Ohayou/Konnichiwa/Konbanwa! Entah kenapa kamus bahasa inggris dalem otak saya konslet, jadi saya nulis bahasa indonesia sementara owo
Btw, maaf, saya jarang nulis pake bahasa Indonesia, jadi masih kaku dan abal owo
I don't own Cardfight! Vanguard. Saran dan perbaikan dibutuhkan owo
Update (05/01/2013) : Makasih buat Ryudou Ai untuk saran dan perbaikannya! XD
-Chapter 0 : Prolog-
The Last Chance
Sekali lagi, 'dia' melihat anak itu.
Anak itu berjalan seorang diri seperti biasa. Wajahnya yang tertunduk penuh luka-luka seperti biasa. Wajahnya yang manis menunjukkan kesedihan dan kesepian seperti biasa.
Namun 'dia' tidak melakukan apapun.
'Dia' hanya menatapi anak itu hingga anak itu berjalan melewatinya dan menghilang di ujung jalan…
Seorang anak laki-laki terbangun dari tidurnya yang lelap oleh cahaya matahari yang merembes masuk dari jendelanya yang terbuka. Mata birunya masih berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya matahari. Dengan susah payah, dia bangkit dari kasur empuknya yang nyaman begitu mendengar suara teriakan adiknya dari lantai bawah yang menyuruhnya untuk bangun dan bersiap.
Meskipun sudah terbangun sepenuhnya, Aichi Sendou tetap diam, terduduk di sisi kasurnya dan memandang kosong pintu kamarnya sambil bergumam, "Aku… melihat mimpi itu lagi…"
Hari ini pun berjalan seperti biasa; setiap pagi, dimarahi Emi—adiknya, karena dia terlambat bangun, pergi ke sekolah, belajar, berbicara dengan Morikawa dan Izaki ketika waktu istirahat, lalu belajar lagi. Setiap hari melakukan hal yang sama tanpa putus. Setiap hari seolah berwarna abu-abu di mata Aichi Sendou.
Tanpa sadar, waktu sekolah telah berakhir. Ketika Aichi melihat sekeliling, kelas telah kosong. Bahkan Morikawa dan Izaki sudah pergi dari kelas. Aichi mendesah pelan.
Bahkan oleh kedua sahabatnya, Katsumi Morikawa dan Yuuta Izaki, dia sering dilupakan.
Aichi buru-buru merapikan barang-barangnya dan hendak beranjak pergi, namun ketika dia menoleh ke tempat duduk Izaki yang berada di sebelahnya, dia melihat dua buah tas yang seolah dilupakan oleh pemiliknya.
Pasti tas mereka berdua, pikir Aichi sembari memperhatikan kedua tas yang tergeletak di atas meja Izaki. Memang ini milik mereka, ada beberapa kotak dan bungkus sebuah permainan yang sering Morikawa mainkan. Aichi ingat waktu istirahat tadi, Morikawa sibuk membuka sebuah… hmm, apa namanya tadi? Ah, Aichi tidak ingat, dan dia juga tidak peduli dengan nama permainan kartu yang sering mereka mainkan. Ah, mereka juga bilang akan bermain di sebuah tempat yang bernama… Card Capital, bukan? Mendesah pelan, Aichi mengambil tas Morikawa dan Izaki dan langsung keluar dari kelas yang sudah kosong.
Aichi membiarkan kakinya berjalan menuju tujuannya, Card Capital. Entah mengapa dia merasa mengenal jalan ini, seolah dia sering berjalan di jalan ini. Mungkin Morikawa dan Izaki pernah membawanya ke Card Capital?
Tidak. Itulah yang dia ingat.
Mengabaikan perasaan anehnya dia hanya terus berjalan.
"…Ini?"
Aichi memperhatikan sebuah toko yang bertuliskan 'Card Capital' dengan huruf besar. Ah, tempat ini juga terasa begitu familiar. Aichi mendecak keras. Perasaan aneh ini mengganggunya.
Menarik nafas dalam-dalam, Aichi berjalan ke arah pintu, yang otomatis terbuka begitu Aichi mendekati pintunya…
Dalam toko itu begitu ramai. Banyak orang-orang yang berbincang-bincang, bermain, bahkan ada yang sedang berdebat. Aichi mendesah lagi. Dia begitu benci tempat ramai seperti ini.
"Selamat datang di card capital."
Suara seorang perempuan datang dari meja kasir di sebelahnya. Aichi membungkuk sedikit pada perempuan itu sebelum melihat sekeliling ruangan untuk mencari kedua sahabatnya.
Begitu Aichi menemukan kedua sahabatnya, dia langsung menghampiri meja tempat mereka berdua. Andai saja dia tinggal sebentar saja disana, mungkin dia bisa mendengar gumaman perempuan di balik meja kasir tersebut.
Di depan Morikawa, yang sibuk bermain dan Izaki, yang memperhatikan Morikawa dengan tatapan panik, ada dua orang anak SMA yang menggunakan seragam SMA Hitsue. Aichi tidak bisa melihat wajah mereka karena mereka membelakangi Aichi. Yang bisa dia lihat adalah orang yang duduk di hadapan Morikawa memiliki rambut cokelat berantakan, dan yang berdiri disisinya adalah laki-laki dengan rambut pirang.
