Disclimer : Naruto is mine. Just kidding.

Pair : Of Course Narusaku.

Warning : Abal, Gaje, Ooc, Typo(s), and many mistakes.

Happy Reading, Minna.

Don't Like Don't Read.

.

.

.

Hari yang cerah pada saat ini membuat hati tentram. Belaian angin lembut membuat sekujur tubuhnya serasa terbang. Tak hiraukan itu, sosok pirang ini tetap terdiam. Menyender di pohon yang cukup besar dengan alas rumput hijau nan empuk. Matanya tertumpu pada buku di tangannya. Meneliti setiap kata yang tercetak disana. Sampai sebuah suara merubah segalanya.

"Naruto-Niichan!"

Pemuda pirang yang dipanggil Naruto tadi mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca dan menyimpannya sembarang.

Mengetahui sosok gadis kecil berumur delapan tahun dengan rambut pink berkibar berlari ke arahnya, senyum di wajah pemuda itu mengembang. Memberi gestur tangan meminta mendekat, langkah gadis kecil itu semakin cepat dan melompat kala jarak tak terentang jauh. Memeluknya dengan tawa riang khas anak kecil.

Hampir pemuda berumur enam belas tahun itu terjengkang kebelakang jika saja tubuhnya tak kuat menahan. Terkekeh pelan dirinya membalikan tubuh gadis itu hingga menyandar pada tubuhnya.

"Kenapa Saku-chan datang kesini?" Naruto berujar lembut meski masih terdengar datar. Menumpukan dagunya di pundak gadis kecil itu guna menatapnya.

Sakura, gadis kecil itu mengalihkan pandangannya pada Naruto. Dengan wajah riangnya ia menjawab, "Habisnya, dikamar Naru-nii, Naru-nii tidak ada. Jadi Saku ke sini saja." Naruto berkerut.

"Tahu dari mana nii-chan disini?" Naruto merasakan tangannya disentuh sebuah tangan mungil. Namun Naruto acuh. Membiarkan tangan gadis itu memainkan ke sepuluh jari tangannya.

"Ba-san yang bilang." Sakura asik memainkan jari Naruto. Menggoyangkan kesana kemari. Memainkam sana-sini layaknya boneka.

Naruto yang mendengar penuturan Sakura mengangguk paham.

"Oh, iya. Naru-nii sedang apa disini?" Sakura menghentikan aktifitasnya. Menatap manik biru saphire Naruto dengan jamrud bulatnya. Sedangkan Naruto yang dipandang demikian menjadi gemas sendiri. Terkekeh kembali sembari mencubit pipi tembam Sakura.

"Sedang belajar." Sakura menggerang kecil. Menyingkirkan tangan Naruto dari pipinya.

"Kenapa tidak dikamar Naru-nii saja? Kenapa malah di taman?" ujarnya setelah tangan Naruto tak lagi memegang kedua pipinya.

Ya, kini Naruto sedang berada di taman. Khususnya di taman belakang rumah milik kediaman Namikaze. Dibawah pohon sakura yang rimbun dengan dedaunan.

Membenarkan posisi duduk Sakura yang sedikit merosot Naruto mengambil buku yang di bacanya dan memberikannya pada Sakura. Sakura berkerut. "Membaca?"

"Hm." Naruto memperhatikan Sakura yang sedang mengeja judul yang ada pada sampul.

"P-p-psi-ko-tes da-n ke-gu-na-an-n-nya. Hm? Untuk apa Naru-nii membacanya?" Sakura mengalihkan pandangannya pada Naruto sebelum berbalik kembali kebuku yang ia pegang. Membukanya dari lembar ke lembar yang penuh dengan huruf dan gambar yang sungguh membuat dahinya menggulung. Otaknya berputar dan fokus matanya tak tentu arah.

"Belajar. Akan ada tes besok." Naruto menumpukan dagunya di pundak Sakura. Ikut membaca apa yang Sakura lihat. Dan menaikan alis kala tiba-tiba Sakura menutupnya cepat dan menyimpannya di sisi tubuh-nya.

"Kenapa?" ia tatap wajah Sakura yang sedikit kembung dibagian pipinya. Sepertinya cemberut.

Sakura mengalihkan pandangannya. "Terlalu banyak huruf, dan gambar-gambarnya tidak menarik. Kenapa tidak baca dongeng saja? Itu lebih memarik."

Naruto tersenyum. Mengeratkan pelukannya pada Sakura. "Benarkah? Cerita seperti apa?" dilihatinya wajah Sakura yang berubah cerah.

"Ya dongeng, Putri yang cantik dan pangeran-pangeran yang tampaan." Tangan Sakura membentang ke udara. Naruto memundurkan wajahnya takut tersenggol.

"Bisa ceritakan pada Naru-nii?" Sakura mengangguk Pasti.

"Hm, tapi Ada banyak ceritanya. Saku tidak bisa menceritakan semua."

"Ceritakan Salah satunya saja."

Sakura sedikit menimang-nimang apa yang di ucapkan Naruto. Banyak kali Sakura mengerutkan dahi dan menggeleng dengan pipi mengembung. Kedua kakinya bergerak naik turun. Mungkin sedang mencari cerita yang pas. Naruto hanya dapat tersenyum melihat betapa manisnya gadis ini.

"Aah—." Naruto menaikan alisnya. Penasaran tentang apa yang baru saja Sakura pikirkan.

"Bagaimana dengan cerita Cinderela?" ucap riang Sakura yang dibalas anggukan Naruto. Sakura bersorak.

