Hari itu, awan berarak tanpa halangan di langit biru. Angin berhembus sepoi, memberikan kesan santai yang menenangkan. Namun, matahari tetap bersinar terang, memberikan panas bertakar sedang bagi bumi.

Namja bernama Jongwoon, atau kerap disapa Yesung─karena suara indahnya─berjalan di trotoar dengan wajah frustasi. Entah apa yang membuatnya terlihat tertekan di siang yang cukup cerah ini.

Beberapa orang yang berjalan searah dengannya tampak santai menanggapi─lebih tepatnya tak perduli.

Sementara Yesung sendiri tampaknya tak memerdulikan tanggapan orang lain perkara wajah tertekan dan helaan napasnya yang tak berujung sejak tadi. Ia lebih memilih fokus pada masalah yang baru saja ia dengar beberapa jam yang lalu di rumah orang tuanya.

Kata-kata sang Umma masih berputar di kepalanya layaknya piringan rusak yang mencicit.

"Jongwoon-ah, menikahlah…"


.

.

Cast © themselves

All My Heart © Cloud1124


a/n: Plot dasar sepenuhnya milik Ika . zordick-unnie. Cloud hanya meminjam plot tersebut, dan melakukan berbagai perubahan di bagian-bagian selanjutnya.


Warning: OOC, Typo(s), BL, Crack pair

Don't Like? Don't Read!

.

.


Di usia hampir 29 tahun, Yesung yang sukses sebagai seorang direktur di salah satu perusahaan besar milik orang tuanya. Ia adalah sosok hampir sempurna yang diteladani oleh bawahannya. Ia pintar, tampan, kaya, ramah, rajin, dermawan, juga selalu melimpahi kasih sayang pada siapapun.

Namun ada satu hal yang selalu disesalkan oleh orang-orang di sekitarnya. Di usia di mana seharusnya Yesung sudah menggendong setidaknya seorang anak, ia justru belum memiliki seorang pendamping untuk selalu menemaninya di manapun.

Yesung terkenal dengan ketekunannya pada pekerjaan, singkatnya, ia adalah namja workaholic.

Ketika ada orang yang menanyakan tentang pasangan, Yesung akan dengan santai mengatakan bahwa ia belum membutuhkannya. Namun kali ini berbeda, karena ia tak lagi ditanya. Ia dituntut untuk memiliki seorang pasangan hidup. Terlebih lagi, kata-kata itu keluar dari mulut Umma-nya, yeoja yang telah melahirkan dan membesarkannya selama ini.

"Eotteokhae?" gumam Yesung seraya mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku di taman kota. Ia meremas surai dark choco miliknya.

Ponsel di kantung dalam jasnya berdering, membuat jemari mungil Yesung merogoh saku dan mengeluarkannya. Ia menekan touchscreen ponsel itu dan segera mendekatkannya pada telinganya.

"Yeoboseyo?" sapanya pelan.

"Jongwoon-ahgwaenchanhayo? Suaramu terdengar lesu…" suara seorang yeoja terdengar menyahuti.

Yesung tersenyum tipis, setidaknya ia masih merasa senang ketika mendengar nada khawatir dalam suara Umma-nya. "Gwaenchanha, Umma…"

"Apa kau marah karena kata-kata Umma pagi tadi?"

"Aniyo… Aku justru merasa Umma benar, aku harus segera mencari calon istri dan mempersuntingnya…"

"Baguslah kalau begitu."

Yesung tersenyum. "Apa Umma menelepon hanya untuk ini?"

"Aa. Mian, Woonie, Umma telepon untuk mengabarkan kalau Jongjin sudah tiba," suara Umma berubah ceria.

Kedua onyx Yesung membola. "Jinjja? Aku pulang sekarang…"

Dan penutupan telepon secara sepihak itu berujung pada cibiran sang Umma.

.

Kim Jongjin, namdongsaeng Yesung yang mengambil studi di Jepang untuk lebih mendalami cara-cara mengatur manajemen kantor yang sebentar lagi akan turun padanya. Sudah tiga tahun sejak keberangkatannya dulu, yang Yesung lihat saat pertama kali bertemu dengannya adalah perubahan warna kulit Jongjin.

"Ya! Kenapa kau makin putih, huh?" hardik Yesung seraya menyingkapkan lengan kaus yang Jongjin kenakan. Tanpa memedulikan fakta bahwa ada beberapa teman Jongjin yang ikut berkunjung dan melihat adegan itu.

Jongjin menyentakkan tangannya, ia mendengus menahan tawa melihat tingkah hyung kesayangannya itu.

"Babo-hyung, di Jepang aku jarang keluar. Aku hanya di apartemen, lalu ke kampus, ke ruang pelatihan, dan kembali ke apartemen…" ujarnya santai.

Yesung mendecih, namun tangannya tetap terulur untuk memeluk namdongsaeng-nya itu, begitu pula dengan Jongjin, walau tampak sedikit enggan, ia tetap memeluk erat tubuh namja yang lebih tua 3 tahun darinya itu.

