memandang keluar jendela dimana bulan bersinar dengan indahnya. Gaara hanya mengangguk. Sang suami bisa membaca kegundahan sang istri, ia menghampirinya dengan langkah kaki tanpa suara dan duduk di sampingnya. Tangannya merangkul pinggang Gaara dan menarik Kazekage muda itu agar bersandar pada tubuhnya.
"Dingin ya," canda Naruto, yang sebenarnya tak merasa kedinginan. Gaara hanya tersenyum tipis, namun tetap bersandar pada dada bidang Naruto.
"Aku akan mengundurkan diri."
"HAH!?" seru Naruto kaget bukan main, Gaara segera menjauh dari suaminya, karena kupingnya sekarang terasa sakit setelah diteriaki sedekat itu.
"K-Kenapa? Bukannya jadi Kazekage itu impianmu? Pasti masih ada jalan lain selain mengundurkan diri…," protes Naruto, benar-benar tidak menyukai keputusan Gaara. Ia menatap Gaara yang terlihat serius, ia tahu istrinya itu kadang keras kepala. Tapi, yang benar saja!? Bukankah usaha Gaara untuk menjadi Kazekage akan terbuang sia-sia?
"Kau tahu Ryuuki lebih penting bagiku," tandas Gaara, membuat mulut Naruto bungkam.
"Tapi, pasti masih ada cara lain… jangan menyerah dulu," pinta Naruto, lebih merajuk ke Gaara. Sang istri hanya mendesah. Sepertinya ia harus menjelaskannya ke Naruto sampai suaminya itu mengatakan 'ya'.
"Naruto, impianku bukan untuk menjadi Kazekage, impianku… aku hanya ingin dicintai juga mencoba mencintai…," jelas Gaara perlahan, mengenang saat dulu. Saat ia mengagumi Naruto yang memiliki impian hebat. Menjadi Hokage, kelihatan mustahil untuk seorang jinchuuriki. Tapi, suaminya itu memberikannya sebuah impian pada dirinya yang saat itu hanya tahu cara membunuh saja.
Dan siapa sangka malah ia yang jadi Kazekage lebih dulu daripada Naruto menjadi Hokage?
"Tapi, bagiku sekarang kau dan Ryuuki jauh lebih penting," jelas Gaara lagi, pipinya sedikit kemerahan saat ia mengatakan itu.
Senyum mengembang di bibir Naruto. Ia juga mengerti perasaan itu.
"Kau mencintaiku… aku mencintaimu dan Ryuuki… impianku sudah terkabul, itu saja sudah cukup," tutup Gaara, entah sejak kapan posisinya jadi begitu dekat dengan Naruto. Siapa yang bergerak? Ia atau Naruto? Tapi, tak ada yang peduli. Naruto membelai lembut pipinya, menyingkirkan sedikit poni Gaara yang panjang.
Bagaimana ia bisa melepaskan suami dan anaknya yang sangat ia cintai?
Saat ia memandang ke dalam sepasang mata biru itu, ia merasakan sebuah cinta yang sangat dalam. Seperti bagaimana Naruto memandangnya sekarang. Seakan ia adalah hal terindah di dunia ini. Gaara tidak pernah merasa dicintai sedalam ini sebelumnya.
"Kau curang… kalau kau berkata begitu… aku kan jadi tidak bisa menolak," keluh Naruto, membuat Gaara tersenyum geli.
Sebuah kecupan lembut mampir ke bibirnya, membuat tawa Gaara tertelan sesaat.
"Kalau begitu, jadi 'pendamping Hokage' saja sudah cukup ya? Aku akan membuatmu bahagia," kata Naruto dengan penuh percaya diri.
Wajah Gaara memerah. 'Pendamping Hokage'? Apa-apaan itu? Tapi, ia tidak bisa membantah saat Naruto menciumnya lagi. Gaara hanya mendesah sebentar dan mencium balik suaminya itu.
"Uwaah… ung…," tangis pelan segera memisahkan mereka. Gaara segera beralih ke Ryuuki, membuat Naruto sedikit mematung di tempat, merasa terlupakan. Tapi, ia menyingkirkan perasaan itu dan menghampiri Ryuuki.
"Ryuu-chan… kedinginan ya? Cup… cup…," gumam Gaara, segera menggendong Ryuuki dengan lembut.
Naruto melihat mata Ryuuki yang terbuka. Aneh memang, tapi memang karena tidur terus mata Ryuuki jarang terbuka, atau biasanya hanya setengah terbuka karena mengantuk. Sepasang mata dengan warna biru dan hijau. Rambutnya yang berwarna oranye. Benar-benar buah hatinya dan Gaara.
Jika ia ada di posisi Gaara, sepertinya ia akan melakukan hal yang sama.
Tangan Ryuuki yang menggapai-gapai udara membuat suara tawa keluar dari mulut kedua orang tuanya. Bisa kah seorang bayi dengan chakra aneh dan kedua bola mata tidak normal terlihat begitu manis dan tidak berdosa? Jari Naruto segera menyambut tangan Ryuuki. Bermain-main dengannya.
"Ryuuki… ibu dan ayah akan melindungimu… selalu…," gumam Naruto penuh sayang.
IoI
Malam yang panjang… Naruto menatap fajar yang mau menyingsing di ufuk timur dari jendela. Karena tak ingin membuang waktu dan memperpanjang penderitaan Ryuuki, Gaara segera berbicara pada para tetua malam itu juga. Tentu diwarnai dengan sedikit perdebatan dan cekcok (karena Naruto ikut campur) tapi akhirnya semuanya setuju.
