Black World

By: Kei Tsukiyomi

.

.

Author's Note: Jangan timpukin saya karena masih punya banyak hutang ff tapi malah buat ff baru. Salahkan ide ini yang melayang-layang terus di pikiran saya. Kalau tidak buru-buru diketik nanti hilang feelnya. #alasan

Terinspirasi dari beberapa ff yang saya baca, film werewolf dan hunger game.

Warning: AU, OOC, Typos, BL, lil bit dystopia,dll DLDR!

Pair: Haehyuk

Disclaimer: You Know Who(?) :v

Happy Reading~

.

.

.

Dia terus berlari dan berlari. Mengabaikan tamparan daun yang mengenai wajahnya. Mengabaikan angin dingin yang menusuk kulit. Nafasnya menderu naik turun tak karuan. Dia menoleh ke belakang, menatap awas setiap sudut yang terjangkau walau agak sulit karena penerangan yang hanya berasal dari sinar rembulan. Dia tidak boleh tertangkap. Dia harus segera melaporkan informasi yang didapat agar rencana busuk yang akan mempengaruhi keseimbangan dunia ini tidak terlaksana. Semua semakin terasa sulit karena lawan yang dihadapinya tidaklah sebanding ditambah jumlahnya yang banyak. Walaupun dia kuat, bahkan dijuluki agen FBI yang yang sangat disegani karena kemampuannya yang mumpuni, dalam situasi terdesak seperti ini tentu membuatnya kewalahan. Suara desingan peluru menggema di hutan yang di pijaknya. Serentak dengan langkah kaki yang menghentak keras tanda jarak mereka tidak terlalu jauh. Dia harus berlari semakin cepat dan segera menemukan tempat bersembunyi. Suara muntahan peluru terdengar kembali. Kali ini diiringi ringisannya karena peluru itu mengenai bahunya. Membuatnya sedikit goyah.

Semakin lama keseimbangan tubuhnya semakin melemah. Tremor mulai menyerang hingga lututnya membentur tanah tanda tak sanggup menopang berat badannya. Sial! Dalam peluru itu pasti sudah dilumuri racun. Derap langkah itu semakin mendekat hingga sepasang sepatu terlihat di depannya. Dia menengadah hanya untuk menemukan beberapa orang berdiri arogan di depannya dengan senjata di tangan. Seringai tersemat di salah satu wajah mereka. Pimpinannya.

"Well, kurasa ini akhirnya. Sampai kapanpun kau tidak akan bisa menggagalkan rencanaku." Orang itu menjentikkan jari dan bawahannya maju memberikan suntikan ke tangannya.

"Dengan ini kau akan mati secara perlahan. Semua memorimu akan terhapus bahkan ke hal yang paling dasar." Orang itu menarik lengannya yang bergerak-gerak berusaha memberontak. Tapi kekuatan racun itu sangat efektif hingga dia tidak bisa berbuat banyak. Hingga suntikan itu akhirnya diterimanya, kesadarannya berangsur-angsur menghilang. Dan seringai kejam itulah yang terakhir kali dilihatnya sebelum menutup mata.

"Tuan, apa tidak sebaiknya kita bunuh saja dia?" Tanya salah satu bawahan yang memegang senjata laras panjang selaku bawahan. Pimpinannya menyeringai.

"Tidak perlu. Kita bawa dia ke bagian dalam hutan ini dan lemparkan dia. Dengan cairan itu dia akan kehilangan kemampuan komunikasinya. Di dalam hutan yang berbahaya ini hanya menunggu waktu hingga dia mati. Biarkan dia mati secara perlahan." Bawahannya hanya mengangguk menyetujui. Melucuti barang-barang dan senjata dari tubuh korban hingga alat komunikasinya dan segera melemparkannya ke kedalaman hutan yang ganas. Menunggu waktu hingga dia mati.

"Kita kembali ke markas."

"Baik tuan." Mereka segera pergi meninggalkan hutan, meninggalkan seonggok tubuh dengan nafas yang terputus-putus.

.

.

.

"Ah sial! Kenapa GPSku rusak di saat seperti ini?!" seorang lelaki berperawakan manis dengan tubuh tinggi semampai mengusak surai cokelat madunya gusar. Memaki panjang pendek pada alat di genggaman tangannya yang membisu. Merasa percuma dia menghela nafas berat. Iris hitam dengan satu lipatan mata itu melirik sekitar dengan gelisah. Astaga, ini di hutan. Dia tersesat! Gpsnya tidak berguna. Sekarang apa yang harus dilakukannya? Menggunakan insting?

"Tenang Eunhyuk, tenang. Ambil nafas dalam-dalam dan hembuskan." Dia berbicara dan mempraktekan apa yang diucapkannya. Berusaha menenangkan diri.