"Ah, Hyung, aku punya kejutan untukmu…" bisik Jongjin di sela pelukannya. Yesung mengernyit heran, lalu melepaskan pelukannya.

"Mwoya?"

Jongjin berbalik, lalu menarik keluar salah satu namja manis yang sedang duduk di sofa─Yesung tebak mereka semua adalah teman kuliah Jongjin.

"Ini Lee Sungjin… dia namjachingu-ku."

Uh-oh!

.

.

Yesung mengerang dalam posisi berbaringnya. Ia tak bekerja hari ini─karena ia harus sibuk dengan pesta yang Umma-nya adakan untuk kepulangan Jongjin sekaligus sambutan untuk namjachingu-nya─tapi ia berani sumpah ia lelah sekali. Tekanan dari Umma-nya, kabar mengejutkan dari Jongjin serasa memenuhi kepalanya.

Jujur saja, Yesung sedikit tak menyangka bahwa namdongsaeng-nya memiliki orientasi seksual menyimpang. Yang Yesung tahu, selama ini Jongjin pernah memiliki beberapa yeojachingu─walau memang tak bertahan lama.

Terdiam sesaat, tiba-tiba Yesung sadar. Ia tak pernah tertarik pada kecantikan maupun kemolekan yeoja manapun. Yang ada Yesung akan sedikit illfeel ketika melihat ada yeoja yang mengenakan pakaian terbuka dan make-up sedikit berlebih.

Otak Yesung yang selalu dilatih untuk menyimpulkan sesuatu mulai bekerja. Dalam beberapa detik ia menemukan fakta baru di dirinya sendiri.

"Aku… gay?"

.

.

Berhari-hari selanjutnya Yesung lewati dengan semangat baru. Setelah mengetahui fakta penting tentang hubungan asmaranya kelak, ia menjadi sosok bersemangat yang gencar mencari informasi tentang orang yang sejenis dengannya.

"Annyeong yeoreobun~!" sapanya semangat ketika ia memasuki lantai tempat ruangannya berada. Pekerjanya yang sudah terbiasa dengan sikap direktur mereka itu tersenyum senang dan mengangguk hormat ketika Yesung bergerak melewati mereka.

Yesung baru saja duduk di kursinya ketika pintu ruangannya diketuk lembut. Setelah ia mempersilahkan masuk, terlihat dua orang namja masuk ke dalam.

Namja yang satu Yesung kenali sebagai asisten pribadinya, Lee Kikwang. Sementara namja yang satunya masih tak dikenali.

"Annyeong, Sajangnim! Seperti kataku lusa yang lalu, ada karyawan baru di kantor kita… Kibum-sshi sendiri yang meng-interview-nya," ujar Kikwang semangat. Sepertinya karena terlalu lama berada di sekitar Yesung, aura dan sikap Yesung menular. Bahkan tak ada lagi nada segan dari bawahannya.

Yesung mengangguk paham. Ia tahu benar, siapapun yang lolos dari interview Kibum─sepupunya yang mengurusi penugasan staff─pastilah orang yang tidak rendahan dalam segala bidang.

"Arra. Perkenalkan dirimu, ne?" pinta Yesung. Namja asing yang semula menundukkan kepalanya dalam-dalam itu mengangkat kepalanya. Membiarkan onyx milik Yesung melebur kedalam pandangan caramel polosnya.

"Lee Donghae, imnida. Mohon bantuannya, Sajangnim."

.

.

.

Kini Yesung tengah makan siang bersama Kibum dan Kikwang.

Mereka menikmati makan siang di salah satu café di dekat kantor mereka. Sekedar membicarakan masalah pekerjaan pada awalnya, pada akhirnya mereka juga membicarakan tentang kesamaan mereka bertiga yang baru disadari belum lama ini.

Mereka bertiga sama-sama penyuka sesama jenis. Dan yang lebih keren lagi, Kibum dan Kikwang sudah memiliki namjachingu tanpa Yesung sadari selama ini.

Kibum telah memiliki Ryeowook, sementara Kikwang sudah dimiliki Hyunseung.

Dan Yesung… dengan sedihnya ia berkata bahwa ia belum jua menemukan pasangan.

"Kau terlalu menyedihkan, Hyung…" ujar Kibum tak acuh ketika Yesung menatap kepulan asap dari kopi yang ia pesan.

Hati Yesung tertohok, tak menyangka bahwa mulut tajam sepupunya bisa mengeluarkan kata-kata semenusuk itu.

"Haha… kau benar, Hyung! Yesung-hyung terlalu menyedihkan… jodoh menjauh~" Kikwang menambahi. Ah, memang, kalau sudah lepas dari lingkungan kantor, panggilan formalnya berubah drastis.

Yesung menggulung majalah di tangannya, lalu memukulkannya pada kedua namja yang lebih muda darinya itu. Rintihan dari keduanya terdengar.

"Aku sedang mencari, Babo! Jangan bilang jodoh menjauh!"

Kikwang terkekeh. "Aku ada satu calon yang bagus, Hyung…"

Yesung terdiam, tatapan tajam ia lontarkan pada asisten kurang ajarnya itu. "Nugu?"

