HHr

Harry Potter belongs to JK Rowling

boleh banget memberi review-nya buat saya simak :)

A Way

Mataku hanya dua. Keduanya memang benar memanjang lurus pada jalanan ke depan menuju gerbang. Berbalapan menyalib beberapa punggung yang ada di depan. Menyelinap dan melambungkan pikiran.

Tapi aku juga bisa membagi sedetik untuk tanpa mencolok, melihat ke arah kiri.

Seseorang berdiri bersandar pada pilar yang beruntung. Kacamata pada batang hidungnya dan kaus abu-abu pucat lengan panjang mendekap satu lengan yang tersaku dan satu lengan yang memegang ponsel.

Dia bernama Harry. Dan aku tidak kenal padanya.

Oke, aku kenal. Aku tahu ulang tahunnya sekitar 5 hari lagi, dan dia suka kebab. Perempuan yang ia sukai adalah gadis dengan rambut segaris bahu berkacamata... oke, oke, kurasa aku bukan sekedar mengenalnya.

Kata mengenal dirasa kurang pantas.

Aku mencari tahu tentangnya sejak setengah tahun lalu. Bermula dari kecenderunganku menempatkan mata pada si jaket hijau botol, aku sadar aku tersandung pandanganku sendiri.

Kanvasku untuk proyek bulan ini berdiri dengan gurat-gurat wajahnya. Sesumbar mengenai siapa sosok itu, amat populer untuk anak-anak jurusanku, apalagi yang sering satu kelas. Beberapa sangat menyanjungku, aku dibandingkan dengan tokoh puitis dari film Taiwan yang puitis pula. Teman-temanku selalu senang meledekku tentang hal ini, aku cuma tertawa sedikit masam karena beberapa hal.

Teman-temanku itu juga yang mengirim banyak pesan di grup dengan antusiasme sekaligus kehebohan yang melebihi aku.

Hermy!

Hermy oh no!

Kau ingat kelas bahasa Inggris hari ini ada di mana saja?

Lukisanmuuuu, kamu meninggalkannya di sana!

Tidak peduli betapa panggilan itu membuatku sebal, aku tidak bisa untuk tidak mengindahkan maksud dari pesan itu.

Bukan aku bodoh dengan membawa lukisanku dan memajangnya di tepi jendela kelas bahasa. Bukan aku akan panik dan memastikan Harry akan amnesia dan melupakan lukisan itu.

Aku mau tahu.

Apa yang akan dia pikirkan mengenai lukisan itu.

Apa yang ia pikirkan setelah 2 minggu lalu aku sudah mengakuinya.

Aku ingin dia tahu, meski dia sudah memujiku atas keberanianku, selain dengan implisit menolak memberi harapan padaku,

aku tetap mencintainya.

Dengan jalan yang hanya aku yang bisa menunjukannya.

FIN.