01
SEXUAL DESIRE?
.
I can't stop this trembling
.
.
.
.
Crap!
Rasanya malam itu aku benar-benar diluar kendali. Seperti semuanya bukan aku, sama sekali bukan aku. Aku bukanlah tipe gadis 'murah' ataupun gadis yang membiarkan siapapun menyentuhnya. Tapi pesta semalam... shit! Sepertinya aku harus benar-benar melupakan semuanya. Mungkin semuanya tidak pernah terjadi, karena aku mabuk. Well, ya. Ya, aku mabuk. Mabuk dan ditinggalkan setengah telanjang di kamar mandi setelah laki-laki itu menyetubuhiku.
Aku sama sekali tidak tahu siapa dia. Dan aku tidak tahu bagaimana pastinya kami bisa bercinta di malam itu. Seingatku, aku sedang mencoba mengeluarkan isi perutku yang terasa mual, lalu dia yang mungkin juga sedikit mabuk masuk, dan setelah itu... sial! Aku tidak tahu pastinya yang jelas semua sentuhan itu masih terasa di sekujur tubuhku.
"Baby?"
Apalagi ketika dia menciumku... seperti—"
"Lisa? Baby? Hei!"
Aku mengerjapkan mataku dan tersadar dari segala lamunanku. Di sampingku, Yoon-gi, menatapku heran karena hampir sejak kami sampai di café ini, aku sering sekali melamun.
Kejadian selamam tidak akan seburuk yang dibayangkan jika saja pada saat itu aku tidak memiliki siapapun.
Yoon-gi merapikan poniku dan bertanya tentang apa yang kupikirkan. Namun aku hanya menggelengkan kepalaku dan menaruh daguku di bahunya—yang duduk di sampingku.
Masalahnya, aku memiliki kekasih dan belum pernah seumur hidupku aku menjadi 'murahan' seperti kemarin.
Tidak! Aku tidak murahan!
Aku hanya mabuk.
Yoon-gi menepuk kepalaku sebelum kembali menatap kedua temannya yang duduk di hadapan kami. Satu bernama Seokjin—ia duduk di depan Yoon-gi. Sementara Taehyung yang duduk di hadapanku. Dan ada dua kursi kosong untuk satu orang yang belum datang.
Aku dan Yoon-gi sudah berhubungan sekitar lima bulan. Namun ini pertama kalinya ia memperkenalkanku kepada teman-teman baiknya. Alasannya karena sebelumnya aku sering pulang ke rumah orangtuaku di Thailand—well, aku lahir disana—dan juga saat itu belum ada waktu yang cocok. Teman-temannya juga sering pergi keluar kota atau negeri setahuku—ya tadi setidaknya mereka berdua bercerita sedikit.
Melihat mereka mengobrol kembali, aku membenarkan posisi dudukku dan mencoba untuk tidak memikirkan apapun tentang semalam. Aku berharap dapat melupakannya seperti ia yang pasti melupakanku. Atau bahkan tak akan ingat sedikitpun padaku.
Lalu Taehyung berdiri dari duduknya dan mengatakan bahwa ia akan memesan caramel macchiato lagi. Memang sih dia sempat menyinggung bahwa setiap kali ia ke Starbucks, ia akan memesan minuman itu lebih dari sekali.
Dan aku memperhatikannya ketika ia beranjak dari kursi kami. Memperhatikannya hanya untuk mengisi waktuku disaat Yoon-gi dan Seokjin melupakan keberadaanku disana karena obrolan mereka yang tidak kumengerti.
Kemudian Yoon-gi berseru, membuatku meliriknya dan melihat ia melambaikan tangan. Mungkin temannya yang satu lagi sudah datang. Namun ketika aku menoleh untuk meliriknya, aku tidak sengaja menyenggol smartphone-ku di atas meja dan membuatnya jatuh. Terpaksa aku menunduk dan mencoba meraih smartphone-ku. Bisa kulihat juga sepasang sepatu sneakers itu mendekat kemari. Sepertinya memang sudah lengkap 'pertemuan mengakrabkan diri ini'. Kulihat dari arah kakinya, ia akan duduk di hadapanku. Sehingga aku mempercepat tanganku meraih smartphone dan membenarkan posisi dudukku lagi agar sopan.
