Disclaimer: Boboiboy Galaxy milik Monsta. Kalo punya saya, nanti rate nya naik #sambar
Rate: T (buat keamanan XD)
Genre: Humor, Sci-fi, Parody, Romance (uhuk)
Pair: Random, but mainly Boboiboy x Yaya
Warning: Semi-Canon, 7 Elemental Siblings, Setting in Space, TAPOPS, OOC, Rada ngaco, Super Power, Random Pair, Triple G (Gaje, Garing, Gila), dan sebagainya…
There's a Warning, Kalo masih mau baca, silahkan Scroll~ XD
.
.
.
Test 1: Jangan Pernah Lupa Untuk Memakai Kacamata Pelindung di Dalam Laboratorium Jika Tidak Ingin Terkena Iritasi
"Oy, Solar…sudah selesai kan? Aku capek nih," Boboiboy Taufan mengeluh bosan dengan kedua tangan berbalut sarung tangan lab, mengaduk-ngaduk sesuatu di dalam sebuah panci dengan tidak niatnya.
"Sabar sebentar, Kak Taufan. Percobaan ini akan selesai tidak lama lagi kok," sahut sang adik bungsu, Boboiboy Solar yang sibuk mencampurkan berbagai macam cairan kimia dari tabung ke tabung sambil membolak-balikkan buku laboratorium.
"Tapi kau sudah mengatakan itu sejak tiga jam yang lalu, dan lagi kita sudah lima jam di laboratorium ini!" ucap Taufan jengah.
Kedua tangannya pegal karena mengaduk ngomong-ngomong.
"Ck, Kak Taufan. Jika Kakak mengeluh terus, hasilnya tidak akan memuaskan. Ingat, apa yang dihasilkan itu tergantung dari apa yang diusahakan, bukan diucapkan," jelas Solar dengan jari telunjuk teracung. Entah apa maksudnya.
"Uwah…Solario Teguh nya kambuh…" batin Taufan dengan wajah tanpa hidung.
"Tapi kali ini aku serius, Kak. Jika campuran yang sedang Kak Taufan aduk itu sudah berubah warna, maka Eksperimennya selesai," ucap Solar lagi.
Taufan menghela napas pasrah.
"Memangnya kenapa sih, kau mau membuat Love Potion? Kau sedang suka sama seseorang?" tanya Taufan.
"Enggak lah, Kak. Ini permintaan pasar. Kan lumayan, buat pemasukan kita," sahut Solar santai.
"Benar juga sih…tapi…tunggu, memangnya kenapa banyak yang meminta ramuan cinta?" tanya Taufan lagi.
"Entahlah. Mungkin mereka ingin membuat orang yang mereka suka balas menyukai mereka. Maa, bukan urusanku sih…yang penting aku dibayar untuk ini," jelas Solar.
Taufan menghela napas lagi.
Kelihatannya Solar tidak boleh terlalu sering bergaul dengan Gopal.
Taufan akan memberitahu Gempa nanti.
"Hello, kalian masih belum selesai?"
Panjang umur.
Taufan bergumam 'Wow' pelan, mulai berpikir kalo ini mungkin pengaruh ikatan batin anak kembar.
"Ah, Kak Gempa. Sebentar lagi selesai kok. Mungkin…sekitaran 20 menit lagi. Ada apa memangnya?" tanya Solar.
Boboiboy Gempa, yang lengkap dengan pakaian laboratorium, berjalan mendekati kedua saudara kembarnya yang masih berkutat dengan eksperimen mereka.
"Aku membuat makanan untuk kalian, dibantu Kak Halilintar tentu saja. Jika sudah selesai, kalian makanlah," ucap Gempa disertai senyum malaikat yang bisa menerangi nurani setiap orang (termasuk Alien).