"Dengar ya Naru-nii. Suatu hari hiduplah kaka yang cantiiik sekali. Namanya cinderela. Tapi dia hidup bersama ibu dan kaka tiri yang sangat jahat. Kak cinderela ini sering di suruh-suruh oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Disuruh..."

Naruto dengan seksama mendengarkan celotehan Sakura. Memperhatikan bagaimana Sakura memperagakan apa yang di ceritakannya.

Bicara soal Sakura, ia mengenalnya tiga tahun lalu saat dirinya pindah ke rumah barunya. Dan saat itu ia berkunjung ke rumah tetangga yang memang bersebelahan dengannya. kala keluarganya berbincang, ia bisa melihat sosok gadis kecil yang muncul dari belakang tubuh seorang wanita paruh baya tetangga barunya. Muncul dengan malu-malu dengan tangan memegang erat baju bagian belakang ibunya. Naruto tersenyum dan menyapanya namun gadis itu malah bersembunyi kembali di balik tubuh ibunya. Ia mendesah namun senyum itu tak hilang. Menatap kepala gadis itu yang muncul dan bersembunyi kembali.

Dan saat itu Naruto terkekeh menyaksikan kelakuan gadis kecil berambut pink itu. Saat itu pula ibu gadis itu—Haruno Mebuki— memperkenalkan gadis itu padanya.

"Namanya Haruno Sakura. Saku-chan, cepat ucap salam pada Naruto-nii." itulah yang ia dengar dari ibu Sakura. Sakura yang saat itu masih sembunyi, memunculkan setengah wajahnya dan mengucapkan salam perkenalan. Naruto tersenyum kembali. Dan ia pikir anak-anak memang manis saat masih kecil. Terutama Sakura.

Mulai dari sana, ia dan Sakura menjadi lebih dekat mengingat ibu Sakura sering berkunjung ke rumahnya dan menitipkan Sakura padanya.

Awalnya memang tak mudah karena Sakura yang terlampau pemalu dan pendiam sering menempel dengan ibunya. Namun seringnya bertemu membuat Sakura lebih dekat dengannya dan terbuka. Menceritakan apa yang gadis itu pikirkan. Entah itu mainan, boneka, atau yang lainya.

Naruto mengerjap pelan kala merasakan guncangan kecil di tangannya. Ia alihkan pandangan dan langsung mendapati mata hijau bulat Sakura menatapnya tajam. Pipi gadis itu mengembung oleh udara. Sepertinya dia sedang marah, pikir Naruto. Kendati demikian tak membuat Naruto merasa takut. Justru ia ingin sekali memakan bulat-bulat gadis kecil dipangkuannya ini saking gemasnya.

"Naruto-niichan~. Dengar tidak sih." gerang Sakura. Tangannya dengan brutal mengguncang tangan Naruto. Wajahnya semakin membulat kala marah.

Naruto hanya meringis, merasa bersalah telah mengabaikan Sakura. Untuk itulah ia memeluk erat Sakura dan menggosokan ujung hidungnya ke pipi tembam Sakura membuat tawa gadis itu meledak. Mendengar tawa gadis itu yang begitu nyaring, membuatnya semakin keras mengusapkan wajahnya di pipi Sakura. Sekali lagi tawa pecah dari bibir Sakura.

Menghentikan kegiatannya, Naruto memandang kembali Sakura di pangkuannya.

"Terus, akhir ceritanya bagaimana?" ucapnya.

"hehe, akhir ceritanya, kak Cinderela menikah dengan pangeran dan hidup bahagia serlamanya. Tamat hehe." ujar Sakura masih diselingi tawa akibat kegiatan Naruto tadi. Naruto mengulum senyum memperhatikan wajah gembira Sakura.

"Aku ingin seperti Cinderela. Hidup bahagia di istana bersama pangeran. Senangnya." ucap Sakura dengan pemikiran kanak-kanaknya.

"Dan siapa pangerannya?" Tanya Naruto heran. Menatap Sakura yang juga menatapnya.

"Tentu saja Naruto-niichan. Naru-nii kan tampan, cocok jadi pangeran. Dan Saku suka Naru-nii, jadi pas." Ucap riang Sakura tanpa memikirkan apa yang dirasakan Naruto saat ini. Wajah merona dan jantung yang berdegup kencang. Apa yang barusan di ucapkan gadis ini? Itu yang dipikirkan Naruto.

Sakura memandangi Naruto sejenak. Menempelkan tangan mungilnya di pipi bergaris Naruto sebelum mengecupnya. Singkat namun membuat Naruto terdiam.

"Sudah ya Naruto-nii, hari ini kaa-san mengajakku belanja. Besok main lagi. Jaa Mata." sesudahnya Sakura beranjak berdiri dan berlari meninggalkan Naruto yang masih terdiam. Masih berpikir apa yang telah terjadi sebelumnya.

"Astaga. Aku, lolicon." gumam Naruto mendesah dengan tangan kanan menepuk wajahnya. Mengusapnya dengan kencang.

TBC

A/n : Jereng jeng jeng. Kebenaran datang kembali. Dengan fic abal dan tema amburadul, Kebenaran bermaksud menghibur abang-abang dan Nona-nona.

Meski PenName saya ganti tapi kalian boleh memanggil saya Galura. and just Galura. Karena kebenaran, tak bisa diganti. #papaZola

Oh iya, fic ini saya buat dengan konflik yang tidak akan rumit (bahkan ga ada #Plak), dan mungkin akan beres 2, 3, 4, 5 atau berapa lah sesuai Mood saya. Do'a in saja, ya. Terakhir, Saya ingin meminta tanggapannya dari para Reader semua. Kritik dan saran saya terima. x)