"Aish, ketua pasti memarahiku kalau tahu aku tersesat seperti ini. Aku harus segera ke distrik 12." Jangankan untuk pergi ke tempat tujuannya. Sekarang saja dia tidak tahu ada di mana.

Lee Eunhyuk. Seorang Volunteer muda yang ditugaskan pergi ke distrik 12 di sudut kota yang terpencil untuk membantu di sana malah tersesat di tengah jalan. Dia memang pergi sendiri. Teman yang ditunjuk sebagai teman grupnya sudah pergi terlebih dahulu karena Eunhyuk belum pulang dari tugasnya yang sebelumnya. Jadi Eunhyuk menyusul mereka atas perintah atasan. Semua berjalan semestinya hingga ia memasuki hutan yang memang harus di lewatinya terlebih dahulu untuk sampai ke distrik yang dituju. Mungkin Eunhyuk mengambil jalur yang salah dan sialnya gpsnya juga melakukan aksi mogok di saat genting seperti ini.

Sebenarnya ketua volunteer tempat Eunhyuk bekerja sudah mewanti-wantinya karena tahu Eunhyuk itu tipe orang yang ceroboh. Menugaskannya pergi saat salah satu volunteer yang lain kembali dari tugas dan bisa menemaninya. Tapi Eunhyuk terlalu keras kepala. Dia bersikeras pergi secepatnya karena tidak mau membuat masyarakat yang membutuhkan tenaganya menunggu terlalu lama. Semangat yang bagus memang, ketuanya bahkan kagum dengan sikapnya yang satu itu, tapi lain soal jika Eunhyuk bukanlah orang yang dikategorikan cukup ceroboh. Eunhyuk pernah hilang dan tersesat saat bertugas di kepulauan yang cukup jauh dari Seoul. Dan sekarang Eunhyuk menyesali kekeraskepalaannya. Dia tersesat dan sendirian. Bagus sekali!

Iris hitamnya kembali mengedar. Memperhatikan hutan terlihat begitu tenang yang justru membuatnya takut akan bahaya yang menanti. Bagaimanapun ini alam liar. Walaupun Eunhyuk mempunyai banyak pengalaman tapi tersesat di hutan adalah yang pertama untuknya. Daripada diam menunggu bantuan yang tidak akan pernah datang, Eunhyuk memutuskan untuk menyusuri hutan ini berbekal intuisi seadanya.

Dalam perjalanannya beberapa kali dia berpapasan dengan hewan yang biasa hingga langka, dan Eunhyuk bersyukur belum bertemu dengan hewan buas. Sepatu yang dirancang untuk perjalanan jauh berwarna putih itu menginjak dedaunan yang berjatuhan dari pohonnya. Hutan ini terasa sejuk, berbeda jauh dengan keadaan kota yang dipenuhi polusi yang membumbung tinggi. Burung-burung berwarna cantik berterbangan dengan riang. Eunhyuk menatap kagum semua itu. Tempat alami tanpa campur tangan manusia yang perusak memang sangatlah indah. Suara desisan pelan menarik perhatian Eunhyuk. Dia menunduk dan membeku seketika saat menemukan ular tak jauh dari kakinya. Reflek ia mundur yang justru membuat ular itu berwaspada dan menjadi agresif. Dengan gerakan cepat ular itu mematuk kaki Eunhyuk hingga jeritan menyakitkan Eunhyuk menggema di hutan.

"Arrgh… sakit!" tubuhnya meringkuk di tanah dengan tangan yang memegangi kakinya. Ular yang mematuknya sudah berlalu pergi. Dilanda kepanikan dan rasa sakit yang mengejutkannya, Eunhyuk tidak bisa berpikir dan tidak tahu cara mengobati lukanya. Dia membawa obat-obatan tapi tidak lengkap. Hanya obat-obatan umum dan beberapa perban. Di saat seperti ini Eunhyuk tidak boleh banyak bergerak. Rasanya seperti ingin menangis saja. Kakinya sakit ditambah dia sendirian sekarang. Sifat manja dan cengengnya merebak keluar. Dia tidak suka sendirian. Airmatanya menetes membasahi wajah yang sering dipuji cantik oleh yang lainnya. Eunhyuk tahu dia laki-laki yang seharusnya tidak menangis, tapi inilah sifatnya jika sedang sendirian.

Suara gesekan daun menyapa indra pendengarannya. Eunhyuk menoleh masih dengan linangan airmata. Mencari-cari jika ada sesuatu yang aneh. Semak-semak yang berada tak jauh darinya bergerak-gerak pelan tanda ada sesuatu di sana. Eunhyuk segera memasang mode defensif. Berjaga-jaga kalau saja itu adalah binatang buas. Kalau benar, tamatlah riwayatnya kali ini. Kakinya terluka, dia tidak akan bisa lari ke manapun.