"Hwaa Gempa…kau memang adikku yang paling baik hati dan budiman…" Taufan, dengan berurai air mata, sudah akan segera melarikan diri menuju dapur, tapi buru-buru ditahan oleh Solar yang masih sibuk meneliti buku eksperimen.
"Kita akan makan setelah ini selesai. Makasih ya, Kak Gempa," ucap Solar santai.
"Uapaa?! T-tapi aku sudah sangat lapar! Kita sudah ada di dalam lab ini semejak pukul empat pagi, Solar~" Taufan dalam hati benar-benar menyesal karena sudah menawarkan diri untuk menjadi asisten lab Solar kali ini.
Huh, awas saja jika dirinya tidak dibayar setelah ini.
"Ck, Jangan manja, Kak Taufan. Ingat, apa yang dihasilkan itu tergantung dari apa-"
"Oke, stop! Aku tidak butuh nasehat darimu, lagipula aku sudah mendengarnya tadi," potong Taufan yang sudah benar-benar kesal kali ini.
"Tapi aku pikir Kak Taufan harus mendengarnya lagi. Lagipula, jika aku mengatakannya dua kali pun tak masalah, toh si Author hanya perlu copy paste kalimatnya saja kok," sahut Solar sambil mengedikkan bahu nya.
"Eh?" Gempa memiringkan kepala, tidak mengerti dengan ucapan adik bungsunya tersebut.
"Hah…aku benar-benar akan menangis kalo eksperimen ini sampai gagal…" gumam Taufan menyerah. Kedua tangannya kembali mengaduk campuran di hadapannya yang untuk saat ini masih berwarna putih.
"Sebenarnya kalian sedang membuat apa?" Gempa yang penasaran sedikit mengintip ke dalam isi panci yang diaduk-aduk dengan penuh khidmat oleh Taufan.
"Love Potion. Permintaan dari banyak konsumen," jawab Solar.
"Eh? Jadi…maksudnya dengan ini mereka bisa membuat orang jatuh cinta pada mereka?" tanya Gempa.
"Seharusnya sih begitu," jawab Solar singkat.
"Wow…aku tidak tahu orang-orang bisa senekad itu," komentar Gempa.
"Bisa lah, GemGem. Sekarang sudah zaman edan, jadi apa saja bisa terjadi," ucap Taufan pasrah.
Gempa hanya tersenyum sebagai tanggapan.
.
.
.
20 menit berlalu, setelah cairan dalam panci berubah menjadi pink, Solar mengambil alih sambil mencampurkan tiga cairan kimia berbeda warna hasil uji coba nya selama empat jam.
Setelah menambahkan tiga cairan kimia dan dipanaskan selama 10 menit, eksperimen Love Potion tersebut pun selesai.
"Akhirnya…apa sekarang aku bisa makan…?" desah Taufan yang kedua kakinya sudah tidak lagi menapak di tanah.
Ah, maksudnya tubuh pemuda itu dikelilingi angin topan kecil sekarang saking lelahnya.
"Sebentar, Kak. Kita barengan aja ke sana. Sekarang aku tinggal mengemas ini dan selesai," ucap Solar sambil menuangkan sedikit demi sedikit ramuan tersebut ke dalam sejenis botol parfum.
"Jadi…apa ini akan berhasil?" tanya Gempa.
"Yah, aku sih yakin 90 persen. Setelah disemprotkan, si pemakai akan langsung jatuh cinta pada siapapun yang pertama kali dilihatnya," jelas Solar.
"Hee…aku jadi ingin melihat hasilnya," komentar Taufan tanpa niat.
"Hahaha, kalo saja ada yang bisa dijadikan kelinci percobaan disini," sahut Solar tiga per empat bercanda dan satu per empat serius.
Duarr!
"HWAAA KAK GEMPA TOLOOOOONG!" pintu lab diledakkan, bersamaan dengan munculnya seekor anak tupai(?) berpakaian serba jingga kemerahan.
