Hai minna~, perkenalkan saya Nana Kurosaki. Para senpai manggil saya Na-chan aja.
Saya sebenernya udah dari dulu baca FFn dan udah kebelet pingin jadi author di sini .
Tapi saya dibantuin sama Astrella-chan dan Mirae-chan! Makasih banyak ya buat kalian berdua! *sembah sujud*
Karena ini fic saya yang pertama, para senpai saya mohon bantuannya ya *bungkuk-bungkuk*
Mungkin banyak kesalahan kata dan peletakkan titik, koma, atau apalah itu namanya. Senpai-senpai tolong beritahu saya ya *puppy eyes*
Nah, sekarang ngga banyak bacot lagi. Kembali ke fanfic!
Disclaimer : Bleach itu milik Tite Kubo. Saya hanya orang yang meminjam chara di Bleach.
Genre : Romance/ Friendship/ Hurt, Comfort
Rated : T
Pairing : Ichiruki
Warning : OOC, gaje, abal, Typo, dan segala gejala fanfic *?* lainnya and NO FLAME, PLEASE!
Summary : Ichigo Kurosaki, Rukia Kuchiki, dan Sousuke Senna adalah tiga sahabat sedari kecil yang tak terpisahkan. Walau status mereka berbeda-beda, mereka tak pernah memikirkan itu. Tapi saat menginjak masa remaja, tumbuh cinta di antara mereka masing-masing. Akankah mereka membiarkan cinta mereka berlalu demi menjaga persahabatan atau berusaha mendapatkan cinta mereka?
Triangle Love
Chapter 1
Prolog
Don't Like Don't Read!
Enjoy !
Normal POV
"Ruki! Ayo cepat! Nanti kita bisa telat!" teriak seorang gadis berkuncir ekor kuda bernama Sousuke Senna sembari melambaikan tangan dari luar rumah sahabatnya itu. Ia sangat tak sabar melihat sekolah barunya. SMA Karakura.
"Iya sebentar, Sen!" jawab gadis satunya yang bernama Rukia Kuchiki sambil mengikat tali sepatunya.
"Huh! Kebiasaan lambatmu itu memang tidak akan pernah berubah, Rukia." kali ini laki-laki berambut oranye yang berbicara. Namanya Ichigo Kurosaki.
Yap! Mereka adalah tiga bersahabat. Lebih tepatnya, sahabat sedari kecil yang sangat akrab.
"Diam kau, stroberi-jeruk."
"Apa, pendek?"
"Kau tuli ya? Kubilang, diam kau stroberi-jeruk."
"Aku bukan stroberi-jeruk, cebol!"
"Aku juga bukan pendek, stroberi!"
"Kurcaci!"
"Jeruk!"
"Midget!"
"Duren!"
"SUDAH CUKUP!" teriak Senna menggelegar. Sambil berkacak pinggang, dia melanjutkan, "Kalian ini! Sudah kubilang berkali-kali. JANGAN BERTENGKAR! Kenapa masih belum mengerti sih!"
"Habis... dia duluan sih." kata Rukia dengan wajah cemberut dan melirik Ichigo.
"Apa liat-liat, midget!"
"Siapa yang liat, jeruk?"
"Barusan tadi..."
"Hei kalian! Sudahlah, tidak usah bertengkar sehari saja, kenapa sih? Kalian mau kita terlambat di hari pertama masuk SMA?" kata Senna. Kemudian dia memisahkan Ichigo dan Rukia agar mereka tidak bertengkar lagi.
"Nah, sekarang ayo kita berangkat dengan tenang!" perintah Senna, lalu dia mendorong tubuh Ichigo *emangnya bisa?**plak* dan Rukia agar mulai berjalan.
Sesampainya di SMA Karakura...
"Waah! Indahnya!" puji Senna saat mereka bertiga sampai di SMA Karakura. Dia begitu takjub saat melihat sekolahnya yang tidak begitu besar, tetapi penuh dengan pepohonan (bukan hutan, lho) dan berbagai jenis tumbuhan lainnya. SMA Karakura memang sekolah yang paling asri dan indah di Jepang.
"Wow! Hebat! Memang Indah! Aku memang pernah melihatnya, tapi bukan dari jarak sedekat ini." kali ini Rukia yang memuji. Dia juga sama-sama takjub melihat sekolah asri nan indah juga bersih di depannya.
"..." Ichigo sama sekali tak berniat berbicara karena dia memang sudah pernah masuk ke dalam SMA ini. 'Lagipula, untuk apa terkejut seperti orang bodoh.' lanjutnya dalam hati.
