Hallo minna-san. Ini fanfic pertama saya . Secara saya anak baru yang masih belajar. Mohon agak dimaklumi kalo nih fic ada aneh,nyeleneh,typo,gaje,de el el. Anyway this story dedicated for all ichiruki fans ..
A Day With Him
Kuchiki Rukia. 16 tahun. Gadis bertubuh mungil cantik dengan mata amethystnya yang indah dan tak biasa itu terlihat sedang duduk di bangku kelasnya sembari memandangi ponselnya dengan wajah cemberut. Bel istirahat yang sedari tadi berbunyi tak ia pedulikan. Termasuk tatapan penuh tanda tanya dari sahabat-sahabatnya yang bermaksud untuk mengajaknya makan siang. Rukia-begitu panggilan gadis itu-seperti sedang berada di dunianya sendiri.
"Rukia….,"salah seorang sahabatnya memanggil sambil menepuk bahunya. Yang dipanggil tetap tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia menoleh ke arah gadis berambut hitam panjang dengan pandangan memelas. "Gimana nih..?,"bisiknya pelan
Gadis berambut hitam itu menarik nafas dalam-dalam "RUKIA-CHAN..!'" teriaknya yang tidak hanya mengagetkan gadis berambut raven yang duduk di kursi itu , tapi juga sebagian siswa siswi yang menikmati makan siang mereka di kelas. Mitsuyama Shoko hanya tertawa tak jelas sebelum akhirnya menggeret Hinamori Momo dan tentu saja si Kuchiki Rukia keluar kelas, menghindari tatapan aneh dari teman sekelas mereka. Rukia hanya pasrah membiarkan dirinya diseret oleh sahabatnya sementara satu tangannya lagi tetap memegang erat ponselnya. "Ichi.." lirihnya pelan. Momo yang mendengar lirihan Rukia hanya menggeleng. Mereka harus menemukan tempat untuk duduk menikmati makan siang mereka dulu sebelum mengintrogasi Rukia.
"Bingo!" Shoko berkata dengan penuh semangat saat melihat pohon besar tempat mereka duduk santai menikmati makan siang tetap kosong seperti biasanya. Akhirnya, tempat tenang untuk menikmati makan siang sekaligus berbicara dari hati ke hati, mencari tahu penyebab kegalauan sang gadis Kuchiki yang biasanya terkenal akan kecerewetannya. Momo duduk disebelahnya dan menyodorkan bekal buatannya pada Rukia. Hari ini ia sengaja membawa bekal lebih untuk sahabatnya itu. Rukia menerimanya sambil tersenyum, walaupun matanya masih tetap saja terlihat sedih. Tanpa ada binar-binar bahagia yang selalu itu sudah terjadi selama hampir seminggu ini. Awalnya ia, dan Momo berpikir Rukia akan segera menceritakan hal yang mengganggu pikirannya pada mereka , tapi ternyata sampai sekarang pun masih belum ada cerita yang mengalir dari mulut Rukia , membuatnya kehilangan kesabaran. Ia, yang biasanya , selalu tenang dan bersikap dewasa tak ,mampu lagi menghalau rasa tak sabaran dan ingin tahunya. Momo pun demikian. Gadis itu memang tak pernah berkata blak-blakkan tapi ia yakin Momo pun memendam pertanyaan yang sama dengannya. Apa yang menyebabkan Kuchiki Rukia mendadak menjadi gadis yang irit kata-kata seperti ayahnya. Ia hanya berharap om Byakuya tidak punya andil dalam membuat Rukia menjadi copy carbon sepertinya. Kasian tante Hisana yang baik hati jika harus tinggal bersama orang-orang yang irit kata-kata.
"Oke Rukia. Aku dan Momo sudah cukup bersabar. Sekarang cerita..'"
Nada pelan namun terdengar tak sabaran itu membuat Rukia mengalihkan pandangannya dari bekalnya yang masih belum tersentuh sama sekali dan memandang sahabatnya. Ia tahu ia telah membuat orang-orang yang berada di dekatnya khawatir, tapi apa boleh buat, ia tak mampu mengatasi perasaannya. Dan hey, ia kan berhak untuk merasa galau. Terutama kalau..