"B-Blaze? Ada apa?" kaget Gempa melihat bagaimana Boboiboy bernomor empat tersebut tampak kalang kabut dan panik.
Apa jangan-jangan ada alien yang menyerang markas lagi?
"BLAAAZE! KEMARI KAU!"
Oke, ternyata bukan, tapi tentu saja tidak lebih baik.
"HWAA THEDAAAK!" Blaze buru-buru lari menuju Gempa dan segera berlindung dibalik tubuh sang kakak ketiga.
"H-hey…ada apa sih?" tanya Gempa tidak mengerti.
"Kak Blaze tadi hampir membakar topi Kak Hali, tapi Kak Ice sudah lebih dulu memadamkan apinya," Thorn muncul entah darimana, bersamaan dengan Halilintar yang sedang dalam mode gahar(?).
"Waduh…habislah kau, Blaze," bukannya membantu, Taufan malah menertawakan penderitaan adiknya.
"A-ayolah, Kak! Aku kan nggak sengaja, tadi itu…aku cuman mau mengagetkan Fang doang," bela Blaze yang masih belum berani keluar dari persembunyiannya.
"Cih! Aku tidak peduli. Sini kau!" kedua tangan Halilintar mulai mengeluarkan percikan listrik merah.
"Oy oy, jangan membuat kekacauan di lab ku…" ucap Solar kesal, tapi kelihatannya tidak dipedulikan oleh sang kakak sulung yang saat ini terlihat siap menelan Blaze bulat-bulat.
Blaze sendiri makin gemetaran.
Oh ayolah, sangat tidak lucu dirinya yang merupakan 'api' berakhir gosong karena tersambar 'petir'.
"Gerakan kila-"
"Hwaaa! Menjauh!" reflek Blaze mengambil apa saja yang bisa diraihnya kemudian melemparnya ke arah Halilintar yang belum sempat mengaktifkan gerakan kilatnya.
"Makanya kalo mau menyerang nggak usah pake sebutin jurusnya segala. Kan begini jadinya," Solar geleng-geleng kepala melihat ke-absurdan kakak sulungnya tersebut.
Asap berwarna pink mulai menyelimuti tubuh Halilintar yang kini terpaku di tempatnya.
"Eh…ngomong-ngomong Blaze, yang kau lempar tadi itu…" gumam Gempa.
"Eh? Aku hanya tanpa sadar mengambilnya dari tangan Solar," jawab Blaze watados.
"Ehh?! A-aku…?" Solar baru sadar kalo dirinya bertangan kosong sekarang.
Oke, apa kelemotan Gopal juga mulai berjangkit padanya?
"Oh tidak…benda itu kan…" Taufan tertawa garing.
"Apa? Memangnya kenapa?" tanya Thorn yang juga tidak paham dengan situasi.
"Ck! Sudah, pokoknya sekarang kita jangan sampai bertatapan dengan Kak Halilintar," ucap Solar panik. Dia belum sempat melakukan percobaan, jadi masih belum bisa memastikan seperti apa efek Love Potion tersebut.
"Err…memangnya kenapa?" tanya Blaze.
"Ikut saja deh. Jika kalian tidak mau cerita ini berubah menjadi BL. Ingat, Authornya sedang berusaha tobat…" jelas Taufan masih dengan senyumnya.
"Aku masih belum banyak tahu soal efeknya, tapi yang pasti, jangan sampai Kak Halilintar bertatapan dengan siapapun. Karena jika itu terjadi nanti-"
"Kyaa!"
Seluruh penghuni lab, termasuk Halilintar, reflek menoleh ke arah sumber suara.
Di ambang pintu, tampak seorang gadis dengan busana serba pink jatuh terduduk dengan beberapa potong biskuit yang berserakan di sekitarnya.
Kelihatannya gadis itu berniat mengecek lab tapi malah tersandung akibat banyaknya asap dan mengakibatkan biskuit di dalam keranjangnya berserakan di sekitar lab.