"…Gancelot, serang Juggernaut Maximum!"
Seruan dari laki-laki berambut cokelat itu menyadarkan Aichi dari lamunannya. Sekali lagi, dia hanya memandangi punggung laki-laki itu.
Sesuatu tidak benar, pikirnya tiba-tiba. Entah kenapa dia merasa mengenali laki-laki ini. Dia terus berusaha mengingat, namun otaknya terus menolak perintahnya. Hari ini seolah semua tidak berjalan benar bagi Aichi.
Aichi membuang jauh-jauh perasaan aneh itu dan langsung memanggil Morikawa dan Izaki. "Morikawa-kun, Izaki-kun, kalian meninggalkan tas kalian."
Hanya Izaki dan laki-laki berambut pirang yang menoleh ke arahnya. "Ah, Aichi. Maaf kami meninggalkanmu. Morikawa langsung menyeretku kesini." Izaki melewati laki-laki berambut pirang dan mengambil tasnya dan Morikawa sambil tertawa terkekeh. "Maaf merepotkan."
"Nn, tidak apa-apa…" Aichi tersenyum dan menengok ke arah Morikawa. "Morikawa-kun tidak apa-apa?"
"Ah, biarkan saja dia. Itu salahnya sendiri." Laki-laki berambut pirang menjawab sebelum Izaki berbicara. "Aku bingung kenapa laki-laki diam sepertimu mau berbicara dengan pecundang itu."
"A-ah! Jangan bicara begitu tentang Morikawa-kun!"
Dia hanya mengangkat bahunya sambil tertawa pelan, lalu menepuk pundak temannya sambil berkata, "Ayo, Kai. Akan kutunjukkan tempat bertarung lain yang—"
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, laki-laki yang dipanggil Kai langsung berdiri dan berbalik, mata hijaunya yang tajam memandang wajah Aichi. Tubuh Aichi meregang, entah kenapa jantungnya berdebar, berdebar karena perasaan anehnya makin terasa begitu menatap wajahnya yang tampak sangat familiar.
Kai berbalik, sekali lagi, memunggungi Aichi dan berkata pada Morikawa, "Kau bilang kau akan melakukan apa saja jika aku menang, kan?" Lalu dia berbalik, memandang Aichi dari sudut matanya. "Aku akan membawa anak ini."
Morikawa membulatkan matanya dan menatap Aichi dengan kaget. Bukan hanya Morikawa; Izaki dan laki-laki berambut pirang juga menatapnya dengan tatapan yang sama.
"J-Jangan libatkan Aichi! Ini urusan kita berdua!"
Kai mendesah keras, lalu berjalan sambil menarik lengan Aichi, tidak menghiraukan ucapan Morikawa sebelumnya. Aichi tidak memberikan perlawanan. Dia terus memandangi wajah Kai, masih berusaha untuk mengingat laki-laki ini. Mungkin kah mereka pernah bertemu sebelumnya? Kenapa orang ini begitu familiar?
Kai, yang sepertinya merasa ditatapi sejak tadi, mendesah dan menatap balik Aichi dengan tatapan tajam. "Jangan lihat aku seperti itu."
"E-eh? M-Maaf…"
Begitu Aichi sadar, Kai telah membawanya ke sebuah pertokoan yang memang tidak jauh dari Card Capital. Sejak awal, Aichi memang ingin mengunjungi tempat ini setelah memberikan tas Morikawa dan Izaki. Mungkinkah laki-laki ini bisa membaca pikirannya?
Tidak mungkin. Mungkin hanya kebetulan saja, dia menambahkan dalam hati.
Melihat ekspresi Aichi yang terlihat tidak terlalu tegang, Kai melepaskan genggamannya, masih menatap lurus ke wajah Aichi.
"Apa… kau tertarik dengan Vanguard?"
Pertanyaannya yang tiba-tiba membuat Aichi sedikit terkejut.
"Ah… tidak juga." Aichi menjawab dengan jujur. "Aku sering melihat Morikawa-kun dan Izaki-kun bermain, namun aku tidak pernah mengerti bagaimana cara memainkannya."
Kai menutup matanya dan mengangguk. Raut wajahnya tetap datar, tidak berubah.
"Pertahankanlah." Kai bergumam sambil berbalik.
"E-Eh?"
"Seperti ini lebih baik." Katanya, menekankan perkataannya yang sebelumnya. "Kau tidak perlu mengerti. Kau akan lebih damai seperti ini." Setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi.
"A-Ano!" Aichi berseru, "A-Aku Aichi Sendou! Mungkin lain kali kita bisa berbincang lagi…"
Dia tidak berhenti berjalan ataupun berbalik, namun dia menjawab, "…Aku Toshiki Kai."
Aichi tersenyum kecil. Mungkin saja, setelah bertemu dengan Toshiki Kai, hari-hari abu-abunya telah berakhir.
Namun dalam benaknya, dia masih memikirkan pertanyaan yang tidak mampu dia tanyakan pada laki-laki itu.
"Apakah kita pernah bertemu?"
"Mengapa kau tidak ingin aku bermain Vanguard?"
