Ameru : AKHIRNYA! FF BARUU! *nari jaipong*

Genji : Hn. Bagus, deh, berapa lama lu hiatus?"

Ameru =3= muu aku sibuk di fandom lain, jadinya ga sempet bikin fic di fandom ini ( ._. ; )

Genji : ceh. Sok sibuk.

Ameru : brisik, ah *nendang Genji* Ah, minna-san, maaf selama ini saya hiatus membuat fic, lebih milih buat jadi pembaca aja, hehehe ._.)v *ditendang masa* YOSH! tanpa babibu lagi, silahkan membaca!

Genji : *ngesot* Ja-jangan lupa RnR!

Ameru : . .ngapain elu disini..?


DESTINY

Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira

FanFiction © Ameru-Genjirou-Sawada

Musim semi. Musim yang paling indah. Bunga-bunga sakura bermekaran dengan indahnya. Menyerbakkan aroma manis menyambut hari. Matahari bersinar dengan lembut, mengawali dan menemani hari. Awan tampak menggulung dengan ringannya, menemani langit yang kosong dengan serasinya. Burung-burung berterbangan dan bernyanyi untuk menyambut datangnya Sang Surya dari balik awan gemawan.

"Uh—" Terdengar suara seseorang yang terbangun. Sinar matahari dengan lembut menyapanya dari balik jendela.

Rambut raven-nya yang agak berantakan, mata onxy-nya yang menatap dengan tajam. Ya, Hibari Kyoya. Dengan malas ia bangun dari tempat tidur, menguap sebentar, lalu berjalan untuk membuka pintu.

Sebenarnya Hibari tidak ingin bangun hari ini, mengingat ini adalah musim semi, dan Hibari paling tidak suka yang namanya musim semi.

Kenapa? Ingat saat Shamal memberinya virus (ya kusebut saja begitu) Sakura-kura. Hal itulah yang membuat seorang Hibari Kyoya sangat membenci musim semi.

Setelah mandi dan berganti baju seragam, Hibari turun keruang makan. Diatas meja sudah tersaji sarapan—roti panggang. Yang pasti dibuat oleh wakil komite kedisiplinannya, Kusakabe Tetsuya. Hibari menatap piring itu sejenak, lalu berjalan menuju kulkas. Ia membuka pintu kulkas itu dan mengambil susu dingin, lalu menuangkannya.

Selesai sarapan, Hibari berangkat ke sekolah—atau lebih tepatnya berpatroli. Ia tidak ingin melihat ada keributan yang mengganggu Namimori, terlebih ini masih terhitung pagi hari.

Merasa tidak ada masalah, Hibari melangkahkan kakinya menuju Nami-chuu. Ia mendelik tajam pada siapa saja yang ia lewati, dan orang yang ditatap langsung menyingkir. Tentu saja, siapa yang pagi-pagi mau berurusan mesra dengan tonfa sang ketua komite kedisiplinan Namimori yang notabene adalah orang yang terkuat di Namimori? Jawabannya tentu tidak.

Memasuki halaman Nami-chuu, Hibari langsung melangkah menuju tempat favoritnya untuk bersantai, ya, atap sekolah. Tapi rupanya Hibari tidak sendiri.

Seorang pria, berambut coklat anti gravitasi sedang berdiri dengan tangan menggenggam teralis besi yang membatasi tempat itu. Rambutnya yang berantakan melambai tertiup angin.

"Herbivore, apa yang kaulakukan disini?" Suara bariton Hibari mengejutkan si rambut coklat.

"Eh? Kau bicara padaku—" Tanyanya heran sambil menunjuk dirinya dengan telunjuknya.

"Tentu saja. Kau kira siapa lagi yang ada disini?" Hibari mulai kesal lalu mengancungkan tonfanya.

"HIE—TUNG—TUNGGU DULU!" Anak itu ketakutan ketika sang skylark mengeluarkan pentungan metal itu.

"—kamikorosu." Ujarnya dingin.

"HIEE! TUNGGU!" Teriak si rambut coklat dengan panik. Saat Hibari maju, anak itu berhasil menghindar dengan berlari kearah samping kanan. Anak itu masih bergumam "tunggu" . Ajaibnya, anak itu berhasil menghindari serangan gencar dari Hibari. Hingga Hibari berhenti dan memasukkan tonfanya kembali ke balik gakuran-nya.

"Hem. Lumayan juga kau, herbivore—" Ujar Hibari masih dengan muka datarnya.

"Eh? Um—" Yang dipuji hanya kalap sambil menyembunyikan semburat merah di pipinya.

"Apa kau murid baru disini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.." Tiba-tiba Hibari bertanya. Sungguh, selama ia hidup, belum pernah Hibari bertanya pada seseorang. Namun entah mengapa kalimat itu meluncur lancar dari mulutnya.

"Ah, iya, aku murid baru disini, Namaku Sawada Tsunayoshi…" Kata si rambut coklat—Tsuna, sambil membungkukkan badannya. "Ka—kalau kau—"

"Hn. Hibari Kyoya—" Ujar si pemuda raven singkat. Tsuna hanya tersenyum kecil.