"Yaya…" kaget Gempa.
"Oh tidak. Kak Halilin…" Blaze ikutan kaget.
"Yaya, jangan sampai kau menatap mata-"
"Keknya sudah terlambat," potong Taufan begitu melihat Yaya yang terdiam dengan kedua manik cokelatnya terpaku pada sepasang iris merah Halilintar.
"…"
Halilintar sendiri tidak mengatakan apa-apa, dan suasana lab menjadi hening (meski masih dipenuhi asap) selama beberapa menit.
Perlahan, kedua kaki Halilintar melangkah pelan mendekati Yaya yang masih terdiam di posisinya.
Kelima Boboiboy yang lain juga masih diam, harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
"H-halilintar…?" Yaya jadi salah tingkah sendiri begitu Halilintar, dengan tatapan yang sulit dibaca, tiba-tiba saja berjongkok di dekatnya.
Eh, ralat.
Sangat dekat.
"Halilintar…? Kamu…baik-baik saja kan?" Yaya memberanikan diri bertanya lagi.
Hening, sekali lagi.
"Hali-"
"Cantik…"
"Eh?" Yaya membeku seketika mendengar ucapan tiba-tiba dari pemuda di hadapannya.
"Benar-benar cantik," Halilintar bersuara lagi, kali ini dengan seulas senyum menghiasi wajah ikemen nya.
"H-hah?" bukan hanya Yaya, tapi keempat Boboiboy (karena Thorn tidak termasuk) juga ikutan cengo.
"Kelihatannya…aku jadi menyukaimu…" Halilintar meraih sesuatu yang tergeletak di samping sang gadis.
"Kau mau jadi pacarku?" tanya pemuda itu dengan nada selembut mungkin.
Yaya terpana.
Halilintar masih tersenyum lembut sambil menatap sepotong biskuit berbentuk hati berwarna merah dengan tatapan penuh cinta(?).
Eh, tunggu dulu.
"B-biskuit?!" Gempa, Taufan, Blaze, dan Solar kompak histeris, sedangkan Thorn hanya memasang senyum polosnya seolah sedang menonton Teletabis.
"Eh?" Yaya kembali melongo.
Yep, Author tidak salah ketik kok.
Karena Love Potion hasil eksperimen Boboiboy Solar tersebut berhasil membuat Halilintar jatuh cinta.
Pada biskuit.
I repeat…
Pada biskuit buatan Yaya.
"Heeeee?!" mungkin sebentar lagi dagu Solar dan Taufan akan segera menyentuh tanah saking lebarnya.
"Ahahaha…kelihatannya sekarang memang benar-benar sudah zaman edan," gumam Gempa sambil tertawa garing.
.
.
.
T B C?!
Hello~ oke, dikarenakan sindrom akhir tahun, saya jadi kehilangan mood buat lanjut fict, dan malah bikin yang baru. Hahaha…#garing
T-tapi fict ini cuman buat senang-senang saja kok. Terinspirasi dari Love Potion arc nya Gintama, saya jadi pengen bikin romance juga, tapi akhirnya…malah melenceng X'D
Hayo, siapa yang kepikiran Halilintar jatuh cinta sama Yaya, hayoo~~ #plak
Saya bilangnya random pair, tapi bukan berarti cuman makhluk hidup doang loh ya. Oke, saya tahu ini gila, tapi toh ini comedy kok. Semuanya bisa kan kan kan~ #disetrum
Jadi...sebenarnya apa yang terjadi pada Halilintar, dan apa sebenarnya efek Love Potion Solar? Jawabannya ada di next chapter nanti. XD
Yang mau ngasih komen, saran, kritik, atau sekedar protes silahkan ke kotak review. Tapi yah…jangan di flame ya. Blaze aja cukup #oy
Oke, kalo gitu saya pamit dulu. Sampai jumpa di eksperimen berikutnya~ XD
Review Please~