Dan,
kuulang sekali lagi,
kejadian semalam tidak akan seburuk yang dibayangkan jika saja pada saat itu aku tidak memiliki siapapun.
Tetapi...
Teman Yoon-gi itu duduk dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ditebak. Tidak, dia tidak menatapku sama sekali.
Namun aku yakin...
Kejadian semalam benar-benar tidak akan seburuk kenyataan bahwa aku dan teman baik Yoon-gi telah melakukan hal yang akan merusak pertemanan mereka.
"Kook-ah, kenapa lama sekali? Ini Lisa yang kuceritakan padamu." Ucap Yoon-gi padanya. "Dan Baby, ini Jungkook. Yang paling sering aku ceritakan padamu karena kami berdebat banyak namun saling menyayangi sangat."
Tidak. Aku bercinta dengan sahabat kekasihku semalam.
Dia melirik untuk menatapku dan tersenyum, sehingga Yoon-gi dapat menilai bahwa detik ini kami telah berteman.
Apa kau melupakanku? Atau memang kau tidak merasa bersalah?
Fuck!
Apa yang kau pikirkan Lalisa!
"Jungkook."
Dan sepatah kata dari mulutnya keluar, membuatku merinding. Membuat semua memori tentang selamam berputar kembali dalam kepalaku. Sangat memaksa.
Aku mencoba melupakannya namun bibir ini bergetar saat aku mengucapkan namaku sendiri. "L-Lisa."
Taehyung kembali dan mendesis kesal karena Jungkook merebut kursi yang semula miliknya. Ia pun duduk di sisi lain meja yang berdekatan denganku dan Jungkook.
Kemudian Seokjin memulai pembicaraan yang memicu lainnya untuk menimpali.
Aku membenci hal ini.
Apa yang salah dari hidupku?
-:o+o:-
"Apa kau tidak menyukai mereka?"
Aku terkesiap saat Yoon-gi menyodorkan sebuah mug, menempelkan permukaannya pada pipiku. Dari aromanya kurasa berisi coklat panas. Kulihat ia duduk di sampingku yang sedang bergelung selimut di sofa apartemen Yoon-gi.
"Sepulang dari café, kau terlihat tidak bersemangat? Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"
Tanganku menerima mug itu dan menggenggamnya. Aku menggeleng pelan, mencoba tidak memikirkan apapun untuk mencari sebuah jawaban.
Mataku menatap jam dinding yang tergantung di atas televisi di hadapan tempatku berada. Dimana sekarang menunjukkan pukul sebelas malam, sudah dua jam semenjak hujan turun dengan derasnya.
Yoon-gi merapatkan tubuhnya padaku, lalu memeluk tubuhku yang masih bergelung selimut. Aku menyesap coklat itu perlahan dan seketika rasa pahit manis terasa di tenggorokanku. Lalu Yoon-gi mencium pipiku, kemudian pada rahangku dan turun pada leherku. Dan aku membiarkannya. Bukan karena tak suka, namun karena pikiranku selalu kembali pada perasaan bersalahku tentang kemarin.
Aku mabuk, namun semua sentuhan itu nyata.
Jungkook.
Namanya... Jungkook.
Yoon-gi meraih mug yang masih aku genggam lalu menaruhnya di meja depan kami. Ia masuk ke dalam selimut yang membalut tubuhku, kemudian menciumku. Kubalas ciuman Yoon-gi dan sempat terbayang sosok pemuda yang akhirnya bisa kulihat jelas wajahnya di depan mataku sore tadi. Tanganku melingkar di lehernya, membuatnya menindih tubuhku dan menciumku lebih dalam. Kubalas ciumannya se-agresif yang ia berikan padaku. Yoon-gi menghisap bibir bawahku dalam, sebelum menyelipkan lidahnya dan memainkannya dengan lidahku. Terkadang ia memberikan gigitan kecil yang membuatku melenguh. Kakinya berada di antara pahaku, mulai menggesekkan area bawahnya yang sudah agak mengeras pada daerah di antara selangkanganku. Aku mendesah pelan, sembari menggesekkan juga tubuhku padanya.
Aku menyukai Yoon-gi, aku tak bohong.