'Jadi dia Hibari Kyoya…' Gumam Tsuna sambil menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Ano, Hibari-san—"

"Cepat masuk. Atau kamikorosu." Hibari berkata lagi sambil mengancungkan tonfanya lagi. Tsuna ber'hie' ria. Lalu Hibari melangkah pergi. Meninggalkan Tsuna sendiri diatap itu. Angin semilir dengan isengnya membelai rambut Tsuna. Tsuna hanya menatap pintu yang menjadi penghubung atap.

"Mungkinkah…"


Tsuna rupanya cepat akrab dikelas barunya. Ia mempunyai dua teman akrab, Gokudera Hayato, laki-laki berambut silver yang entah mengapa memanggil Tsuna dengan sebutan 'juudaime' . Dan Yamamoto Takeshi, bintang baseball Nami-chuu yang selalu memasang senyum cerah dan easygoing. Selain itu ada Sasagawa Ryohei, Sasagawa Kyoko, adik dari Sasagawa Ryohei, Kurokawa Hana, dan masih banyak lagi.

"Ternyata bersekolah disini sangat menyenangkan.." Gumam Tsuna saat sedang makan siang bersama teman-temannya. Yang lain hanya menatapnya heran.

"Benarkah? Apa sekolah tempat Juudaime dulu tidak menyenangkan?" Gokudera bertanya dengan nada penuh kekhawatiran. Tsuna hanya tertawa renyah.

"Ahaha, tidak, itu—"

"Sudahlah, ayo, makan!" Yamamoto menyudahi pembicaraan canggung itu dan mulai memakan sushinya. Ayahnya adalah seorang pemilik restoran sushi terkenal di Namimori. Dan sushinya memang terbukti enak.

"Wah, Yamamoto, sushi ayahmu sangat enak!" Ujar Tsuna saat memakan satu sushi yang dibawa Yamamoto. Yamamoto tertawa.

"Ahaha, kalau kau suka, aku akan membawakanmu besok, Tsuna!" Senyum cerahnya pada Tsuna. Tsuna hanya tersenyum kecil.


Dari balik pepohonan, sesosok bayangan bertengger disalah satu dahan pohon. Yang satu berambut biru dengan gaya rambut yang unik. Matanya juga unik—heterochrome dengan warna merah di kanan dan biru dikiri. Yang satu lagi, gaya rambutnya sama, tapi bedanya berwarna keunguan dan mata kanannya tertutup eyepatch. Mereka memperhatikan kegiatan makan siang Tsuna dan kawan-kawannya.

"Apakah Tsuna-san dapat menyelesaikan misi ini, nii-san?" Tanya si rambut ungu pada kakaknya yang berambut biru.

"Kufufu, pasti Tsunayoshi-kun bisa melakukannya, kau lupa statusnya, Chrome?" Balas si rambut biru pada adiknya, Chrome. Wanita itu kembali menatap Tsuna yang tengah menenangkan Gokudera dan Yamamoto yang sedang adu mulut.

"Iya, yaa…, aku tahu, Mukuro -nii-san…" Ujar Chrome pelan.

"Tugas kita hanya mengawasi Tsunayoshi-kun dari jauh…" Kata Mukuro sambil menyunggingkan senyum. Chrome mengangguk pelan.


Sore telah menjelang. Matahari telah terbenam dan langit berubah kemerahan. Burung-burung berterbangan kembali ke tempat peristirahatannya untuk menyambut sang dewi malam. Biasanya, Hibari akan menuju atap untuk bersantai menikmati angin semilir.

Namun kegiatannya ini sedikit terganggu melihat seseorang ada diatap itu. Orang yang sama yang ia temui pagi tadi.

"Sawada Tsunayoshi." Panggil Hibari. Yang punya nama menengok.

"Ah, HIbari-san."

"Apa yang kau lakukan disini? Pulang." Ujar Hibari. Lebih pada memerintah.

"Eh, aku hanya menikmati angin musim semi disini. Hi—Hibari-san sendiri sedang apa?" Tanya Tsuna agak gugup. Takut kalau-kalau wajahnya dicium tonfa tercinta Hibari.

"Hn. Bukan urusanmu." Balas Hibari dingin. Tsuna menghela napas lega karena tidak dikamikorosu Hibari. Lalu tiba-tiba raut wajah Tsuna berubah serius.

"Hibari-san. Ada hal yang ingin kubicarakan." Kata Tsuna. Hibari hanya mendelik kearahnya.

"Begini, ah, aku tidak tahu harus mulai darimana—" Tsuna mulai terlihat gugup.

"Cepat katakana, atau kamikorosu."

"HI—HIEE! BA—BAIK!" Teriak Tsuna panik.

"Um, Hibari-san, kau…" Tsuna menggantung kalimatnya. Hibari mendelik tajam kearahnya.

"…kau…kau akan mati."


Ahahaha, akhirnya lucu, ya, ngegantung banget...

ya sudahlah, yang penting minna-san suka :D Chapter 002 On-going! Thnks utk RnR-nya :D !