Sebenarnya, mereka bertiga mendapatkan rekomendasi dari kepala sekolah SMA Karakura untuk bersekolah di situ karena kepintaran dan kepandaian mereka. Tentu saja mereka menerima dengan senang hati. Kan enak bersekolah di SMA yang terkenal paling asri dan indah di Jepang tanpa perlu ikut tes lagi. Tapi, khusus untuk Rukia dan Senna yang sama-sama kaya, segalanya diurus oleh 'orang kepercayaan' ayah mereka yang mereka sendiri tak tau siapa. Tapi mereka berdua selalu bersikap rendah diri. Karena itu, walaupun sudah ada mobil dan supir di rumah, mereka tetap bersikeras mau berjalan kaki ke sekolah. Selain itu mereka juga senang berjalan kaki karena mereka dapat menghirup udara segar di pagi hari.
Sedangkan Ichigo, dia hanya orang berkehidupan sederhana. Ayahnya pun hanya bekerja menjadi dokter di klinik keluarganya yang berada tepat di samping rumahnya. Ichigo juga selalu berperilaku mandiri. Jadi, segalanya dia urus sendiri.
~nanana~
Mereka kini sedang berjalan di halaman SMA Karakura yang luas itu. Rukia dan Senna tak berhenti-berhentinya mengucapkan kekaguman mereka dan menoleh kesana kemari seperti orang yang sedang bingung. Sedangkan Ichigo hanya berjalan di samping Rukia dengan tenang dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi yang jelas-jelas mengatakan aku-tidak-peduli.
Ketiga sahabat itu terus saja berjalan tanpa memperdulikan tatapan kagum dari murid-murid lainnya seakan mereka itu hanya angin lewat.
"Eh, yang cowok itu keren ya!"
"Benar. Keren sekali..."
"Hei, lihat yang cewek berkuncir ekor kuda berambut ungu itu. Manis ya!"
"Iya. Benar. Cantik sekali. Tapi cewek yang di sebelahnya tidak menarik ya. Pendek dan berdada rata."
"Masa? Menurutku manis, lho."
"Kyaa! Aku bersyukur sekali bisa masuk SMA ini!"
"Iya. Kita jadi bisa bertemu cowok keren itu!"
Dan terdengar desas-desus lainnya di sepanjang perjalanan mereka menuju gedung SMA Karakura. Tapi mereka benar-benar tidak memperdulikannya (cuek bebek amat sih *plak*). Akhirnya, setelah melewati halaman sekolah yang luas itu, mereka sampai di dalam gedung sekolah.
Rukia dan Senna menatap kagum koridor sekolah itu, "Wah! Dalamnya pun penuh dengan tumbuhan! Udaranya terasa segar sekali!" puji Senna. "Benar, segar sekali! Juga indah." kali ini Rukia yang memuji.
Ichigo? Tak perlu ditanya lagi, yang pasti dia hanya diam seperti orang bisu *diinjek Ichigo*. Lalu, mereka berjalan menuju ruang Kepala Sekolah bersama dan tentunya tetap tak mempedulikan tatapan kagum dan lainnya dari murid-murid disana.
Sampai di ruang Kepala Sekolah...
"Oh! Selamat pagi. Kalian sudah datang, ya! Saya sudah menunggu kedatangan kalian bertiga. Ayo duduk dulu." seru seorang pemuda berambut kuning pucat dan berkulit putih pucat pula.
"Selamat pagi." sapa mereka bertiga alias Ichigo, Rukia, dan Senna. Lalu mereka duduk di kursi yang tersedia di depan pemuda pucat itu.
"Nah, kalian pasti mau menanyakan kelas kalian bukan?" tanya pemuda itu dan mulai membuka buku daftar siswa. Sedangkan mereka bertiga mengangguk-angguk.
"Dimana kelas kami Urahara-san?" tanya Rukia.
"Hm.. Kalian akan dimasukkan ke kelas 1-3. Semoga dengan bakat kalian, kalian bisa menyesuaikan diri disana." jawab Kepala Sekolah itu sembari tersenyum dan menutup buku daftar siswa di tangannya . Sebenarnya, Ichigo direkomendasikan disini karena kemampuan bermain basketnya yang luar biasa, Senna karena suara emasnya, dan Rukia karena permainan pianonya yang sangat indah. Mereka sama-sama memiliki bakat yang hebat, karena itu banyak yang menyegani mereka.
Ichigo, Rukia, dan Senna mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah! Kalian pasti tidak tau dimana letak kelas kalian, kan? Karena itu, akan ada yang mengantar kalian. Tessai!" setelah itu, datang lelaki bertubuh kekar berkumis dan berambut panjang dikepang. Tessai lalu memandang Ichigo, Rukia, dan Senna bergantian dengan tajam seperti polisi menginterogasi penjahat.
Ichigo POV
'Kenapa orang ini melihat kami seperti ini sih? Mana wajahnya seram lagi.'
Rukia POV
'Ini Tessai yang barusan dipanggil Urahara-san kan? Wajahnya seram sekali sih. Melihat kami dengan tatapan seperti itu pula.'
Senna POV
'Hiii... Kenapa dia memandang kami seperti itu? Memangnya kami terlihat seperti buronan penjahat ya?'