Tuhan, selamatkan aku, doanya dalam hati penuh pengharapan.

Semak itu bergerak lagi dan perlahan-lahan terlihat sesuatu di baliknya. Eunhyuk mengerutkan kening. Itu… manusia? Di sana, di balik semak itu berdiri seorang lelaki dengan penampilan urakan dan baju yang melekat seadanya yang terlihat memprihatinkan, menatapnya intens. Perawakannya terlihat seperti tarzan menurut Eunhyuk. Hanya saja jauh lebih baik dan tidak hanya mengenakan celana dalam sebagai penutup. Rambutnya memang sedikit panjang melebihi leher dan juga berantakan. Tubuhnya kekar dibalut otot yang mengagumkan. Lelaki ini lebih terlihat seperti predator yang belum dijinakkan. Eunhyuk sedikit mundur saat lelaki aneh itu mendekatinya secara perlahan hingga kini berjongkok tepat di depannya. Dalam jarak yang dekat Eunhyuk menggunakan kesempatan itu untuk melihat secara rinci wajah lelaki ini. Matanya mempunyai iris hazel yang terlihat sendu, hidungnya mancung, bibirnya tipis, kulitnya agak kecokelatan. Tampan. Lelaki ini cukup tampan bagi Eunhyuk kalau saja dia bersih.

"Si-siapa kau?" tidak ada jawaban. Lelaki itu terus saja melihatnya seperti tidak pernah melihat manusia sebelumnya. Tangannya terjulur ingin menyentuhnya tapi Eunhyuk menepis tangan itu. Enak saja main pegang-pegang!

"Aku bertanya padamu, tuan. Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" hening. Tidak ada jawaban. Eunhyuk mulai ragu lelaki ini mengerti bahasanya. Dari penampilannya dia terlihat seperti sudah sangat lama berada di hutan ini. Apa tarzan itu sungguhan? Apa lelaki di depannya kini adalah salah satunya? Eunhyuk kembali menangis. Kenapa di saat seperti ini dia malah bertemu orang aneh? Eunhyuk ingin pulang.

Lelaki itu membulatkan matanya melihat airmata yang membasahi wajah Eunhyuk. Dia bergerak-gerak seperti bingung mau melakukan apa. Tangan kekarnya terjulur ke arah Eunhyuk. Menyentuh airmatanya. Seketika Eunhyuk membeku dan berhenti menangis. Iris mereka bertemu dan mengunci satu-sama lain. Mengagumi keindahan masing-masing. Rasa sakit di kakinya kembali menyerang, memutus kontak mata yang terjalin. Eunhyuk meringis dan kembali menangis.

"Sakitt… kakiku sakit! Ular sialan! Seenaknya kau menggigitku. Aku akan membalasmu!" sifat manja Eunhyuk keluar sepenuhnya. Bahkan tanpa malu dia merengek di depan orang lain. Hazel lelaki itu tertuju pada kaki Eunhyuk yang mengeluarkan darah. Dengan satu gerakan cepat dia meraih kaki Eunhyuk, menaikkannya di pangkuannya dan segera menyesap tepat di bagian gigitan ular tersebut. Menghisap bisanya. Iris hitamnya membola, terbelalak melihat aksi lelaki aneh ini yang sungguh mengejutkan. Ya Tuhan, dia menghisap kakinya? Menghisap bisanya? Eunhyuk meringis pelan dan sedikit mengerang saat lidah hangat itu bersentuhan dengan kulitnya. Laki-laki aneh itu membuang ludah dan meletakkan kaki Eunhyuk secara hati-hati. Kemudian beranjak tanpa bicara apa-apa. Setelah beberapa lama ia kembali membawa beberapa dedaunan di tangannya dan segera meletakkannya di kaki Eunhyuk. Menutupi lukanya.

"Te-Terimakasih." Ucap Eunhyuk masih terpaku. Lelaki itu tidak menjawab hanya terus menatapnya intens, membuat Eunhyuk merona.

"Hei, kau mengerti bahasaku? Siapa namamu?" lelaki itu memiringkan kepalanya tanda tak mengerti. Eunhyuk menghela nafas dalam. Sepertinya dia memang tidak mengerti. Sebenarnya berasal dari mana lelaki ini?

"Namaku Eunhyuk. Kau bisa memanggilku Hyukie."

"Kau bisa bicara? Ikuti kata-kataku, Hyukie. Hyuk-kie," ejanya mengajari dengan sabar. Mulut itu terbuka, Eunhyuk menatapnya antusias.

"Hyu…kie."