Kursi Kazekage selanjutnya akan diserahkan pada Kankurou.
Meski awalnya pengguna kugutsu itu menolak mati-matian, berkilah kalau memerintah itu bukan sesuatu yang pandai ia lakukan. Namun, setelah permohonan dari Gaara dan ancaman dari Temari, lalu melihat keponakan serta adik iparnya (meski Naruto merasa Kankurou tidak menghitung dirinya) akhirnya Kankurou menyerah.
Sekarang, matahari sudah hampir terbit dan Gaara berada di dalam kamar bersama dengan keluarga kecilnya, menyusun pidato pengunduran diri sambil menyusui Ryuuki.
Naruto mengendap-endap dan memeluk Gaara dari belakang, ia bisa merasakan tubuh Gaara yang tegang meski istrinya itu terlihat datar seperti biasa.
"Semuanya akan baik-baik saja, kita bertiga, sekeluarga, akan selalu bersama," gumam Naruto, tangannya menyelinap membelai kepala Ryuuki yang sedang meminum susunya dengan mata terbuka setengah karena mengantuk.
Gaara hanya tersenyum mendengarnya, ia bersandar sedikit pada Naruto.
Ya itu benar…
Saat pagi tiba, dimana seluruh rakyat Suna dikumpulkan untuk menyaksikan pidato Gaara dari balkon menara Kazekage, Gaara sudah mantap dengan pilihannya.
Semuanya akan baik-baik saja.
"Pertama-tama, izinkan saya meminta maaf karena telah absen dari Suna selama hampir setahun. Anda sekalian pasti tahu alasannya. Ya… saya menikah dengan calon… sekarang sudah menjadi Hokage, Naruto Uzumaki, lalu mengandung anak pertama kami sehingga saya tidak bisa kembali kemari untuk waktu yang lama."
Naruto memandang Gaara dari belakang balkon, di tangannya terdapat Ryuuki yang tertidur tapi jelas-jelas kepanasan dengan wajahnya yang merah dan penuh keringat. Sesekali bayi kecil itu terlihat gelisah, membuat Naruto merasa kasihan.
"Setelah sekian lama, akhirnya saya kembali kemari. Tapi sayangnya… hari ini saya sudah memutuskan… bahwa saya akan mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai Kazekage."
Tentu saja, rakyat Suna syok. Terutama fans Gaara, yang tetap setia meski yangn bersangkutan sudah menikah dan memiliki anak, yang kelihatan kecewa.
"Banyak alasannya, tapi yang terutama adalah… karena saya tidak bisa meninggalkan keluarga saya," jelas Gaara dengan tegas.
"Karena itu, mulai sekarang, tugas saya akan digantikan oleh saudara saya sendiri, Kankurou…," ucap Gaara lagi, bergeser sedikit dan mempersilahkan Kankurou untuk berdiri di sampingnya.
Jelas saudaranya terlihat tegang namun mencoba untuk tetap tegar.
Saat Gaara memberikan topi Kazekagenya pada Kankurou sebagai simbolis, rakyat Suna bertepuk tangan dengan meriah.
Naruto hanya tersenyum menyaksikannya dari belakang. Mungkin, ini bukanlah hal yang mereka sangka akan terjadi, tapi…
Ia memandang Ryuuki yang bergerak dalam tidurnya.
Ia tahu hal ini akan menjadi awal dari sesuatu yang bagus…
IoI
"Kau sangat beruntung, kau tahu? Kau punya ibu yang sangat menyayangimu sampai rela melepaskan jabatannya sebagai Kazekage hanya untukmu."
Ryuuki menatap ayahnya sambil bermain dengan tangannya. Tentu sang bayi tak mengerti, hanya tersenyum dan memainkan tangannya sepanjang waktu. Saat-saat seperti ini adalah saat yang sangat jarang, saat-saat Ryuuki bisa bangun dan bermain seperti bayi pada umumnya.
"Hah… kadang aku cemburu padamu… tapi, mau bagaimana lagi ya?"
Ryuuki hanya tertawa kecil, tampak tak peduli sementara ia sibuk bermain dengan jari-jari ayahnya.
"Setidaknya bagi susunya dong… aku kan juga mau coba."
DUAK!
"Aduh!" Naruto mengerang kesakitan, ia menoleh melihat Gaara yang kelihatan kesal dengan sebuah botol susu di tangannya.
"Jangan bicara hal-hal mesum di depan Ryuuki!" bentak Gaara dengan galak, Naruto hanya meringis saja. Gaara membuang muka dan ia beralih pada Ryuuki.
"Ryuu-chan… waktunya minum susu…," gumamnya lembut, mengambil Ryuuki dari boxnya.
Naruto hanya cemberut melihat Gaara dengan penuh kasih sayang menimang-nimang Ryuuki sambil memberikannya susu.
Yah, apa boleh buat… senyum hadir di bibirnya.
Mereka memang bukan keluarga yang normal.
Tapi, ia sangat mencintai keluarganya ini.
Tbc
Jadi… akhirnya, chapter pertama! Apakah aneh? Apakah Ryuuki Marry Sue? *mana ketahuan!
Ok, chapter besok, updatenya lama. Aduh ujian nih! Mampus! Mampus! Aduh! Mati nih! Udahlah, sekitar 2-3 minggu lagi baru bisa update. Doain aja ujian saya lulus jadi bisa update lebih cepet
Yosh review!
Review! Review! *teriak-teriak ala cheerleaders *sindrom stress mau ujian