Kurasa Yoon-gi sudah tidak sabar untuk menyetubuhiku. Karena ia segera melucuti hotpants-ku, lalu memainkan jarinya pada vagina-ku yang masih terbalut celana dalam berwarna ungu. Aku mendesah, kurasa aku sudah basah. Yoon-gi berhenti mencium bibirku dan menciumi leherku kembali. Lidahnya menjilati permukaan leherku, membuat tubuhku bergelinjang. Ditambah dengan jarinya yang terus ia gesekkan pada vaginaku.
"B-Baby..."
Aku mendesah, mengeluarkan suaraku yang sudah dipenuhi nafsu. Aku juga menginginkan ini. Aku ingin segera merasakan Yoon-gi di dalam tubuhku. Dan tentu Yoon-gi pun tahu hal itu. Yoon-gi segera melepas celana dalamku, agak kasar dan entah ia taruh dimana setelahnya. Lalu kudengar ia menurunkan resleting celananya.
Yoon-gi mengocok penisnya sebentar, lalu menggesekkannya pada permukaan vagina-ku. Desahanku terdengar semakin jelas, mengalahkan suara hujan deras diluar sana. Lalu Yoon-gi melebarkan kedua pahaku, menempatkan ujung penisnya pada mulut vagina-ku lalu mendorongnya perlahan.
Ia menggeram. Suara itu menyenangkanku. Kupeluk erat lehernya saat Yoon-gi semakin mendorong masuk penisnya dan tertanam sempurna di dalam milikku yang sempit dan sudah basah. Yoon-gi mengecup bibirku sebelum menggerakkan pinggulnya sehingga penisnya bergerak di dalamku.
Aku menyukainya.
Aku—
Drrt... drrt...
Drrt... drrt...
Yoon-gi melirik smartphone-nya yang bergetar di meja. Namun aku menciumnya agar ia fokus padaku. Sialan siapapun dia yang mengganggu.
Yoon-gi pun tetap bergerak, bahkan sempat menghentakkannya dan membuatku melenguh nikmat.
Tetapi suara getaran smartphone itu mengganggu. Tetap tidak mau berhenti.
Drrt... drrt...
Aku berharap Yoon-gi mengabaikannya, karena aku takut ia mengangkat panggilan menggangu yang membuat Yoon-gi terus meliriknya.
Drrt... drrt...
"Baby... nghh f-faster..." desahku. Aku mencoba mendapatkan Yoon-gi sepenuhnya padaku.
Namun ternyata ia meraih smartphone-nya. Walau ia tidak berhenti bergerak, namun pilihannya cukup membuatku memutar kedua bolamataku.
"What the fuck, Jungkook?! I'm in the middle of something now!"
Yoon-gi memagut bibirku namun aku menjauhkan wajahku sambal menatapnya. Ia mendengarkan apa yang lawan bicaranya katakan. Dan kalau tidak salah itu Jungkook.
What? Jungkook?
Yoon-gi menggeram rendah dan masih menggerakkan penisnya di dalamku. "Apa? Kau serius?"
Aku hanya menatap Yoon-gi.
Lalu tanpa bisa kubayangkan, Yoon-gi menghentikan kegiatan ini, melepaskan penisnya keluar dari dalam vaginaku dan beranjak dari atas tubuhku. Mataku membulat dan fuck! Aku tidak pernah dicampakkan seperti ini seumur hidupku.
"Tunggu sebentar, Asshole!"
Kemudian ia menutup telepon tersebut.
Belum sempat aku bertanya, ia sudah menyuruhku masuk ke dalam kamar. "Jungkook ada di depan pintu. Ia mampir kemari."
What the...?
Yoon-gi membenarkan celananya, menaikkan kembali resletingnya. Dan tidak peduli akan keadaanku yang horny dan... fuck! Aku membenci Yoon-gi bahkan Jungkook itu seumur hidupku.
Kubalut kembali tubuhku dengan selimut dan aku berjalan kesal ke arah kamar tanpa memperdulikan apapun.
Aku membanting pintu agak kasar dan tak tahu hasilnya nanti. Segera aku naik ke ranjang dan mencoba untuk memejamkan mataku walau dadaku masih menggebu antara nafsu dan kesal. Bergelung selimut dengan keadaan telanjang pada bagian bawah. Tidak berniat aku menyelesaikan nafsu ini walau sendiri, rasa kesal ini memenuhi perasaanku.