"Apa rambut jeruk itu yang membuatmu seperti ini?" tanya Momo dengan nada menusuk, membuatnya memandang gadis bercepol itu dengan wajah bersalah. Ia tahu dari awal sahabatnya itu kurang menyukai 'si rambut jeruk' dengan alasan bahwa 'rambut jeruk' itu jauh lebih tua darinya dan tidak bisa dipercaya. Terutama dengan wajah yang selalu ditekuk itu. Membuatnya terlihat seperti preman ketimbang calon dokter. Shoko hanya mendengus "Kali ini apa lagi yang ia buat?'" katanya dengan nada berbahaya, membuat Rukia harus berpikir dua kali apakah ia harus menceritakan semuanya atau tidak. "Dan jangan coba berbohong untuk melindunginya Ru-Chan..,"
Rukia bergerak gelisah. Jika ia salah cerita, nasib si 'rambut jeruk' bisa tamat. Tapi, jika ia berbohong maka ia sendiri yang bisa tamat. Tidak boleh ada rahasia diantara mereka bertiga, itu adalah kesepakatan tak tertulis sejak mereka berteman. Namun bukan berarti mereka tak menghargai privasi masing-masing. Dan karena ia sangat menghargai persahabatannya dengan gadis-gadisnya maka ia lebih memilih jujur, walaupun berat.
"Ichi mengacuhkanku..,"
Nah dia sudah mengatakannya, dan menatap wajah Momo dan Shoko. Dua orang itu memberikan reaksi yang berbeda. Momo terlihat akan mematahkan sumpitnya, sementara Shoko balik menatapnya dengan pandangan penuh pertimbangan "Jelaskan..,"
Tanpa ada nada penghakiman, hanya menuntut penjelasan membuat air mata yang selama ini berusaha ditahan Rukia mulai berkumpul di sudut matanya dan menetes. Momo meletakkan bekal ditangannya dan merangkulnya.
"Ichi menyebalkan!' desisnya kesal, menumpahkan segala isi hatinya "Sudah berapa hari ini dia selalu membalas sms ku dengan jawaban seadanya. Dia juga nggak pernah lama-lama kalau menelpon. Itu juga kesannya selalu diburu-buru. Seakan-akan dia udah nggak peduli lagi..argggghh!" jeritnya tertahan.
"Kurosaki seperti itu sekarang?" ucap Shoko pelan " Mungkin dia sedang sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya Rukia..,"
Dengan mata memerah, Rukia menjauhkan dirinya dari rangkulan Momo dan berusaha menenangkan dirinya. Momo menggeleng mendengar ucapan Shoko "Tapi tetap saja tidak membenarkan tindakannya. Aizen yang super sibuk pun..," ia tak menyelesaikan ucapannya dan memandang penuh penyesalan.
"Sikapnya membuat aku berpikir, apakah dia masih menyayangiku atau tidak. Karena jika masih, maka ia benar-benar gagal menunjukkan sikapnya. ."ucap Rukia pelan "aku hanyalah anak SMA, berwajah biasa saja. Sementara ia, walaupun dengan kerutan di dahinya dan tak pernah tersenyum, ia tampan. Dan ia selalu dikelilingi gadis-gadis yang jauh lebih cantik dan dewasa. Ia calon dokter, sementara aku.." ia menghela nafas " aku bahkan belum berpikir mau melanjutkan kuliah jurusan apa. Shoko, Momo , apa mungkin sejak awal hubungan kami merupakan kesalahan?"
Semilir angin bertiup. Rukia hanya menghela nafas ia membutuhkan kepastian jika terus menerus digantung seperti ini, ia tak sanggup.
"Temui dia Rukia.."bisik Momo "Temui dan selesaikan semuanya…"
"Hanya diam tanpa melakukan apapun sangat menyedihkan bukan?"kata Shoko "Aku memang tak menyukai rambut jeruk itu. Tapi melihatmu tersenyum karenanya, membuat rasa itu sedikit terlupakan ."
Huaaaa ….kacaaaauuuuu…maafin Sherry ya kalo Rukia and dkk keliatan OOC banget. Namanya juga AU, dan juga masih anak baru di dunia perfanfic-an….
Masih butuh bimbingan dan banyak belajar nih..:D