Normal POV
Itulah isi pikiran mereka masing-masing yang masih ngeri melihat wajah Tessai yang seram itu. Tapi lelaki itu tetap saja memandang mereka bertiga dengan tatapan tajam setajam silet! *plak* Sedangkan Urahara yang melihat pemandangan seperti itu di depannya malah senyam-senyum sendiri seperti orang gila. *dikubur Urahara*
"Ayo, kita segera ke kelas kalian." ucap Tessai singkat, padat, jelas sambil berbalik dan melangkah pergi. Ichigo, Rukia, dan Senna hanya bisa melongo di tempat. "Tunggu apa lagi? Ayo ikuti aku! Nanti kalian bisa terlambat jam pertama." perintah Tessai.
"Ba-Baik!" mereka bertiga segera mengikuti kemana Tessai pergi.
~nanana~
Kelas 1-3 saat ini sangat ricuh. Diantaranya banyak yang sedang bergosip, bermain, tertawa, melawak *?* dan lain-lain. Kelas tersebut masih berisik sampai seorang guru datang.
CEKLEK *suara pintu dibuka*
"Selamat pagi, anak-anak! Bagaimana kabar kalian hari ini?" seru Ochi-sensei, wali kelas 1-3 yang sangat bersemangat tapi galak.
"Baik, sensei!" ucap murid 1-3 bersamaan.
"Bagus! Kalau begitu sebelum kita semua memulai pelajaran, sensei ada kejutan untuk kalian semua. Mungkin kalian banyak yang sudah tahu ya. Nah, masuklah dan perkenalkan diri kalian!"
Terlihat Ichigo, Rukia, dan Senna berjalan masuk dan berhenti tepat di depan kelas. Tiba-tiba murid jadi makin ricuh melihat kedatangan murid yang mendadak terkenal itu di kelas mereka. Ochi-sensei pun menenangkan mereka.
Melihat keadaan yang sudah tenang, Ichigo mulai memperkenalkan diri, "Perkenalkan, namaku Ichigo Kurosaki. Kalian boleh memanggilku Ichi atau Ichigo."
"Namaku Rukia Kuchiki. Silahkan memanggilku Rukia. Dan mohon bantuannya." lanjut Rukia.
"Perkenalkan minna~, namaku Sousuke Senna! Kalian boleh memanggilku Senna. Mohon bantuannya ya~."
"Yak, perkenalan sudah selesai. Ada yang mau bertanya?" jelas Ochi-sensei.
Semua anak disitu langsung mengangkat tangan dan membanjiri mereka dengan seribu pertanyaan.
"Apakah Kurosaki-kun sudah punya pacar?" siswi berambut oranye panjang dan berdada *ehem* besar segera bertanya kepada Ichigo dengan pertanyaan yang tak seharusnya ditanyakan pada siswa baru.
"Senna-chan boleh minta nomor hapemu?" kali ini laki-laki berwajah mesum yang bertanya.
"Ichigo-kun mau jadi pacarku?"
"Rukia-san! Minggu kencan yuk!" dan segala pertanyaan tak penting lainnya dilontarkan hampir dari seluruh anak. Ichigo hanya cuek saja sedangkan, Rukia dan Senna cengo mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya permintaan aneh tersebut.
"SUDAH DIAM SEMUANYAAA!" teriakan Ochi-sensei menggelegar di kelas 1-3 tersebut. Dalam sekejap,siswa-siswi yang dari tadi mengoceh hal yang tak penting itu diam membisu.
"Kalian bertiga duduk di bangku tengah yang kosong disitu, ya." kata Ochi-sensei dengan tenang sambil menunjuk 3 kursi kosong yang berada di posisi tengah itu.
"Baik." Ucap mereka bertiga bersamaan dan segera menuju bangku yang sudah disiapkan khusus untuk mereka.
"Nah, pelajaran akan segera dimulai. Buka buku Matematika kalian halaman 54." perintah Ochi-sensei setelah melihat Ichigo, Rukia, dan Senna duduk. Siswa lainnya segera membuka buku tapi ada sebagian yang masih terpesona melihat mereka bertiga.
Ichigo, Rukia, dan Senna sendiri dengan patuh segera membuka buku mereka. Tak mempedulikan tatapan dari sebagian siswa yang masih memandang mereka padahal didepan mereka ada guru yang sedang menerangkan pelajaran.
Apakah ini awal perjalanan persahabatan mereka?
~TBC~
*cengo ngeliat fic sendiri dia atas* Huaah! Kacau!
Gimana pendapat readers? Jelek juga ya? Juga banyak basa-basi ya?
Maklum saya masih anak baru di FFn yang juga nilai Bahasa Indonesia saya yang udah mau saya telan bulat-bulat.
Maklumi juga fic saya yang kacau balau + jelek ini. Saya ngga mahir bikin cerita.
Btw, saya minta reviewnya ya *plak*