Aku hanya memejamkan mataku dan tidak sadar bahwa aku tertidur.
-:o+o:-
Sebuah tangan melingkar di pinggangku saat aku terbangun secara tak sengaja. Kulirik Yoon-gi sudah tertidur, memeluk tubuhku dari belakang. Lalu pada jam meja di samping ranjang—di meja nakas—yang menunjukkan pukul tiga lebih. Aku masih bergelung selimut sendiri, dan Yoon-gi terlihat sudah tertidur pulas. Mungkin dia sudah tidur sejak sejam atau dua jam yang lalu.
Rasa kesal itu muncul lagi. Tak pernah aku di nomor duakan, apalagi diinterupsi dan tidak dipedulikan. Aku berdecak lalu mencoba menjauhkan tangannya dariku, karena aku butuh ke kamar mandi. Setelah membebaskan diriku, aku beranjak ke kamar mandi yang masih berada di kamarnya ini.
Memirkan ini hanya membuatku kesal dan tidak bergairah.
Setelah itu, aku berniat untuk memakai celana dalamku namun kurasa tertinggal di ruang tv. Biasanya ada baju atau pakaian dalamku di lemari Yoon-gi, tetapi baru saja lusa kemarin kumasukkan semua pada laundry karena sebelumnya Yoon-gi lebih sering berada di apartemenku daripada disini.
Dan aku kedinginan, for god's sake.
Semua lampu sudah dimatikan seperti biasa. Aku keluar dari kamar dengan perlahan, tidak mau membangunkan Yoon-gi karena aku berencana untuk tetap kesal sampai ia meminta maaf padaku. Aku berjalan pada ruang tv dan mencoba mencari dimana celana dalamku. Kurasa Yoon-gi meninggalkannya disini.
Ah, mungkin saja tidak. Jungkook tadi kemari, pasti Yoon-gi sudah memindahkan celana dalam dan hotpants-ku ke tempat lain, dimana lagi selain di kamar. Aku membuang napasku dan berbalik untuk kembali, namun...
"Ungu? Apa kau se-misterius itu?"
Badanku bergidik dan rasanya dingin dari ujung rambut sampai ujung kakiku. Mataku membulat. Masih teringat akan suara rupawan itu.
Dan... apa dia menginap disini?
Aku berbalik dan melihat ia memegang celana dalamku. Sosok Jungkook dalam cahaya remang berada di hadapanku. Hal kedua yang membuat jantungku seperti berhenti berdetak saat itu juga adalah, saat aku menyadari bahwa aku tidak mengenakan apapun pada bagian bawah tubuhku.
Wajahku bukan memerah karena malu, namun ada getaran lain saat itu juga. Sial, kenapa hidupku harus diberi masalah seperti ini? Aku sadar telah bercinta dengannya dan aku harap itu hanya sebuah kesalahan dengan orang asing yang Yoon-gi tidak akan pernah tahu. Tetapi mengapa orang asing itu ternyata adalah teman baik kekasihku, dan juga MENGAPA IA BERDIRI DI HADAPANKU SEKARANG?
-:o+o:-
Hellooooooo~
Ini penghujung tahun 2016 kah? Wow, karya baru terakhirku kira-kira 2014, dan aku terakhir menulis beberapa bulan lalu.
Belum ada karya baru?
This is me! Untuk yang tahu Yuri Masochist pasti kalian akan menagih ff-ku yang belum sempat kuselesaikan, bukan?
Untuk yang mengenalku juga pasti kaget, karena aku kembali ke dunia ff dan tidak membawa materi seperti biasanya (yaoi dan yuri), dan malah membawa straight kesini?
That's okay~ aku masih melanjutkan karyaku yang lain, and I won't stop making yaoi or yuri fanfiction. Ini hanya selingan dan keinginanku pada LisaxJungkook hihi dua maknae yang benar-benar PUERFECTTTTTT AS FUCKKKKK
So, jika ingin mengetahui kelanjutannya, vote and comment, gimme your love and I'll give you a satisfaction
XOXO, YuriMasochist