Seringai Kikwang muncul. "Lee Donghae…"

.

.

Yesung memperhatikan kerja bawahannya yang sedang berkutat sibuk dalam kubikel masing-masing. Pandangannya tertuju pada kubikel yang ada di ujung, di sana terlihat seorang namja sedang serius menatap monitor komputernya.

Namja kelahiran tahun 1984 itu tersenyum, dan memutuskan untuk mendekati kubikel ujung itu. Donghae ─penghuninya─kaget ketika menyadari kehadiran sang atasan. Kecepatan jarinya di atas keyboard bertambah, tak jarang kata-katanya yang dimaksud justru melenceng karena salahnya huruf yang ditekan.

Tepukan di bahunya membuat gerakan Donghae terhenti sempurna. Ia menoleh, menemukan tangan Yesung kini bertengger di bahunya. Pemilik tangan itu sendiri kini menatapnya dingin.

"Aku ingin bicara, tolong ke ruanganku…"

.

.

"A-anda sedang bercanda, Sajangnim?" Donghae gemetar memengang kertas di tangannya. Caramel-nya memandang Yesung dalam keraguan dan keterkejutan. Yesung tersenyum tipis.

"Jeongmal mianhae, ini pasti mengejutkanmu… Tapi aku memang benar-benar butuh bantuanmu."

"Kenapa harus aku? Bukankah Kikwang-sunbaenim juga sama?"

Yesung terdiam beberapa saat. "Molla. Aku hanya merasa kau yang cocok…"

Giliran Donghae yang terdiam, pandangannya kembali terarah pada kertas berisi deret tulisan. Di bagian paling atas, judul besar tertulis.

Surat Perjanjian.

Untuk kelima kalinya, Donghae membaca ulang surat perjanjian itu.

Awalnya, Donghae begitu emosi ketika tahu isi surat itu adalah perjanjian antara ia dan Yesung untuk menjalin pernikahan kontrak. Namun saat ia mengetahui kesulitan Yesung ada sebagian dirinya yang bisa memaklumi keputusan tak lazim atasannya itu.

Namun kini Donghae dilema, haruskah ia menerima tawaran dari orang yang baru ia kenal kurang dari seminggu ini? Walau tertulis di surat perjanjian, bahwa seluruh kebutuhan hidup keluarga Donghae akan terjamin, ia tetap belum yakin.

"Bagaimana?" tanya Yesung pelan.

Donghae mendongak. "Aku masih belum tahu, tapi sekedar informasi… aku sudah punya seorang namjachingu, Sajangnim…"

"Aku berjanji akan meminta ijin pada namjachingu-mu, Donghae-sshi. Dan kalau terjadi sesuatu pada hubungan kalian, aku akan bertanggungjawab sepenuhnya…"

Donghae luluh. Ayolah, orang di hadapannya sedang menawarkan kesempatan terbaik. Di mana hidupnya, hidup keluarganya akan terjamin, setidaknya selama tiga tahun ke depan─itu yang tertulis di kontrak. Mana sanggup ia menolak?

Setelah ini, ia harus menjelaskan semuanya pada Eunhyuk─namjachingu -nya─tentang kontrak ini. Perjanjian ini harus benar-benar transparan, tanpa apapun yang tersembunyi.

Yesung berbalik, memandang ke luar jendela yang ada di belakang mejanya. Ia tak tahu apalagi yang harus di lakukan, yang terjadi sekarang adalah, ia pasrah atas apapun yang akan Donghae lakukan padanya.

Yesung bisa mendengar dengan jelas langkah Donghae yang mendekat.

1 detik. 2 detik. 3 detik. Tak terjadi apapun.

Yesung menoleh, mendapati Donghae tersenyum manis padanya. Kertas perjanjian itu telah berada di atas mejanya, dengan goresan tandatangan di atas nama terang Lee Donghae.

Seolah tak bisa menahan keterkejutannya, Yesung merasakan lonjakan kegembiraan luar biasa di dadanya hingga akhirnya melompat girang dan memeluk tubuh Donghae selama beberapa detik.

"Se-sesak, Sajangnim…"

Yesung buru-buru melepaskan pelukannya, dengan wajah berbinar ia menepuk puncak kepala Donghae.

"Mulai sekarang, biasakan memanggilku Hyung. Dan aku akan memanggilmu Hae-ya, arra?"

Donghae tersenyum canggung. "Arrasseo, Hyung…"

Yesung mengangguk semangat, lalu duduk di kursinya.

"Berarti mulai sekarang, kau adalah namjachingu-ku… Dan bersiaplah, karena tak lama lagi, kita menikah."

.

.

to be continued.


a/n:

New Spirit! New Multichap! #disepak

Jeongmal gomawo untuk Ika . zordick-unnie, yang sudah mau plot dasar fanficnya aku pinjam dan seenaknya kuubah begini… :D

Nyap-nyap, Cloud enggak mau berisik. Silahkan memberikan concrit/review di kotak review fanfic ini. :)


Jeongmal Gomawo… :D


Cloud1124