"Ya. Benar. Coba sekali lagi. Hyukie…"

"Hyukie…" Eunhyuk bertepuk tangan senang. Saking senangnya dia langsung memeluk lelaki aneh itu yang terlonjak kaget atas kontak fisik yang diterima. Menyadarinya Eunhyuk langsung melepas pelukannya. Tersenyum canggung kemudian sembari mengusap belakang kepalanya. Lelaki aneh itu kembali menatapnya. Memajukan wajahnya, terang-terangan memperhatikan wajah Eunhyuk penuh antusias dan raut penasaran.

"Siapa namamu? Ah iya kau tidak mengerti ucapanku. Sepertinya aku harus memberimu nama." Menaruh telunjuk di dagu, Eunhyuk memiringkan kepala memasang pose berpikir yang menggemaskan. Menimang-nimang nama apa yang sekiranya cocok untuk orang di depannya ini. Tanpa menyadari wajah lelaki itu memerah melihat pose imutnya.

"Ah! Donghae! Namamu Donghae. Itu cocok untukmu." Eunhyuk menarik tangan kanan lelaki yang diberi nama Donghae, menggenggamnya erat.

"Namamu Donghae." Telunjuknya menyentuh dada bidang Donghae. Mengetuk-ngetukannya pelan.

"Donghae. Aku Eunhyuk. Hyukie." Sekarang telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri. Berusaha membuat Donghae paham apa yang diucapkannya.

"Dong…Hae. Hyu..Kie…" ucapnya terbata. Dahinya mengerut. Eunhyuk mengangguk.

"Ya. Namamu Donghae. Aku Hyukie." Kakinya bergerak pelan dan membuahkan ringisan. Sepertinya Eunhyuk tidak bisa berjalan dengan benar selama beberapa hari. Lalu bagaimana nasibku? Ratapnya pilu dalam hati. Tanpa di sangka Donghae mengangkatnya. Menggendongnya bridal style.

Blush!

Wajah Eunhyuk merona pekat. Tangannya yang tersampir di bahu Donghae dapat dengan jelas merasakan otot bisepnya yang keras dan kencang karena dia merenggangkannya. Dadanya juga sangat bidang dan kokoh, bahkan otot perutnya tercetak sempurna. Dengan malu-malu Eunhyuk menyandarkan kepalanya yang pening ke dada Donghae. Astaga, ototnya benar-benar keras seperti telah ditempa selama bertahun-tahun. Dan sekarang dia berada dalam kungkungan lelaki maskulin ini. Jantung Eunhyuk berdebar-debar antusias. Eunhyuk tidak tahu Donghae akan membawanya ke mana, tapi satu hal yang dia tahu. Bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi dan akan dipenuhi petualangan.

.

.

.

"Kalian masih belum menemukannya?! Ini sudah berbulan-bulan!" bentakkan keras menggema di ruangan cukup luas yang dipenuhi alat teknologi canggih. Seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah berdiri tegak di hadapan sekumpulan orang berseragam FBI yang menundukkan kepalanya. Memaki dengan mata terbelalak. Tak puas dengan kinerja bawahannya.

"Maafkan kami Kapten, tapi mungkin saja Letnan Lee sudah-"

"Omong kosong! Aku percaya Aiden Lee belum mati. Selama jasadnya belum ditemukan, kita masih mempunyai harapan. Hanya dia yang memegang 'kunci' dari masalah yang dunia ini hadapi. Hanya dia yang tahu informasinya. Kita harus segera menemukannya dan menghentikkan 'perang' ini. Sekarang pergi dan cari informasi sebanyak-banyaknya, dan bergeraklah hati-hati."

"Baik kapten." Setelah memberi penghormatan, serempak kelompok itu segera pergi. Kembali mencari informasi. Meninggalkan sang kapten yang menerawang jauh.

"Aiden Lee. Aku percaya kau masih hidup."

.

.

To Be continued

.

Ini mirip cerita Tarzan ya? Hahaha… gak gitu kok. Sumpah ini bukan cerita tarzan. Cuma awal-awalnya aja yang mirip. Penampilan Donghae juga gak kayak tarzan yang pake sempak doang kok. Rambut dia juga gak gimbal :v bayangin Donghae yang pas perform beautifull di SS2. Nah panjangnya segitu.

Oke, ini ff Dystopia (nyerempet dystopia) pertama saya. Ini juga gak bakalan panjang-panjang karena saya juga pusing.

Apa ini pantas dilanjutkan? Silahkan berikan review, jangan malu-malu, saya gak gigit kok. Dan tolong jangan review dengan satu kalimat. Hargailah saya.

Terimakasih.

Sampai jumpa. Jangan lupa review~ #peganggolok